Happy Reading 😊
"Ini kamarnya, maaf kalau kamarnya kecil tapi Oma selalu membersihkannya setiap hari. Jangan khawatir kamarnya bersih dan tidak kotor," ucap nenek Asya.
"Enggak apa-apa Oma, tidak masalah buat kami. Lagi pula kamarnya sangat nyaman buat kami," Ucap Rigel sambil merangkul pundak Khai membuat nenek Asya tersenyum melihat kemesraan cucu dan menantunya. Sedangkan Khai dia melotot ke arah suaminya yang dibalas kedipan oleh Rigel.
"Ya sudah kalian beristirahatlah, pasti kalian sudah sangat lelah kan. Nanti kalau sudah siap makan malamnya Oma panggil kalian," ucap Oma Asya.
"Iya Oma, makasih. Oh ya tadi kami beli oleh-oleh untuk Oma dan masih ada di bagasi mobil. Tolong bibi Santi suruh ambilkan, mobilnya gak di kunci," Ucap Rigel mengingatkan. Sebab di lingkungan tempat tinggal Oma Asya ruang lingkupnya aman, jadi ia tidak serta merta mengunci mobilnya. Lagi pula ia sudah memarkirkan mobilnya di halaman rumah nenek Asya jadi sudah di pastikan itu akan aman.
"Iya nanti Oma ambil, kalau begitu nenek turun dulu, ya. Nenek mau menunggu Bi Santi pulang dari berbelanja," pamit nenek Asya, ia pun pergi meninggalkan Rigel dan Khai tidak lupa nenek Asya menutup pintu kamarnya.
"Apa? Ngapain lihat aku kayak gitu?" Tanya Rigel sebab ia melihat Khai yang terus menatapnya.
"Tidak apa-apa, sudahlah aku ingin istirahat. Aku sudah lelah untuk hari ini," jawab Khai sambil menutup tubuhnya dengan selimut dan jujur itu membuat Rigel kesal dan ia duduk di kursi memandang ke luar jendela. Sedangkan Khai tersenyum melihat tingkah Rigel memandang ke luar jendela dan Khai mulai memejamkan matanya karena sudah mengantuk, tidak lama kemudian Khai merasakan sebuah tangan melingkari perutnya. Ya, kini Rigel sudah terbaring di samping Khai dengan memeluk tubuh Khai membuatnya merasa nyaman dan hangat sebab dekapan suaminya itu.
"Datang ke sini cuma mau tidur saja ya, sayang?" Tanya Rigel tepat di telinga Khai, membuat bulu kuduk Khai bergidik sebab bisikan lembut yang Rigel katakan.
"Memangnya mau kamu apa, Tuan Rigel?" Tanya Khai yang sudah berbalik menghadap Rigel dan membuat Rigel langsung menindih tubuh mungil Khai dan mengecup kedua pipi istri kesayangannya itu. Saat Khai ingin protes dengan apa yang akan Rigel lakukan, Rigel malah dengan cepat membungkam mulut Khai dengan bibirnya membuat Khai tidak bisa berbuat apa-apa. Khai hanya bisa pasrah saat Rigel mulai mencumbunya dengan cumbuan yang semakin panas.
Khai sadar kalau sekarang ia sedang berada di rumah neneknya. Khai sebisa mungkin menahan desahannya begitu juga dengan Rigel agar apa yang Rigel lakukan tidak sampai terdengar oleh neneknya.
Bukannya menemani nenek Asya mengobrol, Khai dan Rigel malah sibuk dengan aktivitas panasnya di kamar milik Jihan saat masih gadis dan belum menikah. Mereka berdua sibuk mengejar kenikmatan surga dunia dan untunglah mereka melakukannya saat sudah halal. Akhirnya sore itu mereka berdua menghabiskan waktu untuk mengejar kenikmatan, yang mungkin sekarang sudah menjadi candu untuk kedua insan yang tengah menuntaskan gairahnya itu.
Sementara di luar kamar, lebih tepatnya di ruang keluarga nenek Asya sedang menunggu asistennya yang sedang belanja untuk kebutuhan mereka, meskipun sebenarnya nenek begitu merindukan cucunya dan ingin mengobrol bersama Khai dan juga Rigel. Namun, nenek Asya mengerti apa yang kedua cucunya itu inginkan, apalagi sebagai sepasang pengantin baru pastinya mereka membutuhkan waktu untuk berduaan saja meskipun katanya mereka merindukan nenek Asya.
Benar-benar nenek yang pengertian.
••
•
Jam dinding sudah menunjukkan pukul 19:00 malam. Namun, Rigel dan Khai masih tertidur lelap di kamar mereka karena aktivitas yang memang menguras tenaga.
KAMU SEDANG MEMBACA
MUARA CINTA KHAIDEEJAH
Любовные романыPACAR ADALAH MUSUH! MUSUH ADALAH PACAR! Begitulah prinsip dua orang yang saling bermusuhan ini. Jika ada tempat di mana membenci dan membutuhkan dapat dirasakan secara bersamaan maka di sanalah Khai dan Rigel akan di tempatkan. Seperti Tom and...