Kabar Bahagia

4 1 0
                                    

     Happy Reading 😊

  Namun, beberapa detik ruangan itu tiba-tiba sunyi. Karinda, Rama dan Tiara seakan baru mencerna apa yang Rigel baru katakan.

  "Apa!" Teriak Karinda, Rama dan Tiara bersamaan. Khai menutup telinganya karena teriakan orang tua dan juga adiknya karena terkejut.

  "Maksud kamu Rigel junior? itu berarti Khai hamil," pekik Karinda seperti tidak percaya dengan apa yang putranya katakan, Rigel tersenyum sedang Khai tersipu malu.

  "Itu berarti Ara akan punya keponakan yang lucu dan itu berarti Ara sebentar lagi akan menjadi Tante," ucap Tiara dengan tersenyum lebar.

  "Ayah sebentar lagi akan menjadi Kakek?" Lanjut Rama dengan tawa kecilnya, dia sangat bahagia karena sebentar lagi dia akan mempunyai cucu mengiyakan apa yang putranya katakan.

  "Berapa usia kandungan Khai, Rigel?" Tanya Karinda dengan antusias.

  "Baru dua minggu, Bun," jawab Rigel dengan senyum sumringah.

  "Baiklah mulai sekarang Khai bunda perintahkan tidak boleh masak tanpa bunda, tidak boleh makan sembarangan dan jangan mengerjakan pekerjaan yang berat-berat karena usia kandungan kamu masih sangat muda. Kamu harus banyak istirahat sayang, dan Rigel tugas kamu menjaga istrimu dan calon cucu bunda dengan baik." Karinda memerintahkan putranya agar benar-benar menjaga menantu dan calon cucunya. Setelah mendapat kabar gembira dari Rigel dan Khai, mereka kini sarapan bersama. Rigel menjauhkan mie goreng dari hadapan Khai sedangkan Khai yang memang tidak memiliki selera makan hanya memakan sepotong sandwich dan meminum segelas susu. Melihat itu mereka tidak bisa memaksa Khai untuk makan lebih banyak karena kondisinya yang mual-mual, apalagi Karinda yang mengerti dengan kondisi yang Khai rasakan di awal-awal kehamilan, sebab dia pernah mengalaminya saat hamil Rigel dan juga Tiara. Setelah selesai sarapan mereka sibuk dengan aktivitasnya masing-masing.

  Khai akhirnya hanya beristirahat di rumah sebab Rigel tidak mengizinkannya kuliah untuk beberapa hari.

                                         ***

       Kini Khai dan Rigel sudah sampai di kampus mereka. Rigel meminta izin kepada dosen-dosennya yang ada di sana untuk mengumpulkan mahasiswa dan mahasiswi dari kelas kedokteran dan bisnis untuk di kumpulkan di aula kampus. Setelah mendapatkan izin Rigel mengajak Khai untuk menuju ke aula kampus mereka.

  "Rigel apa kamu yakin ingin memberitahukan tentang status kita pada semuanya," tanya Khai yang terlihat gugup.

  "Aku sangat yakin sayang, dari pertama kita menikah aku sudah sangat yakin ingin memberitahukan semua teman-teman kita di kampus, tapi kamu yang melarang. Kali ini kamu tidak bisa melarangku lagi, aku tidak ingin kamu di kucilkan saat nanti mereka tahu kamu hamil. Kalau mereka sudah tahu semua, aku bisa tenang sebab tidak ada yang berani membully kamu dan juga mengejek kamu karena sedang hamil sebab ada suamimu ayah dari calon bayi yang sedang kamu kandung," ucap Rigel sambil menggenggam tangan Khai dengan erat dan tersenyum manis. Khai tersenyum sebab dia sangat bahagia dengan perhatian yang Rigel berikan saat ini.

  "Ada apa, ya? Tumben banget Rigel dan Khai ngumpulin kita di sini?" Tanya Vanya yang bingung sebab tidak mengetahui apa yang sebenarnya terjadi.

  "Entahlah sayang, aku juga bingung jangan-jangan mereka mau nikah," jawab Hendi.

   "Semoga saja biar gak ada cewek yang kecentilan sama Rigel!" Ketus Vanya sambil melirik sinis ke arah Renata, yang kini bingung dengan apa yang Rigel lakukan.

  "Hai teman-teman semua, maaf minta perhatiannya sebentar, aku ingin mengatakan sesuatu hal yang sangat penting. Ini tentangku dan Khai. Sebenarnya aku dan Khai sudah menikah beberapa bulan yang lalu. Awalnya kami sepakat untuk menyembunyikan status kami sampai kami lulus kuliah. Tapi karena saat ini dia sedang mengandung anakku. Jadi aku putuskan untuk memberitahukan tentang status kami yang sudah menjadi suami istri pada kalian semua. Satu lagi gak ada yang boleh membully Khai, apalagi mengatakan kalau kami menikah karena Khai hamil duluan. Tidak ada yang seperti itu kami menikah tiga bulan yang lalu dan usia kandungan Khai baru beberapa minggu, gak ada yang drama bilang Khai hamil duluan, gak ada yang boleh mengatakan itu. Mengerti kalian!" tegas Rigel.

   Vanya yang mendengar pernyataan Rigel terlihat syok, dia menutup mulutnya yang ternganga sebab sangat terkejut dengan perkataan Rigel. Sedangkan Hendi dia membulatkan matanya, dia sangat terkejut sama halnya dengan Vanya mendengar perkataan Rigel. Sementara Renata sangat sedih dan kecewa atas pengakuan Rigel. Dia tidak menyangka pria yang baru saja ia cintai sudah memiliki seorang istri dan itu adalah Khai teman satu kelasnya. Untuk Evan dia tidak tahu tentang hal ini, karena kebetulan dia tidak masuk kuliah.

  Rigel sangat terlihat bahagia melihat Khai yang terus menyunggingkan senyum dari bibir mungilnya, setelah mendengar itu teman-temannya memberikan ucapan selamat pada Khai dan Rigel yang kini sudah bahagia. Namun, tak jarang juga ada yang kecewa karena kenyataan Rigel pria populer dan playboy sebab ketampanannya yang di gilai gadis di kampus kini sudah ada yang memiliki, begitu juga dengan Khai yang populer karena kebaikan dan kecantikannya kini sudah di miliki oleh Rigel. Setelah selesai dan semua bubar, Vanya berteriak ke arah Khai.

  "Khaiii ...!" Teriak Vanya dengan suara cemprengnya sehingga Khai langsung menutup telinganya karena Vanya sangat berisik.

  "Vanya bisa tidak kalau manggil jangan teriak-teriak. Teriakan kamu membuat istri dan calon bayi aku kaget tahu gak!" Ketus Rigel.

  "Habis Khai jahat sih, sudah nikah sama kamu tapi dia gak bilang-bilang Vanya." Vanya lalu pergi tanpa mempedulikan Hendi yang bingung.

  "Ya sayang jangan ngambek dong, kamu berdua sih! Kalian sudah bohong sama kita," ucap Hendi sambil berlari kecil  menyusul Vanya dibelakangnya karena Vanya sudah pergi lebih dulu. Kini Rigel dan Khai hanya berdua saja di aula.

  "Bagaimana sudah lega kan sekarang?" Tanya Rigel.

  Khai mengangguk dan tersenyum pada suaminya itu.

  "Tapi Vanya sama Hendi marah ke kita, Rigel," jawab Khai.

  "Sudah biarkan saja, nanti juga mereka baik sendiri. Jangan terlalu memikirkan yang tidak-tidak, kasihan calon bayi kita kalau stres, karena Mamanya stres memikirkan yang tidak penting," ucap Rigel dengan lembut.

  "Iya sih, ya sudah nanti aku bujuk Vanya," jawab Khai.

  "Ya sudah kita ke kelas, kayaknya kelas sudah mau mulai sebentar lagi," ajak Rigel dan Khai mengangguk. Rigel mengecup kening istrinya itu dan mengantarkannya sampai ke kelasnya. Khai kini duduk di samping Vanya yang sedang cemberut sedangkan Renata menatap sinis ke arah Khai.

  "Van, jangan marah ya! Maafkan aku gak kasih tahu kamu, tadinya aku cuma takut kamu akan menggoda aku, Van. Ayolah Van, kalau Vanya marah lebih baik aku out saja deh, dari kampus. Mau menjadi ibu rumah tangga saja, habis sahabat kesayangan aku saja gak mau lihat dan kenal aku jadi aku sedih, hiks ... hiks ..." Khai pura-pura menangis, mendengar isakan Khai Vanya menoleh pada Khai. Karena tidak tega melihat sahabatnya menangis Vanya langsung memeluk Khai.

  "Sudah jangan menangis lagi, Khai. Maafin Vanya ya! tadi Vanya kesal sedikit sama Khai, habis Khai tidak jujur deh sama Vanya. Pantas saja Khai kayak cemburu saat Rigel dekat-dekat sama Renata. Memang kapan kalian nikahnya? Kok sudah mau kasih ponakan saja sama Vanya?" Tanya Vanya sambil melepaskan pelukannya pada Khai.

  "Kamu ingat gak Van, waktu neneknya Rigel sakit? Nah kan aku sama dia di suruh kesana berdua, ternyata mereka itu menikahkan aku sama Rigel. Karena Oma Hasna sudah parah sakitnya, dia sudah kritis dan permintaan terakhirnya melihat aku sama Rigel menikah. Namun, pernikahan kami pernikahan darurat kami berdua memutuskan untuk merahasiakan pernikahan kami," ucap Khai menjelaskan pada sahabatnya itu.

  "Ya ampun, berarti hampir jalan tiga bulan dong, Khai kalian menikah dan Vanya yakin waktu kalian sama-sama menghilang itu, kalian pasti pergi honeymoon kan? Ayo jujur saja sama Vanya?"

  "Iya, hehehehe. Waktu itu kami pergi ke Paris. Tapi sebenarnya bukan kemauan aku sama Rigel. Ayah dan bunda yang menyuruh, mereka bilang itu kado pernikahan aku dan Rigel," jawab Khai.

MUARA CINTA KHAIDEEJAH Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang