Kedatangan Nenek

5 1 0
                                    

    Happy Reading 😊

   "Tentu saja boleh, Oma. Mama sama Papa pasti senang kalau Oma datang," ucap Khai dengan senang dan ia memeluk Omanya dari belakang.

  "Ya sudah kita sarapan dulu, panggil suamimu sekarang dan kita sarapan sama-sama," ucap Oma.

  "Siap Oma, laksanakan." Khai bergegas pergi meninggalkan Oma Asya dan Bi Santi untuk memanggil suaminya Rigel.

  "San, selama aku pergi kamu boleh mengajak putrimu bersama suaminya menemanimu disini, mungkin aku akan lama menginap di rumah putriku. Jadi kamu ajaklah mereka untuk menemanimu disini," ucap Oma Asya dengan senyuman yang mengembang di bibirnya.

  "Baik nyonya, aku akan menghubungi putriku untuk menemaniku disini selama nyonya tidak ada di rumah," ucap Bi Santi.
  •

  •

  •

  Sementara itu di kamar, Rigel sedang menyisir rambutnya sambil bersenandung dan bersiul menatap dirinya di cermin. Khai yang baru saja datang dan masuk ke kamar tersenyum melihat tingkah suaminya yang terlihat sangat senang.

  "Kayaknya ada yang lagi senang nih, dapat undian apa bang?" Tanya Khai sedikit mengejek suaminya sambil menghampiri Rigel dengan senyuman manisnya.

  "Sejak kapan kamu di sana?" Tanya Rigel yang terlihat malu karena tertangkap basah oleh Khai dan sedang bersenandung sambil bersiul di depan cermin.

  "Sejak dari suamiku bersenandung dan terlihat senang," jawab Khai membuat Rigel mengusap tengkuknya yang tidak gatal karena malu. Namun, tiba-tiba Rigel menarik tangan Khai sehingga Khai masuk ke dalam pelukan Rigel.

  "Terus memang kenapa?" Rigel meniup telinga Khai dengan lembut sehingga membuat Khai bergidik ngeri.

  "Aku mau __"

  "Mau apa?" Tanya Rigel memotong ucapan Khai yang sedikit penasaran dan itu bisa dengan mudah Khai melepaskan diri dari dekapan Rigel.

  "Mau memanggilmu untuk sarapan," jawab Khai dan berlari menuju keluar kamar agar suaminya itu tidak jadi macam-macam kepadanya.

  Waktu terus bergulir, siang sudah beranjak sore. Rigel, Khai dan Oma Asya kini sudah berada di perjalanan menuju kediaman orang tua Khai dan sebelum pulang ke rumah, mereka mampir ke rumah orang tua Khai. Rigel mengantarkan Oma Asya ke rumah mertuanya terlebih dahulu. Beberapa jam kemudian Rigel dan Khai akhirnya sampai di kediaman keluarga Khai. Jihan dan Galih sangat senang karena Oma Asya berkunjung ke rumah mereka sebab sebenarnya mereka sudah sangat merindukannya. Sebenarnya Galih dan Jihan ingin Oma Asya tinggal bersama mereka, namun Oma Asya lebih memilih tinggal di rumahnya yang merupakan peninggalan suaminya ayah dari Jihan. Khai dan Rigel tidak lama, sebab malam sudah semakin larut dan mereka pun berpamitan untuk pulang dan berjanji untuk berkunjung lagi jika ada waktu libur, karena esok hari mereka akan kembali ke aktivitas mereka yaitu kuliah.

  Tidak membutuhkan waktu lama Rigel dan Khai sudah sampai di rumah kediaman orang tua Rigel dan menjadi rumah baru buat Khai. Namun, karena sudah larut malam kedua orang tua Rigel sudah tidur begitu juga dengan Tiara adik Rigel. Hanya tinggal asisten rumah tangga mereka yang bertugas menjaga pintu sampai putra dan menantunya pulang, karena sebelumnya Rigel sudah memberikan kabar bahwa dia akan pulang larut malam.

  Rigel dan Khai pun sudah berada di dalam kamar mereka. Khai kini duduk di depan meja rias sedangkan Rigel ia sudah berbaring di ranjang sambil menatap Khai yang sibuk dengan dirinya sendiri.

  "Sayang kemarilah, sudah larut malam. Apa kamu tidak mengantuk?" Tanya Rigel sambil menatap Khai yang terlihat cantik di matanya.

  "Tidak, kamu tidur duluan saja. Aku akan tidur sebentar lagi. Oh ya, Rigel ingat ya, besok kita di kampus biasa saja. Aku belum siap dapat sindiran dari fans gila kamu dan juga belum siap dari bahan gosip orang-orang di kampus," ucap Khai menatap Rigel.

  "Kamu yakin? padahal aku berubah pikiran untuk berkata jujur tentang status kita yang sudah menjadi suami istri," ucap Rigel dengan senyuman menggoda.

  "Iya, yakinlah. Lagi pula kamu sendiri waktu itu yang minta, jadi setelah aku pikir-pikir ide kamu bagus juga." Khai kembali fokus pada aktivitasnya untuk mengoles krim malam ke wajahnya.

  "Baiklah, tapi kamu jangan cemburu kalau fansku terus menggoda dan menempeliku karena mereka tahunya aku masih jomblo dan masih bujangan," ucap Rigel sambil terkekeh saat melihat Khai terkejut mendengar perkataannya.

  "Awas saja kalau kamu berani mengambil kesempatan dari mereka tanpa sepengetahuanku. Ingat gak akan ada jatah lagi untukmu kalau itu akan terjadi, paham kamu," ketus Khai setengah mengancam membuat Rigel membulatkan matanya dan menatap lekat istrinya itu.

  "Aduh jangan dong sayang, istriku sudah berani mengancam nih sekarang? Jangan ya, sayang nanti kasihan adik kecilnya kalau gak dikasih jatah," ucap Rigel dengan raut wajah memelas.

  "Bodo amat, pokoknya awas saja kalau berani godain cewek-cewek di kampus, karena itu bukan cuma ancaman, mengerti kamu!" Ketus Khai menghampiri Rigel dan berbaring di sampingnya namun membelakangi Rigel.

  "Kalau begitu aku mau ambil jatahku sekarang boleh? Sudah gak tahan nih," bisik Rigel sambil memeluk Khai dari belakang dan sesekali mengecup pundak Khai.

  "Enggak ada ya! aku lelah Rigel. Kamu tahu kan kalau besok harus ke kampus, nanti yang ada kita bangun kesiangan. Kamu kalau sudah minta jatah gak cukup sekali sih, pasti minta nambah terus dan membuat aku kewalahan. Jadi daripada bangun kesiangan dan gak pergi kuliah lagi, aku putuskan jatah kamu aku kasih setiap hari libur saja titik tidak ada protes," tegas Khai membuat Rigel lemas dan sedikit kecewa. Namun, Rigel belum menyerah untuk membujuk istrinya itu.

  "Ayolah sayang, kali ini janji sebentar saja kok," bujuk Rigel merengek seperti anak kecil.

  "No, Rigel. Sekali tidak tetap tidak! Sudahlah aku sudah ngantuk mau tidur, besok kan harus bangun pagi buat bantuin bunda bikin sarapan," sahut Khai sambil memejamkan matanya.

  "Ya sudah kalau begitu aku ngalah deh, tapi paling tidak jangan menolak kalau aku ingin memelukmu kalau tidur." Rigel pun pasrah dan ikut memejamkan matanya sambil memeluk Khai. Sedangkan Khai tersenyum dan memegang erat tangan Rigel yang kini memeluknya. Pada akhirnya Rigel dan Khai terlelap dalam tidurnya dengan dekapan hangat yang mereka ciptakan.
  •

  •

  •

  "Rigel bangun kamu!" Teriak Khai yang kini suaranya menggema di ruangan kamar mereka, membuat Rigel menutup telinganya dengan bantal.

  Khai yang melihat itu merasa sangat kesal dan menarik bantal yang menutupi kepala Rigel membuat Rigel terpaksa membuka matanya dan langsung duduk di ranjangnya.

  "Sayang bisa gak banguninnya dengan cara lembut, misalnya cium pipi cium bibir juga tidak apa-apa, jangan teriak-teriak kayak tadi," ucap Rigel sambil terduduk di ranjangnya dengan menatap Khai yang siap kembali mengomel.

  "Hahaha, oh begitu ya, maunya?"

  "Iya dong sayang, sama suami itu harus lemah lembut," jawab Rigel dengan senyuman menggoda membuat Khai terkekeh saat melihat sikap sok manis suaminya itu.

  "Enggak! gak ada yang kayak begitu, kalau bangunin orang yang tidurnya kayak orang pingsan. Kamu tahu gak, aku sudah bangunin kamu dengan nada halus beberapa kali tapi gak bangun juga. Sekarang yang kebo itu kamu deh, habis dibanguninnya susah banget," ucap Khai yang sudah siap dengan kemeja dan celana jeansnya. Namun dengan make up natural dan rambut yang digerai membuat Khai semakin cantik.

  "Benar banget, ketularan istriku. Kenapa kamu semakin cantik sih sayang. Tambah cantik lagi kalau kamu mau kasih aku kiss morning disini," ucap Rigel sambil menunjuk bibirnya sendiri untuk Khai cium.

  "Enggak akan! Sudah deh jangan ngerayu dan ngegombal terus. Lagi pula memang sudah dari sananya aku cantik dan manis, sudah bawaan dari lahir. Sudah sana mandi, ingat hari ini kita mulai kuliah jadi jangan sampai telat, ngerti tuan Rigel!" Ketus Khai sambil kembali menyisir rambut panjangnya.

  "Iya Khaideejah Artisya Najwa yang sekarang sudah mulai bawel, dan sedikit jutek."

  Pletakk

  Sebuah kotak bekas krim malam milik Khai yang sudah kosong, mendarat sempurna di kepala Rigel membuat Rigel meringis kesakitan akibat kotak yang Khai lempar.

MUARA CINTA KHAIDEEJAH Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang