Ungkapan Perasaan

7 1 0
                                    

    Happy Reading 😊

    "Kalian benar-benar pasangan yang serasi, seharusnya aku menyadari itu dari awal, maaf khai. Aku tidak tahu kalau kamu istri Rigel. Kamu tahu, aku sangat syok saat Rigel mengatakan kalau kamu istrinya. Jujur aku sebenarnya sangat iri padamu, Khai. Sebab kamu telah menjadi sahabat sekaligus istri Rigel. Kamu beruntung dicintai seorang Rigel yang menjadi idola di sosmed, aku tadinya berharap Rigel akan serius padaku bukan hanya menggoda saja, tapi sekarang harapanku sudah hilang. Aku datang ke sini tidak ada maksud apa-apa, aku kesini hanya meminta maaf pada kamu, Khai dan sekaligus pamitan sama kalian berdua karena hari ini aku akan kembali ke New York. Semoga kita bisa berteman, ya. jadi saat aku kembali ke Jakarta nanti kita bisa kembali bertemu sebagai teman. Kalian mau kan berteman denganku?" Tanya Kamila yang kini tersenyum pada Khai dan Rigel.

  "Tentu saja kak, iya kan Rigel?" Khai meminta persetujuan dari Rigel dan tersenyum pada Kamila.

  "Iya kita sekarang berteman dan kamu harus kabari kami kalau kamu sudah sampai di New York," ucap Rigel.

  Terima kasih Rigel, Khai. Aku pamit sampai jumpa lagi di lain waktu," ucap Kamila dengan memeluk Khai dan Rigel secara bergantian. Setelah itu Kamila pamit dan dia pergi meninggalkan Khai dan Rigel.

  "Bagaimana? kamu masih ragu dengan cinta aku, Khaideejah Artisya Najwa," canda Rigel dengan senyuman manisnya.

  "Sudahlah aku ingin beristirahat, Rigel. Jangan terus-terusan saja membahas soal ini." Jujur mendengar ungkapan Rigel yang terus terang ia katakan padanya membuat Khai tersipu malu. Namun, dia tidak ingin memperlihatkannya pada Rigel.

  "Ya sudah kalau begitu istirahatlah. Aku temani kamu disini," ucap Rigel dengan membenarkan selimutnya untuk menutupi tubuh Khai dan mengecup tangan Khai dengan lembut. Khai tidak menolaknya malah ia memejamkan matanya dan saat ini ia menggenggam tangan Rigel erat seperti tidak ingin melepaskan tangan suaminya itu membuat Rigel tersenyum. Rigel kembali ke kursi yang ada di samping brankar Khai dan menelungkupkan kepalanya di tepi brankar Khai dengan terus menggenggam tangan Khai.

                                            ***

  Keesokan harinya Khai sudah kembali ke hotel, karena dokter sudah mengizinkan Khai keluar dari rumah sakit.  Sebab Rigel membujuk dan merayu Khai. Khai pun setuju untuk melanjutkan liburannya bersama Rigel. Sedangkan Jihan sudah pulang ke Jakarta tadi malam sebelum Khai kembali ke hotel.

  "Kamu istirahat saja, kalau butuh sesuatu kamu panggil saja aku," Ucap Rigel yang sudah berbaring di sofa sebab ia cukup lelah setelah merawat dan menjaga Khai.

  Dari ranjangnya Khai terus memperhatikan Rigel. Khai tersenyum saat melihat Rigel benar-benar sudah tertidur, karena merasa lelah Khai mulai memejamkan matanya setelah meminum obat yang Rigel berikan. Khai pun menyusul Rigel untuk bergabung ke alam mimpi.
  •

  •

  •

  Malam tiba, Khai membuka matanya. Namun, saat Khai melihat ke arah sofa yang Rigel tempati ia terkejut saat tidak melihat Rigel disana. Khai bangun dari tempat tidurnya, dan mengetuk pintu kamar mandi berharap suaminya ada di dalam kamar mandi. Namun saat Khai mengetuk dan memanggil nama suaminya itu, Khai tidak mendengar sahutan dari dalam.

  "Rigel apa kamu disana?" Khai terus memanggil Rigel. Namun, tetap tidak ada sahutan dari Rigel.

  "Kemana dia? Apa dia pergi? Tapi kenapa dia tidak  memberitahu aku. Ya sudahlah aku lebih baik mandi dulu, badanku terasa lengket banget," ucap Khai sambil melangkah masuk kamar mandi. Setelah beberapa menit Khai keluar dari kamar mandi, ia kini tengah duduk di sofa masih menggunakan handuk kimono dengan memainkan ponselnya dan chat bersama sahabatnya Vanya karena sudah tiga hari Khai tidak masuk kuliah. Khai hanya mengatakan bahwa ia sedang berlibur di rumah neneknya, karena terlalu asik chat dengan sahabatnya Khai sampai lupa mengganti kimono dengan baju santainya. Tidak lama Rigel pun datang dengan membawa makanan.

  "Kamu sudah bangun?" Dengan santai Rigel menaruh makanannya di atas meja.

  "Aku lapar," jawab Khai dan mengambil makanan yang dibawa oleh Rigel.

  "Makan saja dulu, maaf aku makan duluan tadi di restoran. Tadinya aku ingin bangunin kamu tapi aku gak enak habisnya kamu lelap banget tidurnya, jadi aku putuskan pergi sendiri," ucap Rigel.

  Mendengar penjelasan Rigel, Khai hanya mengangguk sambil membuka kotak makanannya dan Rigel beranjak dari duduknya.

   "Mau kemana?" Tanya Khai sambil menatap Rigel yang sepertinya akan pergi.

  "Mandi, kenapa? Apa kamu mau ikut mandi lagi," canda Rigel yang langsung dijawab oleh gelengan kepala oleh Khai dengan cepat membuat Rigel terkekeh geli sebab melihat Khai dengan wajah gugupnya. Setelah itu Rigel pun masuk ke kamar mandi. Sementara Khai menikmati makanannya, setelah selesai makan Khai merapikannya dan membuang sampahnya ke tempat yang tersedia di pojok dekat kamar mandi kemudian Khai pun kini berdiri di atas balkon hotel menatap langit yang penuh dengan kilauan bintang dan sesekali Khai tersenyum melihat pemandangan indah itu.

  Sementara itu Rigel baru saja selesai mandi, dan kini dia sudah memakai baju santainya. Rigel keluar dari kamar mandi dan tidak melihat Khai. namun, bekas makanannya sudah rapi.

  "Dimana Khai?" Batin Rigel. Matanya menatap ke arah pintu balkon yang sedikit sudah terbuka, ia menebak pasti istrinya itu ada di balkon.

  Rigel tersenyum saat istrinya tengah berdiri di pembatas balkon, dia pun menghampiri Khai dengan senyuman yang tidak pernah luntur dari bibirnya sebab ia melihat pemandangan yang sangat indah baginya.

  Tanpa Khai sadari Rigel menghampirinya, karena terlalu fokus pada pemandangan yang baginya sangat indah.

   
Tiba-tiba ada yang memeluk Khai dari belakang dan itu membuat Khai terkejut dan ia pun menoleh. Ia tersenyum saat tahu siapa yang datang memeluk dirinya meskipun sedikit gugup karena apa yang telah Rigel lakukan padanya.

  Rigel mencium pundak Khai dan ia menelesupkan kepalanya di ceruk leher Khai, membuat Khai semakin gugup dan wajahnya semakin merona. Sesekali Rigel mencium leher jenjang Khai yang terlihat sangat mulus dan terawat.

  "Ri-Rigel."

  "Hmm... biarkan begini sebentar saja," ucap Rigel yang masih nyaman dengan posisinya sekarang.

  "Khai, kamu tahu? Mencintai kamu benar-benar sudah membuatku tergila-gila pada kamu," ucap Rigel sambil kembali menenggelamkan kepalanya di ceruk leher jenjang Khai.

  Mendengar apa yang Rigel katakan membuat Khai tersenyum, ia tidak menyangka kalau Rigel akan mencintainya dan apa tadi yang dikatakan Rigel? Rigel tergila-gila padanya, benarkah? Semoga saja apa yang Rigel katakan apa adanya bukan hanya bualan semata, ia berharap Rigel akan selalu mencintainya.

  Rigel menghirup aroma tubuh wanita itu, yang mungkin menjadi candu baginya. Perlahan tapi pasti Rigel mengecup leher jenjang Khai, membuat Khai menggeliat kegelian. Namun, entah mengapa ia tidak dapat menolaknya. Khai hanya bisa pasrah, seolah ia menikmati apa yang Rigel lakukan. Jujur Khai merasa asing akan sentuhan yang sangat lembut dan Khai sudah mencintai suaminya, Rigel Harsya Pradipta.

  Merasa tidak ada penolakan dari Khai, Rigel memutar tubuh Khai menjadi menghadap padanya. Rigel tersenyum saat melihat Khai memejamkan matanya, menikmati cumbuannya. Rigel pun memberanikan diri untuk mengecup bibir mungil Khai, tidak ada balasan atau penolakan dari istrinya itu. Namun, Rigel terus melumat lembut bibir ranum milik istri tercintanya itu. Akhirnya usaha Rigel tidak sia-sia sebab Khai pun membalas ciuman bibir Rigel meskipun masih amatir. namun, rigel menyukainya karena itu berarti ini ciuman pertama bagi Khai dan Rigel yang menjadi pria pertama yang mencumbu Khai dan pastinya semua akan menjadi yang pertama untuk Khai, dan Rigel lah pria yang beruntung itu. Mengingat itu semua membuat Rigel bangga sekaligus bahagia sebab dirinya menjadi yang pertama untuk semua yang akan ia lakukan malam ini pada Khai.

  Cukup lama mereka terhanyut dalam ciuman panas itu, dan pada akhirnya Rigel membopong tubuh Khai ala bridal style, Rigel membawa Khai masuk ke kamar dan ia membaringkan tubuh Khai di ranjang tanpa melepaskan pagutan mereka. Akhirnya setelah cukup lama bibir mereka berpagutan dan karena Khai membutuhkan pasokan udara, Rigel pun melepaskan pagutan bibir mereka karena ia memerlukan pasokan udara. Nafas mereka berdua saling memburu seolah berlomba untuk menghirup udara.

MUARA CINTA KHAIDEEJAH Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang