Tak Sadarkan Diri

3 1 0
                                    

     Happy Reading 😊

   "Ada apa Bun?" Tanya Tiara masih dengan menggendong Jasmine yang kini mulai tenang karena ibunya sudah di bawa ke kamar.

   "Kakakmu Ra, dia mengalami kecelakaan," jawab Karinda dengan suara bergetar karena tangisnya, air matanya kini mulai mengalir di pipinya.

  Mendengar kabar itu, Tiara sangat terkejut dia hanya bisa terdiam. Namun, dengan air mata yang mengalir di pipinya. Dia tetap membuat Jasmine tenang dalam gendongannya. Tiara tidak ingin anak itu kembali menangis saat terbangun dari tidurnya, beruntung gadis kecil itu tertidur dalam gendongannya saat berhenti menangis tadi.

   Tiara menidurkan Jasmine di samping Khai yang masih belum sadarkan diri. Karinda sudah memanggil dokter Aleta untuk memeriksa keadaan menantunya itu. Sementara Rigel sedang di urus oleh pihak rumah sakit dengan bantuan orang yang tadi menghubungi keluarganya, tentu saja dengan imbalan yang besar karena Karinda tidak bisa pergi ke luar kota. Sedangkan Rama belum di beritahu perihal kecelakaan yang dialami oleh putra mereka. Dia menunggu suaminya pulang dari kantor setelah itu baru dia dan Rama akan menunggu di rumah sakit yang sudah di tunjuk untuk merawat putranya.

  Dokter Aleta kini sedang memeriksa keadaan Khai yang masih belum sadarkan diri.

  "Bagaimana keadaan Khai?" Tanya Karinda setelah Aleta memeriksa Khai.

  "Keadaannya sedikit mengkhawatirkan Karin. Dia sepertinya sangat syok mendengar kabar buruk tentang Rigel. Aku sarankan sebaiknya Khai di rawat saja beberapa hari, sampai keadaannya benar-benar pulih. Sebab bisa berakibat buruk pada kandungannya jika tidak di rawat dan di pantau. Aku cuma takut terjadi sesuatu pada Khai dan bayinya," ucap Aleta  yang memang merasa khawatir pada keadaan Khai dan kandungannya.

  "Baiklah kalau begitu kamu urus saja dan bisakah panggilkan ambulance untuk membawanya? biar nanti aku yang menemaninya karena kebetulan Rigel akan di pindahkan ke rumah sakit tempat kamu praktek," ucap Karinda dengan raut wajah sedih karena memikirkan putranya.

  "Baik aku akan segera menelepon pihak rumah sakit untuk mengirimkan ambulance ke sini," jawab Aleta, dia tahu sahabatnya sekarang ini sedang dilanda kesedihan dan kekhawatiran secara bersamaan.

   "Ara, kamu jaga Jasmine ya. Sementara jangan bilang apa-apa pada dia. Kalau Jasmine bertanya berikan alasan yang menurut kamu bisa mengalihkan pertanyaan tentang kedua orang tuanya. Bunda harus menemani kakak ipar kamu. Takutnya saat dia sadar kembali histeris dan tidak ada yang bisa menenangkannya. Nanti bunda telepon Tante kamu Jihan dan Oma Asya biar Oma Asya yang menemani kamu dan Tante Jihan menemani bunda di rumah sakit." Karinda pun segera menyiapkan keperluan Khai dan beberapa potong baju untuk ganti saat di rumah sakit nanti.

  Setelah ambulance datang Khai segera di bawa perawat dan setelah di baringkan di brankar yang berada di dalam ambulance, Karinda menyusul dan duduk di samping Khai sambil menggenggam tangan menantunya itu. Sedangkan Rama biar Tiara yang nanti menjelaskan tentang apa yang terjadi.

                                        ***

     Setibanya di rumah sakit Khai langsung di tangani, setelah selesai di periksa Khai pun di bawa ke ruang rawat dan di sana Khai di infus agar tidak kekurangan cairan.

  Karinda tengah menelpon orang yang dia percaya untuk memindahkan Rigel ke rumah sakit yang sama ke rumah sakit tempat Khai di rawat agar Karinda tidak terlalu sibuk mondar-mandir ke rumah sakit yang berbeda.

  Setelah menunggu beberapa jam akhirnya Rigel tiba di rumah sakit yang sama dengan Khai. Karinda dan Rama bergegas langsung menuju ruang IGD karena Rigel berada di sana.

  "Bagaimana keadaan putra saya, Dok?" Tanya Rama saat melihat dokter yang keluar dari ruang IGD, dia terlihat khawatir dengan keadaan putranya itu.

  "Iya, Dok bagaimana keadaan putra saya," sambung Karinda yang juga ikut bertanya pada dokter.

  Dokter yang menangani Rigel hanya bisa menghela nafas, dia menjelaskan keadaan Rigel yang ternyata kini dalam keadaan koma karena kecelakaannya sangat parah hingga Rigel mengalami pendarahan di otak. Hanya keajaiban yang bisa menyelamatkan Rigel karena kemungkinan bisa tersadar kembali hanya 30 persen saja.

  "Sebaiknya kalian mendoakan pasien, semoga di beri keajaiban oleh Tuhan dan putranya bisa kembali sadar dan pulih," ucap dokter, dia pun ikut merasa sedih saat melihat kondisi pasiennya yang terlihat sangat kritis saat di bawa ke ruang IGD. Untung saja pihak rumah sakit sebelumnya sudah memberikan penanganan terbaik kalau tidak mungkin saja Rigel kembali sudah dalam keadaan tidak bernyawa.

Mendengar dokter yang menangani putranya membuat Karinda menangis dalam pelukan Rama. Dia tidak menyangka putranya akan mengalami kecelakaan yang fatal dan kini membuatnya koma dan entah kapan putranya itu terbangun dari komanya.

  "Apa kami bisa melihat putra kami, Dok?" Tanya Karinda dengan isakan yang sulit dia kendalikan.

  "Tentu saja Bu, anda bisa melihat putra anda sebelum beliau di pindahkan ke ruang intensif karena Rigel harus di berikan perawatan khusus tentu dengan pemasangan alat-alat medis selama koma.

  Rama dan Karinda memasuki ruang IGD dan melihat putranya yang kini terbujur lemah tak berdaya, matanya tertutup dan ada beberapa memar yang terlihat di wajahnya tak lupa juga perban yang menempel di kepalanya karena luka yang dialami oleh putranya.

  "Rigel,"  lirih Karinda dia menatap putranya dan menyentuh kepalanya yang di perban. Karinda menitikkan air matanya dan terdengar terisak yang tanpa sengaja keluar dari mulutnya.

  Rama langsung memeluk istrinya itu saat terdengar isakan yang membuatnya ikut menitikkan air mata, dia juga sangat sedih melihat putranya tertidur begitu pulas tanpa memikirkan apa-apa. Jujur Rama lebih suka putranya yang kadang membuatnya kesal dari pada melihat putranya dalam keadaan koma seperti sekarang ini.

  "Bangun Rigel jangan tidur terus seperti ini, apa kamu gak kasihan sama istri dan anak kamu yang menunggu kepulangan kamu, Nak." Karinda kembali lagi menangis dia tidak tega melihat keadaan putranya.

   Tiba-tiba suara ponsel Karinda berbunyi, saat melihat siapa yang memanggilnya Karinda langsung memanggilnya dan dia terkejut saat mendengar Tiara memberitahu kalau Khai mengamuk histeris saat dia kembali teringat dengan suaminya yang mengalami kecelakaan. Dia memaksa untuk menemui suaminya itu karena Khai dan kandungannya yang memang dalam keadaan lemah dan belum boleh terlalu banyak bergerak.

  Kedua orang tua Khai dan juga neneknya terlihat sangat khawatir dengan keadaan Khai meski sudah kembali tenang apalagi melihat putrinya yang juga menangis histeris saat melihat ibunya histeris seperti tadi. Namun, saat Tiara membawa Jasmine kehadapan Khai akhirnya wanita itu berhenti menangis dan mulai menenangkan putrinya yang tengah menangis tak kalah histeris darinya saat melihat ibunya menangis agar tidak menangis lagi.

  Sesampainya di ruang rawat, Khai keadaannya kini sudah membaik. Karinda melihat Khai tengah memeluk putrinya yang masih sesenggukan karena tangisannya.

 

MUARA CINTA KHAIDEEJAH Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang