Ingin Berubah

1 1 0
                                    

    Happy Reading 😊

   "Uluh uluh keponakan aunty lagi bobo, ya? Padahal aunty kesini mau ngajak main Jasmine," ucap Vanya lalu mengecup kening mungil milik Jasmine.

   "Iya gak apa-apa, Hen. Anggap saja rumah sendiri. Ya sudah, Tante mau buat makan siang dulu untuk kalian. Temani Khai ya, Van." Setelah mengatakan itu Karinda bergegas ke dapur untuk memasak makan siang.

  "Iya, Tante pasti," jawab Vanya.

  Sementara itu Rigel dan Hendi sedang berada di ruang kerja karena mereka memang rekan bisnis jadi begitulah saat mereka bertemu akan sibuk dengan dunia bisnis mereka.

  Khai dan Vanya kini mereka sibuk dengan si kecil Jasmine yang terbangun karena ulah ayah dan uncle nya yang sempat berdebat membuat tidur Jasmine menjadi terusik dan terbangun.

   "Jasmine kalau lagi minum ASI lucu, ya. Kayaknya dia kuat banget minum ASI nya, Khai?" Tanya Vanya sambil mengelus kepala mungil Jasmine dengan hati-hati.

  "Iya bisa 4 - 6 kali sehari, Van. Masih mendingan malam hanya dua kali saja," jawab Khai.

  "Sudah isi belum?" Lanjut Khai bertanya pada Vanya sambil tersenyum.

  "Belum, biar saja lagi pula nikah baru 1 bulan," jawab Vanya.

  Jasmine yang sudah selesai menyusu, akhirnya bayi itu tertidur kembali.

   "Putrimu lucu dan menggemaskan banget sih, Khai. Bolehkan kalau aku sering-sering kesini untuk bermain dengan Jasmine?" Tanya Vanya.

   "Kamu ini bicara apa sih, Van. Tentu saja boleh mau menginap sekalipun kamu kan Tantenya jadi kamu harus sering-sering nengokin Jasmine biar dia gak asing sama kamu nantinya," jawab Khai.

                                       ***

            2 Tahun kemudian

    "Mama!" Teriak gadis kecil sambil berlari ke arah Khai sambil memeluk kakinya.

   "Uuh ... princess mommy sudah wangi dan cantik." Khai pun mencium pipi dari putri kecilnya itu.

   "Mama hali ini Yasmin main kuda-kudaan sama bibi Tiala." Jasmine bercerita dengan suara cadel khas anak kecil.

   "Oh ya, tapi sayangnya Mama gak nangis kan?" Tanya Khai lalu kembali mencium pipi chubby putri kecilnya itu dengan lembut, Jasmine hanya menggelengkan kepalanya.

   "Hari ini dia gak nangis kak, cuma aku kewalahan menemaninya bermain," ucap Tiara yang menghampiri Khai dan Jasmine.

  "Jasmine, Jasmine sayang kamu dimana, Nak? Papa sudah pulang nih," panggil Rigel yang langsung mencari putrinya.

   "Papa ...!" Jasmine pun langsung menghampiri papanya yang baru saja pulang, dia berlari ke arah Rigel sedang Khai dan Tiara hanya tersenyum melihat tingkah si kecil Jasmine.

  "Wah princess papa sudah cantik dan wangi ternyata," ucap Rigel yang berjongkok untuk mensejajarkan tingginya dengan putri kecilnya.

  "Iya dong, Pa. Jadi mana oleh-oleh untuk Yasmin?" Tanya Jasmine, Rigel pun mengeluarkan sebuah boneka Teddy bear besar yang Jasmine inginkan.

  "Yeay, boneka teddy bealnya besal. Makacih papa, uaam ... sayang papa." Jasmine pun berterima kasih dengan suara yang menggemaskan dan Rigel pun mencium pipi chubby milik putrinya yang terasa sangat lembut.

  "Sama Mama gak sayang dong," Khai pura-pura terlihat sedih membuat Jasmine menghampiri ibunya.

   "Sayang dong, Yasmin sayang papa dan mama. Dua-duanya Yasmin sayang." Jasmine pun memeluk kedua orang tuanya dan Tiara tersenyum melihat kebahagiaan keluarga kecil kakaknya itu.

  Rigel baru saja masuk ke kamarnya setelah menidurkan Jasmine karena anak itu ingin di ceritakan dongeng oleh ayahnya. Saat memasuki kamar Rigel tidak melihat keberadaan Khai di sana, tapi saat dia menoleh ke arah balkon dia melihat istrinya itu tengah berdiri di pembatas balkon sambil menatap ke arah langit.

  Rigel tersenyum dan dia menghampiri Khai tanpa bersuara, saat sudah di belakang Khai. Rigel langsung memeluk istrinya lalu menopangkan dagu di bahu istrinya. Khai hanya tersenyum saat mendapatkan pelukan hangat dari suaminya.

   "Sayang sedang apa kamu di sini?" Tanya Rigel dengan sesekali mengecup pundak Khai.

  "Aku sedang menikmati indahnya malam, lihatlah bintang di sana yang tak pernah lelah bersinar seperti kamu yang tidak pernah lelah melindungi dan memenuhi kebutuhanku dan Jasmine tanpa mengeluh," jawab Khai dengan senyuman termanisnya.

  "Itu sudah kewajibanku, sayang. Menafkahi dan melindungi kalian karena kalian adalah sumber kebahagiaanku," ucap Rigel yang kini mencium aroma tubuh Khai.

  "Sayang sepertinya kita harus memberi Jasmine seorang adik agar dia tidak kesepian," ucap Rigel yang kini langsung membopong Khai membawanya masuk dan membaringkan tubuhnya di ranjang. Khai hanya bisa pasrah saat Rigel kini menindih tubuhnya. Rigel langsung menarik selimutnya untuk menutupi tubuh mereka dan malam itu menjadi malam yang panjang untuk Khai dan Rigel.

  "Wah rumahnya bagus sekali sayang, kamu yakin ingin membeli rumah ini?" Tanya Khai yang kini mendekap Rigel dari belakang.

  "Tentu sayang, kita dan putri kita harus punya tempat tinggal sendiri karena dari sini kita benar-benar bisa merasakan rumah tangga yang seutuhnya. Oh ya, sebelah rumah ini ada ruangan yang lumayan besar jadi kamu bisa praktek di rumah agar Jasmine bisa terpantau olehmu dan kamu bisa melihat setiap perkembangan putri kita," ucap Rigel.

  "Terima kasih sayang karena tidak melarangku untuk tetap bekerja sebagai dokter dan menyalurkan keahlianku," ucap Khai sangat senang karena Rigel tidak melarangnya untuk melakukan pekerjaan sebagai dokter, malah Rigel mendukung dengan memberikan Khai sebuah ruangan untuk praktek di rumah saja agar putrinya tidak kekurangan kasih sayang seorang ibu.

  "Untuk kebahagiaanmu dan putri kita apapun akan aku lakukan sayang meski nyawaku sebagai taruhannya." Ucap Rigel membuat Khai terharu, dia tidak menyangka kalau suaminya akan melakukan semua yang terbaik untuknya dan putrinya. Padahal dulu tidak terlintas sedikitpun kalau Rigel yang arogan dan playboy akan menjadi suami yang baik dan penuh kasih sayang terutama untuk dirinya dan putrinya.

  Kini Rigel dan Khai melihat-lihat semua ruangan itu dan setelah Khai setuju Rigel langsung membayar. Dia pun menghubungi agen properti dan membicarakan tentang pembayarannya.

  "Ayo sekarang kita pulang, kasihan Jasmine pasti dia sudah menunggu kita," ajak Rigel dan mereka pulang ke rumah orang tua Rigel.

  Setelah Khai setuju dengan rumah itu, Khai dan Rigel meneruskan untuk pindah ke rumah baru mereka dan di sanalah mereka akan benar-benar menjalankan kehidupan rumah tangga tanpa ada yang membantu. Khai akan menjadi ibu yang sebenarnya karena dia tidak mengambil jasa baby sister. Dia ingin membesarkan putrinya dengan didikannya sendiri dan melayani suaminya dengan mandiri. Meski ada satu asisten rumah tangga tapi untuk memasak dan menyiapkan sarapan juga makan malam Khai yang mengurusnya, asistennya hanya di tugaskan untuk menemani Khai dan Jasmine saat Rigel pergi juga membantu Khai membersihkan rumah. Khai benar-benar ingin merasakan kesibukan menjadi seorang ibu yang membesarkan anaknya.

 

 

MUARA CINTA KHAIDEEJAH Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang