Happy Reading 😊
"Bagaimana keadaan Rigel, Karin?" Bisik Jihan bertanya pada besannya saat melihat Karinda.
"Rigel koma, Han. Kecelakaan yang dialaminya benar-benar berakibat fatal ada pendarahan di kepalanya. Entah bagaimana nasib putraku, hanya keajaiban Tuhan lah yang bisa menyembuhkan." Karinda menjawab dengan suara lemah, jujur dia belum siap jika harus kehilangan putranya.
"Sabar ya Karin, kita berdoa saja semoga Tuhan memberikan kesembuhan dan Rigel bisa kembali berkumpul bersama lagi," jawab Jihan mencoba menenangkan sahabatnya itu. Karinda pun mengangguk dia menghampiri Khai yang masih memeluk putrinya dan sesekali terdengar isakan darinya.
"Khai." Karinda kini berdiri di samping brankar Khai, wanita itu menoleh dan tangisannya kembali pecah saat melihat Karinda membuat Jasmine ikut menangis kembali, padahal gadis kecil itu sudah mulai tenang dalam pelukan ibunya.
"Bunda, Mas - Mas Rigel?"
"Sabar ya, Nak. Kita serahkan semuanya pada sang pencipta, kita doakan semoga Rigel bisa kembali bersama kita lagi." Setelah mengucapkan itu Karinda langsung memeluk menantunya itu dengan erat. Dia merasakan kesedihan yang Khai rasakan, sesekali dia mengusap punggung cucunya yang ada dalam dekapan Khai agar kembali tenang.
Semua orang yang berada di sana ikut merasakan kesedihan, mereka semua sangat berharap bahwa Rigel segera pulih dan berkumpul kembali bersama keluarga dan bersenda gurau seperti biasanya. Setelah Khai tertidur Jihan dan Galih memutuskan untuk pulang dengan membawa Jasmine dan sudah peraturan rumah sakit tidak memperbolehkan anak kecil menginap, karena memang tidak baik kalau anak kecil berlama-lama di rumah sakit terlalu beresiko terpapar penyakit menular.
"Ya sudah aku titip Khai ya, Karin. Nanti kalau ada apa-apa kamu kabarin aku, kasihan Jasmine kalau kelamaan di rumah sakit. Kalau ikut Ara kan dia harus kuliah jadi gak bisa jagain Jasmine terus," ucap Jihan yang kini sudah menggendong cucunya itu.
"Iya Jihan, aku pasti jagain Khai. Dia kan juga putriku, ya sudah kamu hati-hati ya, di jalan peralatan Jasmine dan baju-bajunya ada di tas semua. Kalau kurang kamu bisa suruh orang rumah ambil di rumah Rigel," ucap Karinda, Jihan mengangguk lalu dia pun pamit. Jihan, Galih dan Jasmine pergi meninggalkan Khai bersama Karinda sedang Rama dia mengantar Tiara pulang karena besok putrinya itu akan ada kuis di kampusnya sedangkan Rama dia akan kembali lagi dengan membawa beberapa baju ganti Karinda karena istrinya itu akan menginap untuk menemani menantunya yang kini tengah tertidur karena terlalu lama menangis.
***
Sudah seminggu Rigel terbaring koma di rumah sakit, Khai pun sudah di izinkan pulang karena memang dia sudah dalam keadaan baik meski keadaannya sempat melemah saat mengetahui kalau suaminya koma. Namun, setelah di rawat beberapa hari di rumah sakit kini keadaan Khai sudah bisa di katakan membaik dan tidak pernah absen untuk menjenguk suaminya dan bisa menghabiskan waktu beberapa jam di sana.
"Mas, kamu kapan sih bangun? Gak capek apa tidur terus, kamu tahu gak Jasmine itu menangis terus karena kangen sama kamu. Kamu gak kasihan sama aku sama anak-anak kita." Khai berkata lirih sambil menggenggam tangan suaminya berharap Rigel akan bangun saat ini juga. Namun, sayangnya harapan tinggal harapan saja. Rigel tetap masih betah tertidur mungkin mimpinya terlalu indah jadi dia tidak ingin bangun dari mimpi indahnya itu.
Setelah beberapa jam menunggu dan seperti biasa tidak ada perubahan dari Rigel. Khai memutuskan untuk keluar dari ruang rawat Rigel, di luar sudah ada Karinda yang menunggu saat melihat Khai keluar Karinda langsung menghampiri menantunya itu.
"Masih sama seperti biasa, Bun. Mas Rigel masih betah tertidur mungkin mimpinya sangat indah jadi dia tidak ingin bangun dan lupa pada aku dan Jasmine." Kini terdengar isakan tangis Khai saat Karinda memeluknya selalu seperti itu saat menantunya keluar dari ruang rawat Rigel.
"Sabar, Nak. Rigel pasti akan segera kembali bersama kita hanya mungkin butuh waktu saja jadi kita harus bersabar. Sudah ya sayang, jangan menangis terus kasihan bayinya ikut sedih juga nanti apalagi sebentar lagi kamu akan melahirkan. Semoga waktu kamu melahirkan Rigel sudah tersadar dari komanya dan dia bisa menemani kamu saat melahirkan. Khai hanya mengangguk dia masih memeluk erat ibu mertuanya itu.
"Ya sudah kamu pulang saja, Rigel biar Bunda yang jaga kasihan Jasmine kalau kamu perginya lama dia pasti mencari kamu. Supir Bunda di bawah tadi Bunda sudah bilang buat antar kamu ke rumah orang tua kamu," ucap Karinda dengan lembut untuk sementara Khai dan Jasmine memang tinggal di rumah orang tua Khai karena kalau di rumah Karinda tidak ada yang mengawasi hanya ada beberapa asisten saja di rumah itu. Tiara dan Rama tengah sibuk dengan kegiatan mereka. Apalagi Tiara, dia tengah sibuk dengan ujiannya sedang Rama sibuk dengan urusan kantornya karena semenjak Rigel koma Rama kembali bekerja di kantornya.
"Ya sudah Khai pamit dulu ya, Bun. Kalau ada perkembangan terbaru dari Rigel kabarin Khai ya," pamit Khai.
"Pasti sayang, sudah kamu hati-hati ya, Nak. Pulang langsung istirahat, ya. Bunda lihat kamu kayak kelelahan gak baik buat kandungan kamu sayang. Rigel pasti juga akan marah kalau melihat kamu kayak begini." Karinda terlihat khawatir sekaligus prihatin dengan keadaan menantunya. Dia tahu semuanya karena Khai banyak pikiran pasti dia memikirkan Rigel yang sampai saat ini belum juga sadarkan diri. Menantunya itu pasti sangat merindukan suaminya yang masih tertidur lelap.
Setelah mencium punggung tangan ibu mertuanya, Khai pun meninggalkan Rigel yang kini di temani oleh ibunya meski dia tidak tenang meninggalkan suaminya tapi dia tidak boleh egois sebab putrinya pasti tengah menunggunya di rumah. Dia tahu pasti Jasmine sedang rewel sekarang karena dia meninggalkan Jasmine saat putri kecilnya itu belum bangun dari tidurnya.
••
•
Khai baru saja sampai di rumah orang tuanya. Namun, saat masuk dia sudah mendengar suara tangisan dari putri kecilnya. Jasmine tengah menangis untuk di panggilkan Mamanya.
"Enggak mau, kakak maunya Mama pulang." Tangis Jasmine semakin menjadi saat neneknya malah menggendong dan menenangkannya dan itu membuat Jihan kewalahan karena cucunya itu sangat susah untuk di bohongi.
"Ya ampun Jasmine, kamu tidak boleh nakal sayang kalau Mama tinggal sama Oma," ucap Khai lalu menghampiri putrinya yang masih menangis. Namun, tangisannya terhenti saat mendengar suara Khai.
"Mama," Jasmine pun meronta minta di turunkan dari gendongan neneknya, dia berlari dan langsung memeluk perut ibunya yang memang sudah membesar. Jihan hanya menggelengkan kepalanya, dia jadi teringat saat Khai masih seusia Jasmine, seperti itulah dia tidak mau jauh darinya dan akan marah jika dia di tinggalkan dalam keadaan tidur dan Jihan pergi tanpa seizin Khai.
"Bagaimana keadaan Rigel, Khai?" Tanya Jihan sambil mengelus rambut cucunya itu.
"Masih sama, Ma belum ada perkembangan baru. Dia masih asik di dunianya." Khai membuang nafasnya yang terasa sangat sesak baginya.
KAMU SEDANG MEMBACA
MUARA CINTA KHAIDEEJAH
RomancePACAR ADALAH MUSUH! MUSUH ADALAH PACAR! Begitulah prinsip dua orang yang saling bermusuhan ini. Jika ada tempat di mana membenci dan membutuhkan dapat dirasakan secara bersamaan maka di sanalah Khai dan Rigel akan di tempatkan. Seperti Tom and...