Happy Reading 😊
"Khai, malam ini kamu makan malam disini ya, sayang," ucap Karinda sambil tersenyum.
"Emm ... boleh deh, Tan. Kebetulan Khai sudah lama gak makan masakan Tante," sahut Khai yang kini membantu Karinda menyiapkan makanan untuk makan malam mereka.
"Bunda ...!" Teriak Rigel membuat Khai terkejut karena teriakan Rigel.
"Ya ampun, Tante. Kenapa tuh Rigel teriak-teriak, udah kayak Tarzan aja yang tinggalnya di hutan, hobi banget teriak-teriak," ucap Khai membuat Karinda terkekeh geli saat mendengar perkataan Khai.
"Dia memang seperti itu sayang kalau di rumah, jadi biasakan saja, nanti kalau sudah nikah kamu gak kaget lagi,"
"Apa tante bilang nikah? Khai sama dedemit? maaf tante, maksud Khai nikah sama, Rigel?" Tanya Khai yang terlihat terkejut. Karinda hanya tersenyum melihat ekspresi calon menantunya itu.
"Ya udah, tante tinggal dulu sebentar, mau nyamperin Rigel pasti dia lupa bawa handuk ke kamar mandi," ucap Karinda menuju kamar putranya.
Tapi tiba-tiba Karinda berhenti melangkah dan menatap Khai dengan senyuman. Entah apa yang Karinda pikirkan. Namun, tiba-tiba...
"Aduh, Khai. Sepertinya perut tante sakit, Tante mau ke kamar mandi dulu ya, sayang. Tante minta tolong berikan handuk pada Rigel yang ada di dalam lemari."
Belum sempat Khai menjawab. Karinda sudah berlari menuju kamarnya dengan tergesa, karena dia berkata ingin ke kamar mandi.
"Ya Tuhan bagaimana ini? Masa iya aku harus mengambilkan handuk dan diberikan ke dedemit.
Khai mulai kebingungan, saat Rigel kembali memanggil ibunya. ia bingung harus apa, haruskah Khai mengambilkan handuk dan memberikannya kepada Rigel?
"Bunda mana handuk, Rigel? Lama amat sih! pasti lagi ngobrol sama tuh cewek jadi-jadian ya? Cepetan, Bun. Rigel udah kedinginan nih!" Teriak Rigel. Namun, tiba-tiba pintu kamar mandi Rigel ada yang mengetuk, Rigel pun membuka pintunya. bukan handuk yang ia ambil melainkan tangan Khai yang ia tarik.
"Aaaa ... teriak Khai saat melihat tubuh polos Rigel, dengan cepat Rigel membalikkan badannya menjadi membelakangi Khai yang menutup wajahnya dengan kedua tangannya. Rigel pun langsung mengambil handuk yang di pegang Khai dengan terburu-buru.
"Gila kamu, kenapa bisa kamu yang kasih handuknya? Kemana Bunda? Aku kan minta tolongnya sama bunda, bukan sama kamu!" Ketus Rigel sambil melilitkan handuk ke pinggangnya untuk menutupi bagian bawah tubuhnya.
"Ta-tante Karin sakit perut, jadi dia pergi ke kamarnya menyuruh aku kasih handuk ini ke kamu," jawab Khai yang kini akan keluar dari kamar mandi. Namun, tiba-tiba langkahnya terhenti saat tiba-tiba tangannya di pegang oleh Rigel. Rigel menarik kembali tubuh Khai dan mendorongnya ke dinding kamar mandi membuat Khai terkejut.
"A-apa yang a-akan kamu lakukan dedemit. Le-lepasin aku."
"Kenapa? Apa kamu gugup? Bukankah kamu telah melihatnya tadi, terus kamu tunggu apalagi, bukankah ini yang kamu mau?" Khai semakin ketakutan saat Rigel semakin mendekatkan wajahnya.
"A-apa yang kamu ma-mau la-lakukan, Rigel?" Tanya Khai yang kini terlihat semakin gugup dan semakin ketakutan. Namun, Rigel tidak menjawab. Rigel semakin mendekatkan wajahnya pada wajah Khai, saat sedikit lagi akan tersentuh tiba-tiba Khai menginjak kaki Rigel dengan kencang.
"Aww ... sakit Khai," pekik Rigel sambil memegangi kaki yang diinjak oleh Khai. Sementara itu Khai sudah berlari keluar dari kamar mandi.
"Siapa suruh mau berbuat mesum sama aku, jadi rasain kamu gak akan bisa macam-macam sama aku, dasar dedemit mesum."
KAMU SEDANG MEMBACA
MUARA CINTA KHAIDEEJAH
RomancePACAR ADALAH MUSUH! MUSUH ADALAH PACAR! Begitulah prinsip dua orang yang saling bermusuhan ini. Jika ada tempat di mana membenci dan membutuhkan dapat dirasakan secara bersamaan maka di sanalah Khai dan Rigel akan di tempatkan. Seperti Tom and...