Melahirkan

2 1 0
                                    

    Happy Reading 😊

  "Jangan sungkan, Khai. Kamu kan pasien sekaligus keponakanku sudah seharusnya aku memberikan perawatan yang terbaik untuk keponakan dan juga sebagai pasienku, menurut perkiraan Tante tinggal satu Minggu lagi tapi tidak tahu juga lihat nanti kamu bersabarlah. Karena kadang perkiraan ada yang tepat dan kadang ada yang meleset." Dokter Aleta tersenyum dan mengangguk. Khai sangat senang karena bisa mengenal Aleta itu juga karena rekomendasi dari ibu mertuanya yang menunjuk Aleta untuk menjadi Dokter pribadi untuk kandungan Khai dan karena sering bertemu akhirnya mereka menjadi dekat, karena Aleta mengenal baik Rigel yang sudah di anggap seperti keponakannya sendiri dan untuk Khai dia juga merasa nyaman dengan mempunyai dokter kandungan seperti Aleta yang ramah dan baik hati.

   Kini Khai sudah berada di ruang rawat dan sudah berbaring di brankar karena dia merasa sakit di bagian pinggulnya. Namun, sesekali dia terduduk dan mengambil ponselnya tapi tak ada satu pesan pun dari suaminya.

   "Bun, apa Rigel ada telepon bunda?" Tanya Khai dan menatap Karinda yang sedang duduk bersama Tiara di sofa.

  "Cie ... Cie ... ada yang kangen kayaknya Bun. Kakak ini baru 5 hari di tinggal kak Rigel tapi kayaknya sudah kangen banget, ya," Goda Tiara.

   "Kamu ini ngomong apa sih Ara, aku cuma nanya saja," ucap Khai tersipu malu karena Tiara terus menggodanya.

  "Sudah-sudah jangan ribut. Rigel tadi bilang sedang diperjalanan pulang, jadi dia tidak bisa telepon atau menerima telepon. Rigel bilang tidak bisa mengganggumu istirahat, sayang. Tapi bunda sudah bilang kalau dia langsung ke rumah sakit saja, bunda tahu pasti kamu sudah kangen banget," ucap Karinda, Khai pun hanya tersenyum dan dia kembali berbaring.

   Beberapa jam kemudian Jihan dan Oma Asya datang untuk menemui Khai sedangkan Khai dia sedang beristirahat setelah di periksa oleh dokter Aleta dan menyuruh Khai untuk beristirahat. Aleta memberi kabar kalau posisi bayinya sudah berada di tempatnya. Dokter Aleta memberitahukan bahwa hanya tinggal 1 - 3 hari Khai akan melahirkan secara normal. mendengar kabar itu membuat Khai sangat bahagia meski sekarang dia sedikit takut dan itu wajar saat calon ibu baru mulai di lingkupi rasa takut dan cemas secara bersamaan dokter Aleta memaklumi itu.

  Siang beranjak sore, Khai sedang merasakan perutnya yang kembali tidak nyaman, dia pun merasakan cairan keluar dari miss V nya karena khawatir Karinda yang saat itu memang menemani Khai, dia pun memanggil dokter karena khawatir mendengar Khai merintih kesakitan dan mengeluarkan cairan bening. Dokter Aleta langsung memeriksa Khai yang masih saja meringis karena menahan sakit.

  "Bagaimana keadaan putri saya dokter?" Tanya Karinda sambil mengelus-elus punggung Khai yang merintih kesakitan.

  "Khai sudah mengalami pembukaan pertama, ternyata perkiraanku kurang tepat atau mungkin bayinya yang ingin segera bertemu ayah dan ibunya. Khai kamu akan segera melahirkan , Nak. Hanya tinggal menunggu pembukaan selanjutnya," Ucap dokter Aleta sambil mencoba memenangkan Khai.

   "Sakit, Bun. Perut Khai sakit banget," rintih Khai yang kini memeluk erat  Karinda.

  "Bagaimana ini dokter? Sepertinya dia sangat kesakitan." Karinda sangat khawatir pada menantunya itu.

  "Rigel belum sampai juga ya? sebaiknya telepon dia karena dengan adanya suami di samping Khai mungkin bisa menenangkan," Ucap dokter Aleta.

  "Aku disini dokter Aleta, ada apa memangnya?" Tanya Rigel yang baru saja datang kini menghampiri Khai dan dokter Aleta.

  "Syukurlah kamu sudah datang Rigel, sepertinya putri kalian sudah tidak sabar ingin bertemu kalian. Khai sudah mengalami kontraksi, dia sudah mendapatkan pembukaan pertamanya kamu jaga dan tenangkan dia ya. Tapi akan lebih bagus kamu ajak dia jalan-jalan sebentar agar proses melahirkannya tidak lama dan pembukaan selanjutnya bisa cepat," ucap Aleta memberikan saran. Rigel langsung menghampiri Khai dan Karinda pun melepaskan pelukannya.

  "Suamimu sudah datang sayang," bisik Karinda, Khai menoleh ke arah Rigel dan kembali menangis saat suaminya memberikan pelukan hangat dan semangat padanya.

  "Rigel perutku sakit banget," rengek Khai manja sambil meringis kesakitan dengan di iringi isak tangis.

   "Sssttt ... sabar sayang ada aku disini, aku yakin kamu pasti bisa melewati semua ini karena kamu adalah Khai ku yang kuat." Rigel mengecup kening Khai dengan lembut dan mencoba menenangkannya. Khai pun memeluk Rigel dengan erat sedangkan Rigel terus mengelus perut Khai dengan lembut untuk mencoba menenangkan bayinya.

  Setelah beberapa menit Khai sudah kembali tenang dan mulai memejamkan matanya. Dengan hati-hati Rigel pun membaringkan Khai di brankarnya.

  Rigel menatap Khai dengan mata yang terlihat bengkak, mungkin dia terus menerus menangis karena menahan rasa sakit. Karinda yang melihat Rigel sangat menyayangi Khai hanya bisa bernafas lega karena itu berarti dia dan Jihan berhasil menjodohkan mereka hingga kini mereka saling mencintai dan menyayangi satu sama lain.

                                         ***

    Hari ini semua keluarga sedang berkumpul, mereka kini berada di depan ruang bersalin menunggu Khai yang akan melahirkan.

   Sementara Rigel dia tengah menemani Khai di ruang bersalin, dia ingin menemani istrinya berjuang melahirkan putri pertama mereka, dan perjuangan Khai tidak sia-sia karena kini putrinya terlahir dengan sehat dan sempurna wajah yang mungil dan manis, kini Rigel bisa bernafas lega setelah putri mungilnya terlahir dengan selamat dan sempurna istrinya pun dalam keadaan baik-baik saja.

   "Putri kita Rigel ," ucap Khai dengan suara lemah.

   "Iya sayang, putri kita sangat cantik seperti kamu," ucap Rigel lalu mengecup kening Khai dengan lembut. Dokter Aleta ikut bahagia melihat keluarga kecil Rigel yang kini sudah lengkap dengan kehadiran putri kecilnya.

   "Kenapa bisa cepat banget kelahirannya? bukannya kamu bilang di perkirakan satu minggu lagi ya?" Tanya Vanya yang kini sudah berstatus sebagai istri Hendi.

   "Mungkin bayinya kasihan kalau mamanya lama-lama berada di rumah sakit," jawab Rigel dengan tersenyum lalu menggenggam erat tangan Khai dan sesekali mengecupnya.

   "Wah kalau begitu bayinya ajaib dong, habis peka banget saat Mamanya kesakitan dia langsung lahir," ucap Karinda membuat semua yang ada di ruangan itu tertawa dan juga ikut serta dalam kebahagiaan Khai dan Rigel.

   "Hi bro, selamat ya. sekarang sudah sah nih, menjadi bapak ingat harus jadi bapak dan suami yang baik jangan emosian dan mudah marah apalagi mudah cemburu, harus menjadi kepala keluarga yang bijaksana bro," ucap Hendi sambil menepuk bahu Rigel agak kencang.

   "Sakit bodoh, kamu gak kira-kira nepuk pundak aku. Itu mah bukan nepuk tapi mukul," marah Rigel sambil menatap Hendi dengan tatapan tajam.

   "Ah kamu, kayak baru kenal aku kemarin saja. Ya sudah maaf ya, ingat ya gak boleh marah ini kan hari pertama junior Khai lahir," goda Hendi.

   "Kok Junior Khai sih?" Tanya Rigel kebingungan dengan perkataan Hendi.

  "Iya dong, kan bayinya cewek jadi juniornya Khai. Kalau bayinya cowok baru tuh juniornya kamu," jawab Hendi sambil cengengesan tidak jelas.






    

MUARA CINTA KHAIDEEJAH Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang