Tujuh Bulanan

4 1 0
                                    

     Happy Reading 😊

  "Di kamar Rigel dan Khai sedang asik melihat hasil USG calon putri mereka. Khai tidak hentinya tersenyum melihat gambar putri mungil yang kini masih di dalam rahimnya begitu juga dengan Rigel yang tak kalah bahagianya melihat gambar bayi mungil itu.

   "Lihat sayang dia begitu mungil dan menggemaskan ya, terima kasih sayang karena kamu telah memberikan kebahagiaan yang sangat berarti untukku. Aku janji akan selalu menjagamu dan calon putri kita," ucap Rigel dan dia mengecup kening Khai dengan lembut membuat Khai tersenyum bahagia.

  "Terima kasih Tuhan karena kamu telah menghadiri dia di rahimku, yang membuat suami dan keluargaku bahagia. Semoga kamu sehat terus ya, Nak. Sampai nanti kamu lahir ke dunia," Batin Khai kini dia memeluk Rigel dan mengeratkan pelukannya pada suaminya itu. Begitu pun dengan Rigel dia membalas dekapan Khai dengan senyum penuh kebahagiaan. Rigel pun kembali mengecup puncak kepala Khai dengan lembut dan dia menyandarkan kepalanya di puncak kepala Khai.

  Rigel baru saja keluar dari kamar mandi, dia kini melihat Khai sedang bersandar di kepala ranjang sambil mengelus-elus perutnya yang semakin buncit. Rigel tersenyum saat melihat apa yang Khai lakukan.

   Khai yang melihat suaminya menatapnya dengan terus tersenyum menjadi bingung apakah suaminya salah makan hari ini?

  "Rigel, aku perhatikan kamu senyum-senyum terus dari tadi. Kenapa?" Tanya Khai sambil menatap Rigel yang kini kembali menggosok rambut yang masih basah dengan handuk mandi.

   "Enggak, sayang. Aku hanya bahagia dan tidak menyangka sebentar lagi aku akan sah menyandang gelar baru  yaitu menjadi seorang ayah hanya tinggal beberapa bulan lagi. Rigel akan bertemu dengan putri kecil mereka dan setelah dia lahir menjadi orang tua seperti ayah dan bunda. Kamu tahu ini seperti mimpi bagiku, mimpi yang sangat indah," ucap Rigel kembali tersenyum pada istrinya. Mendengar perkataan yang Rigel katakan Khai tersenyum, jujur dia sudah tidak sabar menanti kelahiran buah hatinya dan tidak sabar mendengar putri kecilnya memanggil Mama.

   "Rigel, kemarilah!" Panggil Khai dengan menatap matanya lekat ke wajah suaminya.

  "Ada apa sayang, apa kamu memerlukan sesuatu? Biar aku ambilkan," ucap Rigel menghampiri Khai dan kini berjongkok di hadapan istrinya Khai. Kini Khai mengambil handuk yang ada di tangan Rigel dan menggosok rambut suaminya dengan lembut membuat Rigel bahagia sebab kini Khai sering memanjakannya.

   "Rigel, beberapa hari lagi kita akan selamatan tujuh bulanan, kita akan berbelanja perlengkapan bayi kan, sayang. Kamu mau kan mengantarku?" Tanya Khai yang kini mengelus rambut Rigel dengan lembut.

   "Tentu saja sayang, kamu ingatkan saja nanti. Saat hari itu aku tidak akan masuk kerja dan aku akan mengambil cuti beberapa hari," ucap Rigel sambil mengelus perut Khai yang sudah membuncit dengan lembut dan penuh kasih sayang.

   "Baik-baik di sini ya, Nak. Sehat selalu sayang dan jangan nakal-nakal ya, jangan buat Mama kamu kesakitan. Kalau menendang perut Mama jangan kencang-kencang, kasihan mamamu yang selalu kesakitan karena tendanganmu sangat kencang putriku sayang. Papa sangat menyayangimu," ucap Rigel sambil mengecup lembut perut buncit Khai beberapa kali membuat Khai kegelian namun dia terlihat sangat bahagia sebab Rigel sangat menyayangi putri yang dikandungnya.

                                    ****

    Bulan berganti dengan begitu cepat dan hari ini ini adalah hari yang spesial bagi Khai dan Rigel karena hari ini mereka tengah menggelar selamatan untuk tujuh bulanan kehamilan Khai. Berbagai ritual kini tengah dilakukan Khai dalam proses selamatan tujuh bulanan kandungannya. Galih dan Jihan, Karinda dan Rama juga Tiara terlihat sangat antusias dan bahagia menyambut ke tujuh bulan anggota baru di keluarga mereka yang akan segera lahir dua bulan lagi. Mereka mengadakan pengajian di rumah keluarga Rigel.

   Sementara Rigel, dia tidak pernah meninggalkan Khai sendirian walaupun hanya sebentar. Dia selalu berada di samping Khai dan dengan sigap memenuhi keinginan Khai.

  Hendi dan Vanya datang dengan membawa kado sebuah undangan pernikahan mereka dan tidak lupa dengan beberapa perlengkapan bayi untuk calon putri Khai dan Rigel yang berarti akan menjadi keponakannya nanti. Khai dan Rigel terlihat sangat bahagia karena mendapatkan kabar yang sangat membahagiakan dari kedua sahabatnya Hendi dan Vanya. Tak lupa godaan terus terlontar dari mulut Rigel untuk Hendi.

    "Akhirnya si tokek buntung mau nikah juga, udah gak tahan ya mau jadi papa muda," celetuk Rigel sambil tertawa lebar.

  "Iihh, kamu ini Rigel nyebelin banget sih, aku ini sudah insyaf bro jadi buaya darat. Aku sudah punya Vanya pilihan terakhirku yang akan menjadi pendamping hidupku dan ibu dari anak-anakku kelak, iya kan sayang?" Tanya Hendi yang di tanya anggukan dan senyuman oleh Vanya.

  "Ya aku ucapin selamat deh buat kalian berdua dan buat kamu, Hendi semoga kamu ngerasain apa yang aku rasain saat istri kamu ngidam nanti, hahaha." Rigel tertawa terbahak-bahak membuat Khai dan Vanya mengerutkan keningnya merasa bingung. Khai dan Vanya pun saling bertatap dan sesekali melihat Rigel tertawa. Apakah ada yang lucu? Entahlah cuma Rigel yang tahu di bagian mana yang menurutnya sangat lucu hingga dia tertawa terbahak-bahak seperti itu.

   "Maksud kamu apa, Rigel?" Tanya Hendi yang juga ikut bingung dengan ucapan Rigel.

  "Enggak apa-apa kok, sudah lupakan saja. Rigel kadang memang suka gak jelas orangnya. Kamu tidak mau ambil makanan, Van?" Tanya Khai yang sedang menyaksikan beberapa orang tengah menikmati menu sajian yang di hidangkan.

  "Enggak ah, nanti saja. Aku belum lapar. Sekarang aku sedang pusing mikirin pernikahanku dengan Hendi, Khai. Jujur aku sangat gugup, gugup banget tahu, mana tinggal seminggu lagi acaranya berlangsung," ucap Vanya mencurahkan isi hatinya pada sahabat terbaiknya.

   "Dasar pria, lihatlah Hendi. Khai, dia malah terlihat sangat santai tidak terlihat rasa gugupnya sama sekali, menyebalkan." Vanya menggerutu saat melihat Hendi dan Rigel sedang asik mengobrol.

  Khai tersenyum melihat suami dan sahabat yang selalu kompak. namun, kadang tak jarang mereka saling memojokkan jika sedang ada sedikit masalah, tapi itu tidak berselang lama karena mereka akan kembali berbaikan.

  "Mungkin mereka sedang menyembunyikan kegugupannya, Van. Kamu tahu sebenarnya pria juga bisa sensitif dan aku pernah melihat itu dari Rigel," ucap Khai sambil menatap Rigel yang kini tertawa dan terlihat sangat bahagia.

  "Benarkah, Khai?" Tanya Vanya dia tidak percaya kalau seorang Rigel mempunyai sisi sensitifnya. Karena Vanya tidak pernah melihat Rigel gugup seperti yang Khai katakan.

  Kini Khai dan Vanya asik mengobrol, entah apa yang mereka bicarakan. Begitu pun Hendi dan Rigel mereka tengah asik becanda. Namun, tiba-tiba keceriaan mereka berubah saat kedatangan seseorang dengan kedua orang tuanya karena undangan dan ternyata Oma Asya yang mengundang mereka membuat suasana seketika menjadi canggung setidaknya untuk Khai. Dia tidak menyangka bahwa dia pernah kedatangan orang yang pernah menjadi teman baiknya. Sedangkan Rigel dia terlihat tidak suka dengan kedatangan orang itu. Entahlah rasanya Rigel ingin sekali mengusir orang itu andai saja bukan Oma Asya yang mengundang mereka.

 

 

 

MUARA CINTA KHAIDEEJAH Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang