Happy Reading 😊
"Loh kok nangis, Yang? Kenapa?" Tanya Rigel karena khawatir pada Khai yang tiba-tiba menangis.
"Aku sedih, pasti kamu sudah bosan kan sama aku jadi bilang begitu," tanya Khai sambil menangis terisak.
"Astaga sayang, kenapa kamu berpikir sejauh itu. Tidak bukan seperti itu maksudku sayangku, aku hanya tidak enak pada ayah dan takutnya nanti ada yang nyelonong masuk lagi kayak Tiara tadi," ucap Rigel berusaha menjelaskan pada istrinya yang salah paham pada sikap Rigel tadi.
"Jadi bukan karena kamu sudah mulai bosan sama aku? Karena sekarang aku sedang hamil dan tidak menarik lagi di mata kamu," ucap Khai yang kini menatap lekat wajah suaminya.
"Enggaklah sayang, mana mungkin aku bosan sama kamu. Rugi dong kalau bosan sama kamu, karena meskipun sedang hamil kamu itu malah semakin seksi, sayang. Kemarilah duduk di pangkuanku lagi," ucap Rigel membuat Khai tersenyum dan duduk kembali di pangkuan Rigel dan akhirnya mereka kembali berciuman dengan begitu mesra.
Rigel akhirnya menelpon ayahnya, karena tidak bisa ke kantor. Dia memutuskan untuk menemani istrinya seharian dan melakukan apa yang Khai mau agar Khai senang dan membuatnya nyaman kalau tidak ada yang berubah dari dirinya.
Rama tidak mempermasalahkan saat Rigel belum bisa ke kantor karena itu Rigel lakukan demi istri dan calon bayi mereka adalah cucu pertamanya.
Benar saja hari itu Rigel di buat kewalahan oleh semua keinginan Khai dengan permintaan yang aneh-aneh tapi itu semua Rigel lakukan dengan semangat demi kebahagiaan istri dan juga calon anaknya itu.
••
•
Hari-hari di lewati Khai dan Rigel dengan penuh kebahagiaan. Meskipun Rigel harus bersabar karena sikap manja Khai yang kadang berlebihan membuat Rigel kewalahan di buatnya, namun itu semua menjadi kebahagiaan tersendiri untuk Rigel, dia jadi merasakan betapa sulitnya menjadi seorang ayah dan mungkin Khai lebih dari itu karena dia yang semakin sulit untuk bergerak karena perutnya yang sudah semakin membesar di usia kandungan Khai yang sudah menginjak 7 bulan, setelah selesai makan Rigel dan Khai kini sedang bersantai di kamar mereka.
"Rigel, lihatlah sekarang perutku semakin besar dan aku tidak bisa memakai baju seksi lagi. Apakah kamu akan mencari wanita lain diluar sana nanti?" Ucap Khai dengan mata yang berkaca-kaca sambil memperhatikan bentuk tubuhnya di cermin membuat Rigel terkekeh dengan tingkah istrinya yang sedang merajuk.
"Astaga sayang kumat lagi ya, bapernya," Batin Rigel sambil menggelengkan kepalanya kalau sudah begitu dia harus ekstra sabar untuk membujuk dan merayu istrinya itu. Rigel menghampiri Khai dan memeluknya dari belakang.
"Hei sayang apa yang kamu bilang tadi? Mana mungkin aku bisa berpaling dari kamu. Kamu harus tahu meskipun kamu dalam keadaan hamil seperti ini bagiku kamu semakin seksi dan tergoda, sayang. Lihatlah wajahmu juga semakin cantik dan bersinar mengalahkan sinar purnama, sudah ya, jangan mengeluh dan merajuk lagi. Ingat sayang bagaimana pun keadaanmu aku pasti akan selalu berada di samping kamu menemanimu dan kita akan merawat anak kita sama-sama sampai dia tumbuh dewasa," ucap Rigel mencoba menenangkan Khai. Khai berbalik dan memeluk erat tubuh suaminya, dia kembali terisak dalam pelukan Rigel membuat Rigel kebingungan.
"Kenapa kamu menangis lagi sayang?" Tanya Rigel yang mendengar isak tangis Khai dalam pelukannya.
"Ini tangisan kebahagiaan bodoh! Rigel, berjanjilah kamu akan terus bersamaku, menjagaku dan calon anak kita," ucap Khai yang kini menatap lekat wajah Rigel. Rigel pun mengangguk dan saat Rigel akan mendekatkan wajahnya ke wajah Khai tiba-tiba Karinda datang dan mengejutkan Khai dan Rigel.
"Maaf ya, calon orang tua muda. Bunda ganggu sedikit ya, bunda nganterin susu ibu hamil yang masih hangat buat calon ibu muda," ucap Karinda sambil masuk dan memberikan susunya pada Khai sedangkan Rigel dan Khai kini menjadi salah tingkah karena ulah Karinda.
"Di minum dulu susunya selagi masih hangat setelah itu baru lanjut lagi," ucap Karinda menggoda anak dan menantunya setelah berkata seperti itu Karinda pun keluar dari kamar Khai dan Rigel. Namun, sebelum pergi Karinda menoleh ke arah Rigel dan Khai, dia menatap mereka sambil tersenyum membuat sepasang suami istri itu semakin salah tingkah dan Khai semakin tersipu malu. Apalagi setelah Karinda mengatakan sesuatu yang membuat wajah mereka memerah karena menahan malu.
"Lain kali kalau mau mesra-mesraan tutup dulu pintunya, takutnya nanti Ara yang lihat, bisa gawat kan." Karinda pun pergi sambil tertawa kecil.
"Bunda!" Teriak Rigel, sedangkan Khai kini dia tertunduk karena malu sudah terpergok ibu mertuanya. Mendengar teriakkan dari putranya itu membuat Karinda kembali terkekeh melihat saat putranya yang terlihat gugup dan menantunya yang tersipu malu karena kepergok olehnya. Setelah Bundanya pergi meninggalkan kamarnya. Rigel menutup dan mengunci pintu kamar mereka dan menyuruh Khai meminum susunya yang Karinda bawakan tadi.
"Minumlah sayang, ini akan menambah nutrisi calon bayi kita," ucap Rigel dengan suara lembutnya, Khai meminum susu itu setelah menghabiskan susunya dia kini duduk di ranjang dengan bersandar di kepala ranjang.
"Rigel, kemarilah duduk disini." ajak Khai, dan Rigel pun menghampiri Khai setelah menaruh gelas bekas susu, dia kini naik ke atas ranjang dan duduk di samping istrinya. Khai menyandarkan kepalanya di pundak Rigel saat seperti inilah yang dia inginkan, saat Khai bermanja-manja padanya.
"Kenapa sayang, apa kamu ingin makan yang aneh-aneh lagi?" Tanya Rigel sambil mengelus rambut Khai dan sesekali mengecup puncak kepala istrinya itu.
"Aww ..." rintih Khai dan mengelus perutnya.
"Kenapa sayang apa ada yang sakit?" Tanya Rigel yang kini terlihat panik mendengar rintihan Khai.
"Enggak apa-apa sayang, kamu tahu dedenya aktif banget. Dia sudah bisa nendang-nendang kayaknya sudah pengen keluar deh, sudah ingin main bola sama papanya," jawab Khai sambil tersenyum manis, Rigel pun mendekatkan kepalanya ke perut Khai untuk merasakan tendangan bayinya yang masih ada di rahim istrinya.
"Aww ... dedenya nakal ya, sayang nendang-nendang bikin kaget papa saja," ucap Rigel sambil tersenyum dan mencium perut Khai dengan lembut, Khai sangat bahagia melihat perhatian yang Rigel berikan padanya semenjak dia hamil. Rigel seakan tidak pernah lelah dengan permintaan-permintaan konyol dan kadang aneh yang dia inginkan karena mengidam.
KAMU SEDANG MEMBACA
MUARA CINTA KHAIDEEJAH
RomancePACAR ADALAH MUSUH! MUSUH ADALAH PACAR! Begitulah prinsip dua orang yang saling bermusuhan ini. Jika ada tempat di mana membenci dan membutuhkan dapat dirasakan secara bersamaan maka di sanalah Khai dan Rigel akan di tempatkan. Seperti Tom and...