Merasa Lega

5 1 0
                                    

     Happy Reading 😊

   Rigel merasa perutnya sedang berdemo karena dari tadi ia memang belum makan apapun. Akhirnya ia memutuskan untuk pergi ke kantin rumah sakit, dan memberikan Khai waktu untuk  menenangkan dirinya. Siapa tahu setelah ia kembali dari kantin, Khai berubah pikiran dan mau memaafkan kesalahannya dan menerima cintanya. Itulah yang Rigel harapkan karena dia benar-benar telah menyesal dengan apa yang telah dilakukannya pada Khai. Mungkin dia akan menjauh dari Kamila sebab tidak ingin membuat situasi menjadi semakin buruk, jika ia kembali menemui gadis itu.

  Rigel kini telah duduk di kantin menikmati secangkir kopi dan makanan yang dia pesan. Ia tampak berpikir dan mengingat kembali dengan keinginan Khai kembali ke Indonesia. Namun, tiba-tiba ada yang menepuk pundak Rigel dan Rigel pun menoleh, alangkah terkejutnya saat gadis yang ingin ia hindari  kini sudah berada di hadapannya.

  "Bagaimana keadaan Khai, Rigel?" Tanya Kamila yang kini sudah duduk di samping Rigel.

  "Sudah membaik, mungkin besok kami akan kembali ke Indonesia. kasihan Khai, dia ingin kembali ke Indonesia," Jawab Rigel sambil meminum kopinya yang masih hangat.

  "Boleh aku bertemu dengan dia? Kebetulan aku membawa buah dan sedikit makanan untuk kamu dan Khai," ucap Kamila.

  Karena merasa tidak enak pada Kamila akhirnya Rigel menyetujui keinginan Kamila. Lagi pula tidak ada salahnya kan? Kamila hanya ingin menengok Khai saja.

  Dan pada akhirnya rigel lupa dengan ucapannya sendiri, yang akan menjauhi Kamila sebab tidak ingin masalahnya dengan Khai semakin rumit.

  "Baiklah, ayo aku antar ke ruang rawat Khai," ucap Rigel lalu menghabiskan kopinya, setelah membayarnya Rigel bergegas pergi bersama Kamila ke ruang rawat Khai. Bodohnya semalam Rigel bercerita lewat WhatsApp, kalau Khai menghilang dan tadi pagi ia mengatakan pada Kamila kalau Khai sedang di rawat di rumah sakit dan akhirnya Kamila datang menjenguk Khai. Rigel menduga ini pasti akan mendatangkan permasalahan baru untuk dirinya dan Khai.

  Sementara itu di ruang rawat, Khai sedang berbaring membelakangi pintu ruang rawatnya itu. Jadi Khai tidak mengetahui kedatangan Kamila dan Rigel.

  "Khai apakah kamu sudah tidur?" Tanya Kamila yang baru saja masuk ke ruangan itu. Mendengar suara yang tidak asing baginya, Khai pun langsung menoleh ke arah sumber suara itu, dan saat melihat Kamila datang dengan Rigel. Khai tersenyum tipis, lagi-lagi Khai datang bersama Kamila dan itu seolah menegaskan kalau Rigel dan Kamila memiliki hubungan yang lebih dari sekedar teman.

   "Tidak aku sedang bosan, aku ingin sekali pulang tapi dokter dan seseorang menyiksaku untuk tetap di rawat disini, dan mungkin lusa aku akan langsung kembali ke Indonesia," ucap Khai sambil menatap tajam ke arah Rigel, sementara Rigel hanya bisa tertunduk karena tatapan tajam yang Khai layangkan padanya dan kekecewaan yang ada di wajahnya.

  "Kamu yang sabar ya, Khai. Oh ya, ini aku bawakan makanan dan buah-buahan untuk kamu dan Rigel. di makan, ya," ucap Kamila sambil menaruh makanan yang ia bawa di atas nakas yang ada di samping brankar Khai.

  "Terima kasih, harusnya kamu tidak usah repot-repot membawakan aku makanan, sebab pihak rumah sakit juga sudah menyediakannya." Khai sedikit berbasa-basi, ia kini duduk di brankarnya.

  "Enggak kok, sama sekali tidak merepotkan. Malah aku senang semoga cepat pulih, ya. Aku permisi dulu, Khai. Rigel bisa kita bicara sebentar? Khai boleh kan aku meminjam sahabatmu sebentar?" Tanya Kamila. Namun, Khai kembali berbaring dan kembali membelakangi Rigel dan Kamila untuk menyembunyikan rasa sedih dan kecewanya.

  "Bawa saja, kak. Lagi pula aku lagi ingin sendiri kok. Jadi kalau kalian mau jalan-jalan juga gak apa-apa, aku bukan siapa-siapanya Rigel cuma SA - HA - BAT. Jadi kamu tidak perlu minta izin padaku!" Ketus Khai dengan posisi yang masih sama. Namun, dia menekan kan kata sahabat yang membuat Rigel semakin merasa bersalah.

   "Maaf Kamila, aku tidak bisa meninggalkan Khai sendirian. Nanti kalau dia butuh sesuatu bagaimana, gak ada yang bisa dia minta tolong." Rigel mencoba menolak ajakan Kamila karena ia merasa tidak enak pada Khai.

  "Tidak Rigel, kamu pergi saja kasihan Kamila. Soal aku tenang saja nanti pasti ada perawat yang akan bantu aku, jadi aku gak butuh belas kasihan kamu. Aku lagi ingin sendirian," ucap Khai dengan mata yang berkaca-kaca.

  "Terima kasih Khai, aku janji hanya sebentar. Ayo Rigel aku ingin membicarakan hal yang penting dengan kamu," ajak Kamila dengan menarik tangan Rigel. Rigel pun mengikuti Kamila dengan pasrah keluar dari ruang rawat Khai.

  Rigel menaiki mobil Kamila dan sesampainya ia mencari tempat agar bisa mengobrol dengan santai.
  •

  •

  •

  "Sakit Rigel, sakit sekali rasanya. Kenapa kamu gak pernah peka sih tentang perasaan aku. Aku ingin sekali benci sama kamu, tapi bagaimana caranya, Rigel? Ya Tuhan, aku mohon buanglah perasaan ini biarlah hati ini kosong, itu lebih baik daripada aku mempunyai rasa cinta. Tapi, hanya dipermainkan saja, sungguh miris kisah cintaku, Tuhan." Khai menangis dengan terisak, ia sudah tidak kuat menahan rasa sakit yang ada dalam hatinya.

                                              ***

     Sementara itu Rigel dan Kamila sudah berada di sebuah caffe, mereka sedang berbincang santai. Sesekali Rigel tersenyum karena ucapan Kamila, jujur Kamila gadis yang menyenangkan yang pernah Rigel temui. Seandainya ia belum menjatuhkan hatinya pada Khai, mungkin Rigel akan jatuh cinta pada gadis itu.

  "Rigel, apakah kamu sudah punya kekasih?" Tanya Kamila dengan sedikit malu-malu membuat Rigel tersedak oleh minuman yang sedang ia nikmati.

  "Kekasih? Tidak, aku tidak punya kekasih," ucap Rigel dan menatap Kamila dengan tatapan serius membuat Kamila jadi salah tingkah karena tatapan Rigel.

  "Benarkah? kamu gak bohong kan? Masa cowok setampan kamu belum punya kekasih, aku tidak percaya," ucap Kamila sambil tersenyum.

  "Aku memang tidak punya kekasih, Kamila. Tapi aku sudah mempunyai istri," ucap Rigel dengan menatap ke luar jendela yang berada di sampingnya. Rigel sengaja menghindari kontak mata dengan Kamila.

   Degg

  Jantung Kamila seakan berhenti berdetak setelah mendengar pengakuan dari Rigel. Kamila tidak pernah menyangka bahwa Rigel sudah menikah, karena selama ini Rigel tidak pernah menceritakan tentang kekasihnya itu, apalagi seorang istri. Tapi kini pengakuannya benar-benar sangat mengejutkan untuk Kamila.

  "Istri? Kamu pasti bohong kan, kamu sedang becanda kan, Rigel? Kalau iya kamu sudah punya istri, dimana istri kamu sekarang? Kenapa kamu malah liburan dengan sahabatmu daripada dengan istrimu," tanya Kamila dengan terus menatap Rigel yang enggan menatapnya.

  "Karena Khai, dia adalah istriku," ucap Rigel, ia sudah tidak ingin bermain-main lagi karena Rigel tidak mau kehilangan istrinya, gadis yang ia cintai.

  "Apa! Ta-tapi, kamu bilang kalau Khai itu sahabat kamu, Rigel. Kenapa kamu berbohong Rigel? Kenapa kamu tidak mengatakan yang sejujurnya padaku, kenapa kamu seperti memberiku harapan, Rigel? Kamu tahu sebenarnya aku menyukaimu dari pertama kita video call, aku kira kamu juga sama menyukaiku. Tapi ternyata aku salah, maaf karena aku telah mengganggu hubunganmu dengan Khai istrimu. Aku merasa sangat bersalah pada Khai, karena sudah membuatnya  sedih dengan mengajak suaminya pergi denganku. Aku akan menemui Khai dan akan meminta maaf padanya." Tanpa menunggu lagi Kamila pun pergi meninggalkan Rigel yang hanya bisa diam tanpa mencegahnya. Tapi entah kenapa kini dia merasa lega karena sudah berkata jujur pada Kamila.

  "Mungkin ini lebih baik untuk Kamila, daripada aku harus terus membohongi gadis itu. Harusnya dari awal aku jujur status aku sama Khai itu bukan sahabat tapi sudah menjadi suami istri. Aku memang sangat bodoh, lagi-lagi aku menyakiti seorang perempuan yang baik seperti Kamila," Batin Rigel masih menatap ke luar jendela dan sesekali menikmati minuman yang untuk sementara ini membuatnya tenang dan setelah minumnya itu habis Rigel pergi setelah membayar minumannya.

  Rigel kini menunggu sebuah taksi yang akan membawanya kembali ke rumah sakit, untuk menghadapi istrinya yang mungkin akan semakin marah padanya, sebab ia lebih memilih pergi bersama Kamila meninggalkan dirinya. Namun, sesampainya di rumah sakit betapa terkejutnya Rigel saat melihat Khai tidak ada di ruangan tempat dia di rawat dan itu membuat Rigel panik.

 

MUARA CINTA KHAIDEEJAH Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang