Happy Reading 😊
"Kamu ini kak benar-benar bikin kesal, terserahlah. Awas saja kalau sampai terjadi sesuatu pada kak Khai. Kak Rigel yang bertanggung jawab," ketus Tiara, ia pun pergi meninggalkan kamar Rigel. Kini Rigel pergi ke kamar mandi dengan perasaan gelisah.
Jam menunjukkan pukul 11:00 malam tapi belum ada tanda-tanda Khai pulang. Rigel kembali menelpon Jihan ibu mertuanya. Namun, jawabannya tetap sama jujur itu membuat Rigel semakin gelisah. Rasanya ingin sekali menelpon Vanya karena dia sahabatnya tentu saja pasti dia tahu keberadaan Khai. Rigel mengirim pesan pada Vanya untuk menanyakan Khai dengan alasan orang tua Khai menyuruhnya karena Khai belum pulang. Tapi hasilnya sama Vanya tidak mengetahui keberadaan Khai saat ini.
"Khai kamu di mana? Aku benar-benar khawatir padamu. Aku tahu pasti kamu marah tentang kejadian tadi pagi. Maafkan aku, Khai. Aku yang salah karena sudah egois dan termakan api cemburu. Aku bisa gila kalau seperti ini, Khai dimana kamu sayang?" Rigel berteriak sambil mengusap wajahnya dengan kasar dan dia mengambil jaketnya pergi terburu-buru setelah mengambil kunci mobilnya.
Aarrgh
"Kak Rigel, kakak mau kemana? Mau mencari kak Khai ya, Ara ikut," ucap Tiara yang memang khawatir pada kakak iparnya itu.
"Enggak kok, kakak cuma ingin mencari udara segar saat malam hari," jawab Rigel dengan wajah datar.
"Sekalian cari Khai ya, Rigel di rumah temannya. Bunda khawatir soalnya jam segini dia belum pulang," ucap Karinda tapi Rigel pergi tanpa mempedulikan perkataan ibunya.
Rigel melajukan mobilnya tanpa tujuan. Namun, tiba-tiba ia berhenti di sebuah taman dan taman itu terlihat sepi hanya ada lampu yang menerangi taman itu. Rigel teringat biasanya dia mendatangi taman itu untuk menjahili Khai jika Khai sedang bersantai di tempat favoritnya itu.
"Sebenarnya kamu kemana, Khai?" Batin Rigel sambil mengusap wajahnya dengan kasar dia begitu gelisah dan beranjak dari duduknya untuk mengelilingi taman itu karena sudah lama ia tidak datang ke taman yang penuh kenangan bersama Khai. Namun, saat Rigel sedang asik melihat-lihat taman yang semakin indah meskipun di malam hari itu. Tiba-tiba ia melihat sesuatu di bawah kursi, sebenarnya di situlah tempat ia dan Khai menghabiskan waktu dari kecil. Itu apa ya? Sepertinya ada orang disana." Karena tempatnya agak gelap jadi Rigel tidak melihat jelas dan karena penasaran Rigel mulai mendekatinya dan betapa terkejutnya ia saat melihat siapa yang tergeletak di rerumputan.
"Kha - Khai ...!"
Rigel setengah terkejut saat melihat Khai tidak sadarkan diri. Dia memangku kepala Khai. Rigel terlihat sangat cemas karena bibir Khai sudah sedikit membiru dan tubuhnya menggigil. Rigel menepuk-nepuk pipi Khai dengan pelan agar Khai terbangun dan kembali tersadar.
"Dingin," gumam Khai lirih, dia mengigau. Rigel bergegas mengangkat tubuh Khai yang lemah.
"Bertahanlah sayang, aku akan segera membawamu ke rumah sakit." Rigel segera membawa Khai ke dalam mobil untuk dia bawa ke rumah sakit.
Setibanya di rumah sakit Khai mendapatkan penanganan sedangkan Rigel memberitahu keluarganya kalau Khai sudah bersamanya dan baik-baik saja. Namun, tidak memberitahu kalau Khai di bawa ke rumah sakit karena tidak ingin orang tuanya cemas dan semakin khawatir dengan keadaan Khai.
Setelah menelpon keluarganya, Rigel kembali menunggu Khai di depan ruang UGD. Dia terlihat sangat khawatir karena dia takut terjadi sesuatu pada istrinya.
Rigel menyesal karena sudah membuat Khai cemburu dan kesal padanya sehingga Khai pergi dan kini istrinya itu sudah berada di rumah sakit dan dia sangat menyesalinya.
Dokter kini sudah selesai menangani Khai, dia keluar dari ruangan UGD. Melihat dokter yang menangani Khai keluar, Rigel yang sedang duduk dengan penuh cemas langsung menghampiri dokter.
"Bagaimana keadaan istri saya, Dok? Apa dia baik-baik saja?" Tanya Rigel yang masih terlihat khawatir.
"Dia baik-baik saja hanya demam karena terlalu kedinginan. Usahakan mulai sekarang jangan sampai dia kedinginan dan kelelahan karena tidak baik untuk janinnya." Dokter pun tersenyum pada Rigel.
"Apa, Janin? Maksud dokter istri saya sedang hamil, Dok? Ja - jadi aku akan menjadi ayah?" Tanya Rigel yang saat ini terlihat sangat bahagia.
"Iya, dan usia kandungannya baru dua minggu, jadi akan sangat rentan untuk keguguran karena kandungannya masih sangat muda. Usahakan jangan buat istri anda terlalu lelah apalagi stres karena itu tidak baik untuk perkembangan janinnya. Jika dia sudah sadar kamu boleh membawanya pulang."
Setelah bicara pada Rigel, dokter pun pergi meninggalkan ruangan itu. Seorang perawat mempersilahkan Rigel masuk ke ruang UGD untuk menemui Khai. Kini Rigel sedang berdiri sambil menggenggam tangan Khai dengan senyuman yang merekah, tidak lama Khai membuka matanya dan melihat Rigel sedang tersenyum padanya.
"Ri - Rigel." Khai menyebut nama suaminya dengan suara lemah sebab masih terasa lemas.
"Sudah jangan banyak bicara, kamu istirahat saja. Nanti setelah kamu mendingan kita baru pulang," Rigel menggenggam erat tangan Khai membuat Khai bingung dengan sikap Rigel.
"Kenapa aku bisa ada di sini, Rigel?" Tanya Khai bingung karena tadi dia sedang berada di taman dan kepalanya tiba-tiba pusing setelah itu Khai tidak ingat lagi dengan apa yang terjadi padanya.
"Tadi kamu pingsan di taman, untung saja tidak ada yang berbuat jahat padamu," ucap Rigel.
"Untuk apa kamu membantuku, bukannya kamu sudah tidak peduli lagi padaku? Sudah sana urusin saja Renata." Khai memalingkan wajahnya dari Rigel karena dia tidak mau melihat wajah suaminya itu.
"Sayang sudah jangan marah ya, aku minta maaf. Aku janji demi calon bayi kita aku akan mencoba untuk tidak egois lagi karena cemburu yang belum tahu kebenarannya." Rigel tersenyum melihat Khai yang kini menatapnya seakan tidak percaya dengan apa yang Rigel katakan.
"Apa tadi kamu bilang. Ba - bayi? Maksud kamu aku hamil?" Tanya Khai. Rigel mengangguk dengan tersenyum manis pada Khai.
"Iya sayang, sekarang ada Rigel junior di dalam sini." Rigel mengelus perut Khai dengan lembut dan mengecup kening Khai dengan penuh kasih sayang.
"Kita sebentar lagi akan menjadi orang tua sayang," sambung Khai dengan penuh kebahagiaan dan Rigel pun memeluk Khai dengan erat dan kembali mengelus perut Khai yang masih rata dengan penuh kasih sayang.
"Aku harap kamu mau memaafkan aku, Khai. Karena sudah membuatmu sedih. Aku memutuskan kalau besok aku akan memberitahu soal pernikahan kita pada semua orang. Aku tidak akan membuatmu di permalukan karena kamu sedang hamil sayang, jadi kali ini tidak ada penolakan. Kamu harus setuju karena ini waktu yang tepat," ucap Rigel dan dia semakin mengeratkan pelukannya pada istrinya. Khai tersenyum karena mimpi buruknya tentang kehilangan Rigel sudah hilang, setelah Khai terlihat membaik dan karena dokter tidak menyarankan untuk di rawat. Rigel membawa Khai pulang ke rumahnya.
Setelah sampai di rumah Rigel tidak membiarkan Khai berjalan, ia kini membopong Khai ala bridal style untuk membawanya ke kamar mereka yang seakan memanjakan Khai. Rigel benar-benar bahagia setelah mengetahui kalau Khai tengah hamil anaknya, buah cintanya bersama Khai.
"Baiklah sekarang kamu gak boleh kecapekan dan harus tidur di ranjang, tidak ada ngambek-ngambekkan lagi dan tidur di sofa."
Rigel merebahkan tubuh Khai di ranjang, untung saja ayah dan bundanya juga Tiara sudah tidur jadi mereka selamat dari interogasi kedua orang tuanya. Kalau sampai melihat Khai dan Rigel baru pulang pasti mereka akan heboh. Khai kini tersenyum dengan perlakuan manis suaminya yang membopongnya dari mobil sampai ke kamar dan langsung membaringkannya di tempat tidur.
"Rigel apa kamu masih mencintaiku?" Tiba-tiba Khai bertanya dan itu yang membuat Rigel tertidur di samping Khai mengerutkan keningnya dan menatapnya dengan lekat.
"Pertanyaan macam apa itu sayang, tentu saja aku sangat mencintaimu apalagi sekarang ada calon anak kita di sini." Rigel mengusap perut Khai dengan sangat lembut.
"Tapi kenapa kamu bertanya tentang itu, Khai? Kamu masih ragu dengan cintaku?" Tanya Rigel dengan tatapannya yang lekat.
KAMU SEDANG MEMBACA
MUARA CINTA KHAIDEEJAH
RomancePACAR ADALAH MUSUH! MUSUH ADALAH PACAR! Begitulah prinsip dua orang yang saling bermusuhan ini. Jika ada tempat di mana membenci dan membutuhkan dapat dirasakan secara bersamaan maka di sanalah Khai dan Rigel akan di tempatkan. Seperti Tom and...