Happy Reading 😊
Satu tahun sudah Khai, Rigel dan Jasmine menempati rumah baru mereka. Jasmine sangat senang berada di rumah barunya, Khai pun membuka klinik untuk dia praktek kembali di rumahnya. Dengan satu karyawan yaitu seorang perawat untuk membantunya saat banyak pasien yang datang, karena pasiennya saat praktek di rumah sakit dulu kini datang ke rumahnya. Mereka merasa sangat puas dengan kinerja Khai, bukan hanya itu saja Khai pun sangat ramah pada pasien-pasiennya.
"Yang, apakah Jasmine sudah tidur?" Tanya Rigel yang melihat Khai masuk ke kamar. Dia menatap wajah Khai yang sangat pucat dan itu membuatnya khawatir.
"Sayang kamu kenapa? Wajah kamu pucat kayak begitu pasti kecapean ya, terus kamu juga kurang istirahat?" Rigel bertanya lagi karena merasa khawatir.
"Enggak apa-apa kok Mas, mungkin aku sedikit lelah karena tadi pasienku lumayan banyak terus Jasmine agak rewel juga gak mau main sama Bi Mayang," jawab Khai lalu dia duduk di ranjang.
"Apa sebaiknya kamu istirahat dulu, jangan buka praktek dulu beberapa hari. Aku khawatir kamu nanti malah sakit," saran Rigel yang terlihat semakin khawatir dengan keadaan istrinya.
"Iya mungkin Mas, kayaknya aku harus ngambil libur beberapa hari deh," jawab Khai menerima saran Rigel.
"Ya sudah kamu pergi tidur lebih dulu sana, aku harus mengerjakan proposal untuk meeting esok hari mungkin sebentar lagi akan selesai," ucap Rigel yang kembali fokus pada kerjaannya.
••
•
Pagi tiba Rigel terbangun dari tidurnya. Namun saat dia meraba tempat di sampingnya dia tidak menemukan Khai, membuat Rigel terbangun dan menuju kamar putrinya, tapi Jasmine masih tertidur lelap di tempat tidurnya dan dia tidak menemukan Khai di sana. Rigel menuju dapur tapi hanya ada pelayan yang sedang menyiapkan sarapan membuat Rigel kebingungan karena memang Khai yang setiap pagi menyiapkan sarapan. Kemana istrinya itu?
Rigel kembali ke kamarnya dan dia sadar belum mengecek kamar mandi dan juga balkon. Dia bergegas masuk ke kamarnya dan memanggil istrinya.
"Sayang apa kamu di kamar mandi?" Tanya Rigel dengan mengetuk pintu kamar.
"Aku disini Mas." Khai menyahut, namun dari arah balkon. Rigel merasa lega saat menemukan istrinya tengah berdiri di balkon kamar mereka.
"Masih pagi, kenapa disini?" Tanya Rigel yang kini mendekap tubuh Rigel dari belakang.
"Lihat ini sayang," ucap Khai lalu dia memperlihatkan benda pipih yang terdapat dua garis biru di sana.
"Apa ini sayang? Ja - Jadi kamu hamil." Rigel terlihat sangat bahagia, Khai pun mengangguk dengan senyuman yang mengembang di bibirnya. Rigel mengangkat tubuh Khai dan memutarnya lalu setelah itu Rigel memeluk tubuhnya dengan erat.
"Terima kasih sayang, terima kasih aku sangat bahagia. Jasmine pasti bahagia kalau tahu dia akan menjadi seorang kakak," ucap Rigel lalu di jawab dengan anggukkan oleh Khai. Dia sangat bahagia apalagi saat melihat suaminya yang terlihat begitu sangat bahagia.
"Hari ini aku antar kamu ke dokter ya sayang, mau kan? Untuk memastikan dan untuk mengetahui berapa bulan usia kandungannya." Rigel lagi-lagi tersenyum sedangkan Khai lagi-lagi hanya mengangguk pertanda setuju dengan apa yang suaminya katakan.
Khai dan Rigel baru saja pulang dari rumah sakit. Mereka baru saja memeriksa kandungan Khai, Jasmine mereka titipkan bersama Bi Mayang karena mereka hanya pergi sebentar.
"Mama, Papa pelgi kok gak aja Yasmin sih," protes Jasmine sambil cemberut.
"Maafin Mama ya sayang, tadi Mama sama Papa pergi ke dokter sebentar mau ajak Jasmine tapi princessnya Mama sama Papa ini masih bobo," ucap Khai memberikan pengertian pada putrinya agar tidak marah.
"Ke doktel?" Tanya Jasmine dengan wajah polos.
"Iya sayang, papa sama mama tadi ke dokter sebentar jadi bukan pergi jalan-jalan, kalau pergi jalan-jalan mana mungkin Jasmine di tinggal." Kali ini Rigel yang menjawab.
"Memang siapa yang sakit, Pa, Ma?" Tanya Jasmine.
"Enggak ada yang sakit, sayang. Mama Jasmine sedang mengandung adik buat Jasmine, katanya Jasmine ingin punya adik dan akhirnya Tuhan mengabulkan keinginan Jasmine untuk punya adik." Rigel lalu menggendong putrinya yang masih kebingungan dengan yang ia katakan.
"Adik? Di pelut Mama kan Pa?" Tanya Jasmine, Rigel mengangguk sambil tersenyum.
"Hole ... benalan Pa, Ma. Yasmin akan punya adik?" Tanya Jasmine lagi untuk memastikan.
"Beneran sayang, mana mungkin papa sama Mama bohong sama Jasmine. Iya kan Ma?"
Khai mengangguk membenarkan perkataan Rigel. Mendengar kabar akan menjadi seorang kakak Jasmine pun kembali bersorak kegirangan tak lupa Bi Mayang mengucapkan selamat pada majikannya, dia mendoakan yang terbaik untuk ibu dan calon bayinya.
"Sebentar lagi Jasmine akan punya adik, jadi Jasmine gak boleh manja lagi ya, terus gak boleh ngerepotin Mama apalagi membuat capek Mama. Kasihan nanti kalau Mama kecapean adiknya yang ada di perut Mama nanti sakit," ucap Rigel sambil memangku putrinya itu karena mereka kini sedang di kamar.
"Iya, Pa. Yasmin gak akan ngelepotin Mama dan gak manja lagi, Yasmin gak mau membuat Mama dan Ade sakit," jawab Jasmine dengan serius.
"Sekarang panggilan Jasmine kakak saja ya, sayang. Kan sudah mau punya adik," ucap Khai sambil mengelus rambut putrinya itu.
"Iya Ma, kalau panggil nama nanti Ade ikutan panggil nama ya, Ma? Jadi halus panggil kakak," celoteh Jasmine dengan semangat.
Khai dan Rigel mengangguk dan tersenyum pada putri kecilnya itu, mereka sangat bangga pada Jasmine karena meski masih kecil putrinya itu sangat pintar dan mudah mengerti dengan apa yang diberitahukan padanya.
"Belalti, nenek kakek sama Oma dan Opa halus panggil Yasmin kakak ya Mama," tanyanya lagi.
"Iya sayang, gak apa-apa kan di panggil kakak?" Khai bertanya pada putrinya.
"Enggak apa-apa Mama, Yasmin suka panggilan balunya. Asik sekalang Yasmin di panggil kakak." Jasmine bersorak kegirangan dan itu membuat Khai dan Rigel tersenyum dengan antusias yang di tunjukkan putrinya.
Mereka bertiga terlihat bahagia dan mulai sekarang Khai tidak di perbolehkan beraktivitas terlalu berat. Untuk sementara urusan dapur Rigel serahkan pada Bi Mayang sampai Khai melahirkan dan sudah bisa beraktivitas seperti biasa.
***
Orang tua Khai dan Rigel kini sudah berkumpul di rumah milik Rigel dan Khai sebab Rigel yang mengundang mereka. Dia tidak ingin memberitahu kabar gembira itu lewat telepon. Rigel ingin memberitahukan secara langsung kepada orang tuanya dan orang tua Khai.
Mereka semua sudah berkumpul di ruang keluarga. Oma Asya ikut serta karena kebetulan beliau ada di rumah Jihan dan Galih.
"Ada hal penting apa sih, Rigel yang ingin kamu sampaikan?" Karinda terlihat sangat penasaran dengan apa yang akan putranya sampaikan.
"Sabar dong, Bun. Jadi begini_"
Perkataan Rigel menggantung lalu dia tersenyum pada Khai yang kini duduk di sampingnya. Rigel menggenggam tangan Khai lalu meneruskan perkataannya karena dia tahu mereka sudah tidak sabar dengan kabar yang akan di sampaikan.
"Jadi begini apa, Rigel? Gemes deh, kalau ngomong di potong-potong kayak begini." Lagi-lagi Karinda protes karena sudah tidak sabar dengan kelanjutan perkataan putranya.
KAMU SEDANG MEMBACA
MUARA CINTA KHAIDEEJAH
RomancePACAR ADALAH MUSUH! MUSUH ADALAH PACAR! Begitulah prinsip dua orang yang saling bermusuhan ini. Jika ada tempat di mana membenci dan membutuhkan dapat dirasakan secara bersamaan maka di sanalah Khai dan Rigel akan di tempatkan. Seperti Tom and...