Harus Kuat

4 1 0
                                    

    Happy Reading 😊

   "Janji ya gak boleh lama-lama. Apalagi sampai nambah hari. Gak boleh," ucap Khai dengan manja.

  Rigel hanya mengangguk dan tersenyum lalu mengecup kening istrinya, dia pun menghapus air mata yang masih mengalir di pipi Khai.

  "Ya sudah sekarang antar Mas ke depan yuk, di luar sudah ada Tiara dan bunda yang akan menemani kamu selama Mas keluar kota soalnya Mama lagi jagain Oma Asya kan, jadi gak bisa nemenin kamu," Ucap Rigel yang sudah berdiri di hadapan Khai. Khai beranjak dari duduknya di bantu oleh Rigel saat Khai sudah berdiri tiba-tiba cup Khai mengecup bibir suaminya tapi saat akan menjauh wajahnya dari Rigel, pria itu kembali mencium bibir ranum istrinya itu. Mereka akhirnya berciuman dengan saling melumat satu sama lain seakan tidak ada hari esok hingga Khai menepuk pundak Rigel karena merasa pasokan udaranya akan habis barulah Rigel melepaskan ciumannya itu.

   "Kamu mau bunuh aku Mas." Khai terlihat kesal karena suaminya itu begitu berlebihan saat menciumnya seakan tidak ingin melepaskannya.

   "Maaf sayang, anggap saja itu obat kangen kamu selama aku pergi, nanti kalau kamu kangen aku bolehlah kamu ingat ciuman tadi," ucap Rigel membuat Khai menjadi salah tingkah.

  "Apaan sih, sudah yuk keluar. Katanya ada bunda sama Tiara gak enak kalau mereka nunggu lama," ucap Khai mengalihkan pembicaraan. Rigel pun mengangguk lalu menggandeng Khai keluar dari kamarnya yang kali ini pindah ke lantai bawah, karena tidak ingin terjadi sesuatu kalau mereka tetap tidur di lantai dua.

   "Papa Mama kok lama banget sih, kakak sama aunty Tiala kan nungguin ," ucap Jasmine dengan suara khas anak-anak.

  "Enggak apa-apa sayang, mungkin papa sama mama kakak sedang kangen-kangenan dulu," sahut Tiara membuat Khai melotot ke arah Tiara.

  "Ara bicaranya tidak boleh begitu, tahu sendirikan bagaimana Jasmine kalau sudah di kasih tahu sekali itu gak cukup pasti nanya la _"

  "Kangen-kangenan kayak bagaimana, Ma?" Tanya Jasmine dengan wajah polosnya.

  "Tuh kan baru saja aku bilang." Khai menghela nafas lalu tersenyum pada putri pintarnya itu.

  "Belum saatnya kakak tahu ya sayang, nanti kalau sudah besar dan dewasa baru mama akan jelaskan apa itu arti kangen-kangenan sama kamu sayang," ucap Khai memberi pengertian pada putrinya.

  "Yah kenapa halus nunggu besal dan dewasa sih, Ma. Kan ini Yasmin sudah besal," protes Jasmine yang kekeh ingin tahu apa itu kangen-kangenan.

  "Tapi Jasmine belum dewasa sayang, sudah Papa mau berangkat dulu sudah siang. Kakak jaga Mama sama adik ya, sayang gak boleh nakal dan rewel apalagi ngerepotin Mama nanti kasihan mama kecapean sama adiknya. Harus temenin Mama selama Papa gak ada. Kakak harus jadi pengganti papa jagain Mama sama adik. Kalau mau sesuatu minta tolong sama bibi atau Oma dan aunty Tiara, mengerti kan sayang apa yang Papa bilang?"

   "Iya papa, kakak gak akan ngelepotin Mama dan akan jaga Mama sama adik."

  "Anak pintar kesayangan papa, ya sudah cium dulu sini," ucap Rigel sambil menunjuk pipinya untuk di cium oleh putrinya yang kebetulan kini sedang dalam gendongannya. Jasmine pun mencium pipi Rigel kanan dan kiri berkali-kali membuat Rigel tertawa geli karena ulah putrinya itu.

  Setelah sesi pamitan selesai Khai, Jasmine, Tiara dan Karinda mengantar Rigel sampai mobil yang akan dia bawa ke luar kota.

  "Hati-hati ya Mas nyetirnya, kalau mengantuk sebaiknya istirahat jangan di paksakan karena harus naik mobil kenapa gak naik pesawat saja." Khai sebenarnya keberatan dengan keinginan Rigel untuk mengemudi sendiri. Namun, Rigel tetap kekeh ingin membawa mobil sendiri dan Khai hanya bisa pasrah dengan kemauan suaminya itu.

  "Iya sayang, Mas pasti hati-hati bawa mobilnya. Kamu juga hati-hati di rumah. Bunda, Ara titip Khai dan Jasmine ya, aku pergi dulu," ucap Rigel.

  "Tentu Rigel, Bunda akan menjaga mereka dengan baik. Mereka kan putri dan cucu bunda. Kamu hati-hati bawa mobilnya ya, Nak. Kalau capek istirahat dulu," jawab Karinda.

  "Ara juga pasti jaga kak Khai sama Jasmine, kak. Jadi kakak fokus saja kerjanya di sana biar cepat selesai dan cepat pulang biar bisa kumpul lagi sama kita semua," sambung Tiara.

  Rigel tersenyum lebar dia merasa tenang meninggalkan putri dan istrinya bersama ibu dan adiknya karena kasih sayang mereka tidak di ragukan lagi. Mereka sangat menyayangi Khai dan Jasmine.

  Rigel berpamitan sekali lagi pada istri, anak, ibu dan juga adiknya setelah itu dia melajukan mobilnya meninggalkan keluarganya.

   Setelah Rigel pergi ke luar kota, Khai dan Jasmine tidur di kamar yang sama. Baru saja satu hari di tinggal Rigel, Khai sudah sangat merindukan suaminya itu. Terlebih belum ada kabar dari suaminya, mungkin Rigel belum sampai di tujuan.

   "Ma, papa sudah sampai belum?" Tanya Jasmine.

  "Belum sayang, mungkin Papa belum sampai tujuannya," rupanya putrinya sangat merindukan papanya. Khai hanya bisa berdoa semoga suaminya selamat sampai tujuannya.

   Malam harinya Khai dan Rigel tengah asik video call, tentu saja putrinya merecoki dengan berbagai pertanyaan dan dia merengek minta ayahnya cepat pulang. Dengan segala bujukan akhirnya Jasmine setuju menunggu ayahnya pulang lusa.

  "Nanti jangan lupa bawain kakak boneka Barbie yang ada rumahnya. Kita beli di sini saja ya besok, minta antar Oma sama aunty Tiara."  Sahut Khai.

  "Nda mau kakak mau papa yang beli, mau oleh-oleh itu dali papa." Jasmine tetap kekeh dengan keinginannya.

   "Sayang kasihan papa loh, jauh-jauh suruh bawa boneka Barbie kayak begitu." Khai mencoba membujuk Jasmine.

  "Enggak apa-apa sayang nanti biar Mas bawakan dari sini, kasihan Jasmine lihat tuh sudah cemberut saja."

  "Tapi Mas, nanti dia kebiasaan loh kalau terlalu di manjain. Nantinya kalau minta apa-apa kita yang susah, kalau gak di kasih ngambek dia." Khai tidak ingin Jasmine terlalu di manja. Dia takut kalau putrinya itu menjadi terbiasa dengan permintaan-permintaan yang bisa membuatnya sulit untuk mandiri sebab masih kecil sudah terlalu di manjakan.

  "Kamu jangan khawatir sayang nanti kalau sudah saatnya, kita akan mendidik dia menjadi anak yang mandiri dan tidak tergantung pada orang tua, lagi pula aku yakin Jasmine itu anak yang bisa mandiri hanya sekarang rasa manjanya masih besar dan sebagai orang tua kita harus bisa membahagiakannya selagi dia masih kecil, karena suatu saat kita akan merindukan kemanjaan dari putri kita," ucap Rigel.

   Khai hanya mengangguk setelah mendengar perkataan suaminya. Dia mengerti dan setuju karena benar apa yang suaminya katakan mungkin dia akan merindukan saat-saat kebersamaan dengan putrinya yang manja dan selalu membutuhkannya.

   Setelah selesai bervideo call akhirnya mereka berdua memutuskan tidur namun di tempat yang berbeda. Sementara Jasmine dia sudah terlelap setelah permintaannya di penuhi oleh ayahnya yaitu di bawakan boneka Barbie beserta rumah-rumahannya sebagai oleh-oleh nanti.

 

MUARA CINTA KHAIDEEJAH Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang