Takut Kehilangan

8 1 0
                                    

    Happy Reading 😊

  "Ya Tuhan, kemana lagi Khai? sekali lagi aku melakukan kebodohan dengan meninggalkannya sendirian. Khai kamu kemana lagi sih? Kenapa kamu senang sekali membuat aku khawatir," ucap Rigel yang terlihat sangat cemas, Rigel pun keluar dari ruangan itu dan bertanya pada perawat yang kebetulan lewat di depan ruangan itu.

  "Maaf, Sus. Apa suster melihat pasien yang di rawat di ruangan ini?" Tanya Rigel dengan raut wajah yang terlihat sangat panik.

  "Iya, tadi saya melihat dia di temani wanita, mungkin mereka ke taman," jawab perawat itu dengan bahasa asingnya.

  "Oh, terima kasih Sus." Setelah mengucapkan terima kasih Rigel langsung bergegas menuju ke taman yang ada di rumah sakit itu.

  "Khai di bawa seorang wanita? Siapa wanita itu, apakah Kamila?" Tanya Rigel pada dirinya sendiri sambil berjalan menuju taman rumah sakit dan tak lama Rigel sudah sampai di taman rumah sakit itu. Dia langsung mencari keberadaan Khai, sampai akhirnya dia melihat Khai sedang duduk di taman bersama wanita yang perawat tadi maksud.

  "Siapa wanita itu?"

  Rigel menghampiri Khai yang sedang duduk bersama seorang wanita dan alangkah terkejutnya Rigel saat melihat wanita yang saat ini bersama Khai.

  "Mama," seru Rigel terkejut. Namun, ia langsung mencium punggung tangan mertuanya itu.

  "Iya, Nak. Kamu darimana? Tadi saat Mama sampai di rumah sakit Khai sendirian," ucap Jihan sambil tersenyum ramah pada Rigel, sedangkan Khai dia masih memalingkan wajahnya.

  "Itu, anu. Mah, aku ada perlu dengan temanku sebentar," jawab Rigel sambil tertunduk takut kalau Jihan akan memarahinya sebab sudah tega meninggalkan Khai yang sedang sakit sendirian.

  "Wanita ya? Mama tahu pasti ini yang membuat kalian tidak saling menyapa dan membuat Khai marah padamu?" Tanya Jihan yang kini menatap menantunya dengan senyuman.

  "Maaf, Mah. Aku yang salah, tapi aku sudah menyelesaikannya  dan untung saja dia mengerti. Mama kapan sampai disini?" Tanya Rigel yang kini sudah duduk di samping mertuanya itu, sedangkan Khai menjalankan kursi rodanya untuk melihat pemandangan yang indah di sekitar rumah sakit itu, karena ia tidak ingin mendengar pembicaraan suami dan ibunya.

  "Tadi pagi, Mama langsung terbang kesini setelah semalam Khai menelpon Mama. Katanya ia ingin di jemput pulang, saat Mama tanya kenapa dan ada apa Mama juga menanyakan kamu, Mama tidak mendapatkan jawaban dari Khai. Maka dari itu semalam Mama langsung membeli tiket karena khawatir sama Khai. Tapi tiket yang untuk malam sudah tidak ada, jadi Mama membeli tiket untuk keberangkatan pagi sekitar jam 05:00. Sebenarnya Mama tadi sangat kesal sama kamu dan ingin sekali memarahi kamu, tapi setelah mendengar penjelasan darimu dan mendengar ungkapan dari Khai. Mama paham dia hanya sedang cemburu saja, harusnya Mama tidak ikut campur tentang urusan kalian berdua tapi jujur semalam sangat khawatir karena Khai menelpon Mama sambil menangis. Tapi sekarang Mama serahkan padamu untuk menyelesaikan masalah kalian, dan semoga kamu bisa membujuk putri Mama yang manja dan keras kepala itu," ucap Jihan sambil menatap Rigel dengan senyuman.

  "Iya, Mah. Aku pasti akan mencoba untuk membujuk Khai. Terima kasih Mah, karena Mama sudah memberikan aku kesempatan. Sebenarnya aku takut kalau Mama akan membenciku dan melarang aku untuk bertemu Khai, tapi Mama memang ibu yang bijak. Mama membicarakan masalah dengan kepala dingin tidak dengan emosi, aku kagum pada Mama," ucap  Rigel yang kini sudah terlihat sedikit membaik.

  "Sudah jangan terus memuji Mama, sekarang kamu temani Khai. Bujuk dia sebisamu, semoga sifat keras kepalanya bisa luluh kalau kamu bersikap manis kepadanya. Mama mungkin akan pulang nanti sore, karena tugas Mama sudah selesai disini. Mama hanya ingin memastikan Khai baik-baik saja bersamamu, sekarang Mama ingin istirahat. sebab Mama terasa sangat lelah sekali, dimana hotel kalian menginap." ucap Jihan. Rigel memberitahukan alamat hotel tempat mereka menginap dan memberitahu nomor PIN pintu kamar hotel, setelah itu Jihan pergi ke hotel tanpa memberitahu Khai sebab kalau ia memberitahu Khai, pasti Khai akan merengek tidak ingin ditinggalkan karena kalau sedang galau seperti itu Khai akan bersikap manja pada ibunya.
  •

  •

  •

   "Pemandangannya sangat indah ya?" Ucap Rigel yang sudah berada di belakang Khai yang sedang asik melihat rumput-rumput yang hijau dan sebuah danau kecil yang dikelilingi bunga-bunga dan pohon-pohon hias yang masih kecil-kecil. Khai pun menengok ke arah Rigel.

  "Kamu! Lagi apa kamu disini? Mana Mama?" Tanya Khai sambil kembali memalingkan wajah dan melihat pemandangan yang ada di hadapannya.

  "Mama pulang, dia ingin istirahat jadi pulang ke hotel. Katanya dia kelelahan."

  "Mama ini kenapa dia malah pergi, sih! Katanya mau marahin dedemit, tapi kenapa dia malah pergi istirahat bukannya tadi Mama bilang mau membawaku pulang. Ada apa sih dengan Mama? Bukannya aku sudah menceritakan semuanya, kenapa dia malah pergi? terus gak bilang lagi," Batin Khai, dia kini terlihat kesal sebab Mamanya malah pergi tanpa memarahi Rigel.

  "Aku tebak kayaknya ada yang ngadu nih, tadi malam sampai Mama jauh-jauh datang kesini untuk menemui kita," ucap Rigel yang kini tersenyum tipis sambil berdiri di samping Khai. Pasti kamu bingung, ya? Kenapa Mama gak marah sama menantunya yang ganteng ini. Sudah jangan menatap aku kayak begitu, aku hanya becanda. Tapi kamu harus tahu, kalau aku sudah menjelaskan semuanya sama Mama dan dia mengerti keadaan aku. Kamu tahu, aku sudah bilang sama Kamila tentang hubungan kita dan syukurlah dia mengerti dan tidak marah juga egois," lanjut Rigel dengan menatap Khai.

  "Terus apa hubungannya sama aku?" Tanya Khai dengan pandangan lurus ke depan.

  "Ayolah, Khai. Aku kangen sama omelan kamu dan perdebatan kita. Aku lebih baik seperti itu daripada melihat kamu bersikap  cuek sama aku," jawab Rigel dengan posisi berjongkok di samping kursi roda Khai dan menatap Khai dengan tatapan memohon.

  "Aku gak lagi mau berdebat sama kamu, aku lelah ingin istirahat," ucap Khai  masih bertahan dengan sikap juteknya pada Rigel.

  "Baiklah kalau kamu tidak ingin berdebat dengan aku, bagaimana kalau kita bermesraan saja. Kamu mau kan?"

  Rigel kini mulai berani menggoda istrinya yang sedang merajuk. Rigel pun memasang senyuman menggoda pada Khai membuat Khai bergidik ngeri melihat tatapan Rigel.

  "Rigel...!"

  "Khai.''

  "Aku mau balik ke kamar."

  "Siap laksanakan, nyonya Khaideejah Artisya Najwa Martadinata," ucap Rigel berlagak seperti memberi hormat dan memutar kursi roda yang Khai duduki menuju kamar tempat Khai di rawat. Khai terlihat mengulum senyumnya sebab yang Rigel lakukan baru saja membuat hatinya sedikit membaik, karena sejujurnya Khai tidak bisa membenci Rigel sedikitpun, meskipun ia sudah mencobanya.

  "Kalau ingin senyum tidak usah di tahan gak baik, nanti malah tumbuh jerawat. Memang mau ya, kalau wajahnya nanti di tumbuhi banyak jerawat? Terus nanti dipanggil Miss jerawat," canda Rigel, lagi-lagi dia mencoba menggoda Khai dan akhirnya Khai tertawa kecil karena candaan yang Rigel katakan.

   "Apaan sih? sudah aku mau istirahat, jangan terus becanda!" Ketus Khai meskipun ucapan yang Khai lontarkan terdengar ketus, tapi Rigel merasa lega karena Khai sudah mau tertawa dan tersenyum padanya. Rigel pun membawa Khai ke kamar rawat. Namun, saat sudah memasuki lorong menuju kamar rawat Khai, mereka melihat Kamila yang sedang duduk di depan kamar rawat Khai.

  "Kamila!"

   Rigel terkejut saat melihat ada Kamila disana dan sudah berdiri dengan tersenyum padanya. Khai menatap Kamila dengan perasaan was-was sebab ia takut, lagi-lagi Rigel meninggalkannya sendirian. Rigel dan Khai memasuki kamar rawat itu diikuti oleh Kamila dari belakang.

  "Silahkan duduk kak," ucap Khai, mempersilahkan Kamila duduk di sofa yang ada di ruangan itu. Meskipun dalam hatinya ia merasa was-was sebab ketakutannya akan kehilangan Rigel.

  Kamila pun duduk, sementara Rigel masih setia memegangi kursi roda Khai. Rigel pun mendorongnya menuju brankar dan membantu Khai untuk berbaring di brankarnya. Kamila yang melihat itu tersenyum, meskipun sebenarnya ia merasa iri pada Khai. Tapi Kamila tidak boleh egois apalagi harus menjadi pelakor alias perebut suami orang dan ia sadar Khai dan Rigel memang pasangan serasi mereka cantik dan tampan.
 

MUARA CINTA KHAIDEEJAH Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang