Happy Reading 😊
"Loh kok marah sih, Khai. Kan emang kemarin Rigel jalan sama Renata, kamu cemburu, ya?" Hendi pun menggoda Khai.
"Hen, kalau mau selamat mending kita pergi dari sini," ucap Rigel sambil menarik tangan Hendi, dia tahu kalau melihat ekspresi istrinya itu bisa-bisa Hendi habis di maki-maki dan pasti akan mendapat pukulan dari Khai. Hendi pun menurut pada Rigel dan pergi sebelum semuanya terlambat.
"Khai sabar dong, tadi Hendi cuma becanda. Hendi memang suka kayak gitu, nanti biar aku marahin dia," ucap Vanya yang tidak ingin Khai memarahi Hendi kekasihnya.
Sementara Renata dia hanya diam dan seakan tidak peduli dengan apa yang baru saja terjadi.
"Ternyata kamu galak juga ya, Khai," ucap Evan yang dari tadi berdiri di samping dinding dekat meja melihat Khai memarahi Hendi.
"Siapa?" Tanya Vanya yang baru menyadari kehadiran Evan.
"Oh dia, Evan mahasiswa baru pindahan dari Bandung, dan satu jurusan sama kita. Namanya Evan Gardiatma," jawab Khai.
"Oh, hai kenalkan namaku Vanya," ucap Vanya sambil mengulurkan tangannya.
"Hai aku Evan, salam kenal." Evan menjawab sambil tersenyum, kini Evan duduk di pojok dekat jendela karena hanya disana kursi yang kosong.
"Dia ganteng ya, Khai," Vanya kembali menatap Evan yang kini melihat ke luar jendela.
"Siapa yang ganteng?" Tanya Khai malas, sebab sahabatnya itu kembali mengagumi sosok pria lain, padahal sudah ada Hendi yang tidak kalah tampan dari Evan.
"Evan, Khai. Evan kamu kan jomblo boleh kali gebet Khai, biar Rigel gak godain lagi. Jangan mau kalah sama Rigel yang sudah mulai dekat sama Renata," ucap Vanya mulai memanas-manasi Khai.
"Sudahlah jangan bahas itu, Van. Aku lagi malas tahu gak, lebih baik kita mulai fokus dengan skripsi kita yang tinggal beberapa bulan lagi kita kuliah. Memangnya mau mengulang semester lagi? aku sih gak mau," ucap Khai membuat Vanya langsung menggelengkan kepalanya dengan cepat.
"Enggaklah, Khai. Gak mau aku amit-amit, bisa-bisa Mami aku gak berhenti marah-marahnya sampai seminggu," ucap Vanya yang mulai fokus pada buku yang dia bawa dari perpustakaan dan mulai membacanya.
"Khai mau pulang, ya?" Tanya Evan yang sudah berdiri di samping Evan.
"Iya nih, memang ada apa, Van?" Khai balik bertanya sambil fokus membereskan buku-bukunya.
"Mau aku antar pulang gak? Anggap saja sebagai perkenalan," ucap Evan sambil tersenyum, Khai pun menatap Evan dan menolak secara halus.
"Enggak deh, Van. makasih, aku sudah ada yang jemput kok," jawab Khai dengan sopan agar Evan tidak marah padanya.
"Kalau begitu jalan ke depannya bareng yuk, sekalian mau keparkiran sambil ngobrol biar lebih akrab," ajak Evan.
"Sudah mau saja, Khai," Vanya berbisik sambil tersenyum, ia tidak ingin sahabatnya itu terus-terusan jomblo dan di goda terus menerus oleh Rigel.
"Hmm ... ya sudahlah, ayo." Khai akhirnya mau ikut bersama Evan, tanpa dia sadari dari arah berlawanan Rigel dan Hendi melihat. Namun, Khai tidak melihat karena keburu berbelok arah menuju parkiran.
"Wah, lihat tuh Khai jalan sama anak baru itu. Panas gak kamu, Rigel?" Hendi lagi-lagi menggoda sekaligus memanas-manasi Rigel.
"Enggak kok biasa saja. Ya sudah aku cabut duluan ya, mau pulang sudah ngantuk." Pamit Rigel yang kini berjalan menuju parkiran. Namun, Khai berjalan sendirian keluar gerbang, sedang dia melihat Evan akan memasuki mobilnya sebelum Rigel terlebih dulu masuk ke dalam mobil dan melajukan mobilnya lalu berhenti tepat di samping Khai.
KAMU SEDANG MEMBACA
MUARA CINTA KHAIDEEJAH
RomansaPACAR ADALAH MUSUH! MUSUH ADALAH PACAR! Begitulah prinsip dua orang yang saling bermusuhan ini. Jika ada tempat di mana membenci dan membutuhkan dapat dirasakan secara bersamaan maka di sanalah Khai dan Rigel akan di tempatkan. Seperti Tom and...