Happy Reading 😊
"E - Evan." Khai sangat terkejut sekaligus terlihat bahagia karena dia bisa bertemu kembali dengan teman baiknya selain Vanya dan Hendi. Namun, tidak dengan Rigel. Dia terlihat kesal karena kedatangan tamu yang mungkin saja bisa di sebut saingannya meski dia sudah memiliki Khai seutuhnya tapi entah kenapa Rigel sangat tidak suka saat melihat Evan hadir kembali dalam kehidupan Khai.
"Jadi kalian sudah saling kenal?" Tanya Oma Asya yang kini menghampiri Evan dan tersenyum pada cucu angkatnya itu.
"Iya Nek kebetulan kami pernah satu kampus dan jujur aku pernah menyukai cucu nenek," ucap Evan tersenyum ke arah Khai membuat Khai tersipu malu sedangkan Rigel tersenyum sinis ke arah Evan sambil memeluk pinggang Khai dengan sebelah tangannya dan terlihat sangat posesif. Namun Evan tidak menanggapinya dia kembali fokus mengobrol pada nenek Asya.
"Oh ya Nek, maaf ayah dan ibuku tidak bisa datang karena ibu sedang sakit jadi ayah menemani ibu di rumah," ucap Evan lalu mencium punggung tangan nenek Asya.
"Tentu saja Nek, dia teman kuliahku dulu yang tiba-tiba hilang tanpa kabar," sambung Khai sambil tersenyum. Namun, Khai tidak pernah menduga kalau pria itu pernah menyukainya pantas saja dulu Evan sangat perhatian dan sangat baik padanya.
Saat Khai akan menghampiri Evan, Rigel seolah tidak mengizinkannya dia mengeratkan pelukan tangannya di pinggang Khai membuat Khai menoleh padanya dan Rigel menggelengkan kepalanya tanda melarang Khai untuk menghampiri Evan. Membuat Khai malah melepaskan genggaman Rigel di pinggangnya sontak saja pria itu kesal dengan Khai yang lebih memilih menghampiri Evan.
"Sebentar saja Rigel."
Khai kini menghampiri Oma Asya dan juga Evan yang tengah tersenyum pada Khai.
"Sabar bro, jangan terbawa emosi. ingat sekarang Khai sedang hamil. lagi pula dia milik kamu jadi gak usah khawatir aku yakin Khai hanya ingin tahu kabar Evan saja karena waktu itu dia hilang tanpa kabar jadi kamu harus bersabar jangan sampai kamu nyesal membuat istri kamu marah karena hal sepele. Begitulah resiko kalau punya istri yang imut dan manis banyak saingannya. Aku juga kalau bukan kamu yang suka sama Khai sudah aku gebet si Khai," ucap Hendi sambil tertawa terkekeh di hadapan Rigel.
"Berisik kamu, kalau nyerocos terus aku timpa mulutmu pakai sofa mau kamu? Kalau pun iya, kamu sampai berani suka sama istriku. Aku tendang burung perkututmu!" Ketus Rigel dengan penuh kekesalan karena melihat Khai dan Evan juga Oma Asya sedang asik mengobrol.
Sementara orang tua Rigel dan orang tua Khai sedang asik mengobrol dengan teman-temannya yang ikut hadir di acara tujuh bulanan Khai tanpa peduli dengan Rigel yang terlihat emosi.
Dengan suasana hatinya yang panas karena terbakar api cemburu. Rigel mengambil sebotol minuman dan duduk di pojok taman sambil sesekali menatap khai dari kejauhan yang sesekali tertawa tanpa memikirkan perasaannya. Rigel menenggak sebotol minuman yang mengandung beberapa persen alkohol sedangkan Hendi dan Vanya tengah menikmati beberapa hidangan karena mereka sudah lapar.
"Oh jadi dia itu cucu Bi Santi, Oma?" Tanya Khai yang kini masih asik mengobrol dengan nenek Asya dan juga Evan.
"Iya Khai, aku kira nenek Asya bukan nenekmu. Tahu begitu dari dulu saja minta nenek Asya kenalin sama kamu," goda Evan sambil terkekeh karena merasa sangat berani berkata seperti itu di depan Khai dan nenek Asya. Melihat mereka tertawa membuat Rigel semakin panas karena Evan menatap Khai dengan tatapan penuh cinta.
"Hahaha, iya. Andai nenek tahu kamu juga belum punya kekasih pasti nenek jodohin kamu sama Khai. Tapi sekarang sudah telat, Van. Sebab sekarang Khai sudah ada yang punya dan sudah mau punya buntut," ucap nenek Asya tersenyum dan mengelus perut Khai yang kini sudah membuncit.
"Ah, Oma ada-ada saja." Khai kembali tersipu malu karena perkataan Oma Asya.
"Oh ya, ini kado dari ibuku untuk kamu dan juga calon bayi kamu kelak, Khai. Maaf aku gak bawa kado belum sempat soalnya, nanti saja kalau kamu sudah melahirkan," Ucap Evan dengan tersenyum pada Khai.
"Terima kasih, sampaikan ucapan terima kasihku pada ibumu ya, dan kamu tidak perlu repot-repot membawakan kado, Van. Oh ya, sekarang kamu praktek di mana?" Tanya Khai.
"Aku sekarang praktek di rumah sakit Global Health, Khai. Tidak jauh dari sini," jawab Evan.
"Oh ya? Kok kita belum pernah ketemu, ya. Padahal aku sering check up kandunganku di sana. Apa kamu sering bertemu Vanya?" Tanya Khai.
"Pernah beberapa kali, mungkin karena kami beda shift. Aku ambil shift malam soalnya tapi kadang siang kalau lagi menggantikan temanku yang tidak bisa datang," jawab Evan.
"Oh begitu," sambung Khai sambil mengangguk-anggukkan kepalanya tanda mengerti dengan apa yang Evan katakan.
"Khai, sudah dulu ya ngobrolnya. Rigel dari tadi lihatin kamu terus," bisik Vanya yang menghampiri Khai dan Vanya pun menarik tangan Khai agak menjauh setelah meminta izin pada Oma Asya dan juga Evan.
"Kenapa dengan Rigel, Van?" Tanya Khai karena memang tidak tahu apa yang terjadi pada suaminya itu.
"Dia tadi pergi keluar setelah melihat kalian asik mengobrol tapi entah mau kemana dia, sepertinya Rigel sangat cemburu padamu, Khai karena kamu lebih memilih mengobrol dengan Evan dari pada menemaninya," ucap Vanya.
"Astaga Rigel, kemana dia? Kenapa aku sampai lupa?" Batin Khai merutuki dirinya sendiri dan dia pun bergegas keluar untuk mencari Rigel sambil sesekali memegangi perutnya yang memang sudah besar dan itu membuatnya susah untuk berjalan cepat. Dia melihat-lihat Rigel di sekeliling taman rumah keluarga Rigel. Namun, tiba-tiba Khai tersenyum setelah melihat Rigel sedang duduk di kursi karena posisi duduknya yang membelakangi arah masuk taman jadi Rigel tidak tahu kalau Khai kini sedang menatap dari belakangnya.
"Dasar wanita gak boleh lihat cowok ganteng dikit saja langsung nempel terus deh, sampai lupa sama suaminya. Padahal apa coba kelebihannya dia? kalau ganteng sudah pasti ganteng aku kalau soal badan masih bagus aku. Tapi bodo amat aku gak peduli yang penting hari ini aku ingin minum yang banyak siapa tahu bisa lupain Khai yang sedang asik dengan ilalang itu," Gumam Rigel, namun sesekali diiringi tawa yang tidak jelas.
Sedangkan Khai dia hanya terkekeh saat mendengar perkataan Rigel yang terlihat sedang galau. Tapi saat Rigel ingin kembali menenggak minuman beralkohol itu, tiba-tiba Khai mengambil botolnya dan duduk di sampingnya membuat pria itu melongo sambil menatap Khai.
"Sejak kamu berkata tidak jelas seperti tadi membuat aku ingin ketawa saja. Kamu kalau cemburu jelek juga ya," ucap Khai yang mulai menggoda Rigel sambil terkekeh geli saat melihat raut wajah suaminya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
MUARA CINTA KHAIDEEJAH
RomancePACAR ADALAH MUSUH! MUSUH ADALAH PACAR! Begitulah prinsip dua orang yang saling bermusuhan ini. Jika ada tempat di mana membenci dan membutuhkan dapat dirasakan secara bersamaan maka di sanalah Khai dan Rigel akan di tempatkan. Seperti Tom and...