Happy Reading 😊
Tidak terasa dua hari sudah Khai dan Rigel berpisah, hari ini suaminya itu akan kembali dari luar kota dan dia memberikan kabar mungkin dini hari akan tiba di rumah karena Rigel sudah berangkat dari pagi dan menyetir mobilnya sendiri jadi dia mungkin akan banyak berhenti untuk beristirahat saat di perjalanannya.
"Mama, Papa nanti pulang ya?" Tanya Jasmine yang kini sudah berada di pangkuan mamanya sambil mengelus-elus perut Khai yang sudah membuncit.
"Iya sayang, sekarang Papa sudah dalam perjalanan ke sini," ucap Khai tersenyum saat melihat putrinya begitu gembira mendengar kepulangan ayahnya.
"Hole Papa mau pulang. dedek Papa pulang hali ini, dedek senang gak? Kalau kakak senang banget loh." Jasmine bersorak gembira sambil mengajak bicara adiknya yang masih di dalam kandungan membuat Khai ikut tertawa.
"Wah kayaknya ada yang senang nih, ketawanya sampai kedengaran ke dapur," ucap Karinda yang kini sudah berdiri di depan ruang keluarga karena ingin tahu apa yang membuat cucunya tertawa.
"Oma, papa mau pulang tadi kata Mama. Papa sudah di jalan menuju ke lumah. Kakak sudah kangen banget sama papa," ucap Jasmine dengan celotehan khas anak kecil.
"Wah berarti sebentar lagi ketemu papa dong," ucap Karinda yang kini sudah duduk di samping Khai.
"Iya dong Oma." Jasmine pun kembali berbicara dengan adiknya yang masih di dalam kandungan setelah menjawab pertanyaan neneknya.
Karinda mengusap perut Khai lalu beralih mengusap rambut cucu kesayangannya itu. Dia tersenyum melihat Jasmine berbicara dengan adiknya meski masih dalam kandungan. Karinda selalu berdoa semoga saat adiknya lahir kedua cucunya itu akan selalu akur dan saling menyayangi adiknya satu sama lain.
"Jam berapa Rigel sampai Jakarta, Khai?" Tanya Karinda sebab dia belum lagi berkomunikasi dengan putranya dia hanya tahu kabar Rigel dari Khai saja.
"Katanya paling telat dini hari Bun, mungkin dia akan banyak istirahat di perjalanan maklum perjalanan jauh dan dia menyetir sendiri," jawab Khai.
"Oh ya sudah, mungkin nanti Bunda suruh bibi jangan kunci pintu utama, dan minta tolong pak satpam untuk berjaga malam ini sampai Rigel pulang," ucap Karinda Khai pun hanya mengangguk setelahnya mereka asik mengobrol tentang banyak hal dan tentu tentang bayi Khai yang akan segera lahir hanya tinggal menunggu beberapa bulan lagi. Karena asik mengobrol tanpa terasa jam sudah menunjukkan pukul 12.30 itu berarti mereka sudah lebih dua jam duduk sambil mengobrol, dengan di temani asistennya Karinda menyiapkan makan siang untuk Khai, Jasmine dan Tiara yang sebentar lagi akan pulang kuliah karena kebetulan dia sudah pergi kuliah dari pagi.
Menu makan siang sudah tersaji. Kini Khai, Jasmine dan Karinda sudah berada di ruang makan hanya tinggal menunggu Tiara yang katanya sebentar lagi akan sampai rumah.
"Wah sudah berkumpul di ruang makan ternyata," ucap Tiara saat sudah sampai rumah dan langsung menuju ruang makan.
"Aunty sudah pulang? sini duduk di samping kakak," Ajak Jasmine saat Tiara menghampiri mereka. Tiara menurut dan duduk di samping keponakan cantiknya itu.
"Kakak makan apa sayang?" Tanya Tiara saat dia selesai cuci tangan dan duduk di samping Jasmine.
"Makan cosis," jawab Jasmine sambil melahap sosis bakar kesukaannya.
"Mau," lanjut Jasmine sambil menyodorkan garpu yang sudah ada sosisnya ke mulut Tiara.
"Enggak ah, aunty mau makan nasi sama ayam goreng mentega saja, bosan makan sosis," ucap Tiara lalu menyendok nasi dan mengambil ayam goreng mentega kesukaannya.
"Enak tahu, kakak saja suka makan cosis." Jasmine kembali menusuk cosis yang sudah di potong-potong oleh Khai agar memudahkan putrinya itu untuk memakannya.
"Iya enak, sudah habiskan sosisnya ya sayang. Biar kenyang makannya biar kakak juga cepat besar nanti bisa gendong adik kalau sudah lahir," sahut Karinda yang juga tengah menyantap hidangan makan siangnya.
"Iya Oma kalau kakak nanti minta nambah boleh kan Oma?" Tanya Jasmine dengan cengiran khasnya yang membuatnya semakin menggemaskan.
"Boleh tapi kalau nambah harus pakai nasi, ya sayang biar kenyang," ucap Khai, Jasmine pun mengangguk setuju dengan apa yang ibunya katakan.
Setelah selesai makan siang mereka duduk di ruang keluarga untuk sekedar mengobrol santai dan menunggu sore tiba tanpa menunggu sore tiba tanpa aktivitas di luar rumah.
"Ayah ke kantor ya, Bun?" Tanya Tiara karena tidak melihat ayahnya di rumah dan kebetulan dia berangkat jam 6.30 tadi pagi.
"Iya tadi berangkat jam 08.00 ada meeting dadakan. Kakakmu kan lagi di luar kota jadi sementara ayahmu yang handle meeting selama kakakmu gak ada," jawab Karinda, Tiara hanya mengangguk. Tiba-tiba asistennya datang dengan tergesa-gesa.
"Maaf nyonya ada telepon dan mencari nyonya Khai," ucap asisten rumah tangga mereka.
"Mencari saya? dari siapa Bi?" Tanya Khai.
"Iya nyonya tidak tahu, tapi katanya mau bicara dengan nyonya Khai," jawab asisten yang bernama Mayang. Khai mengangguk dan beranjak dari duduknya dia pun menuju ruang tamu, wanita paruh baya itu mengikuti Khai dari belakang keluar dari ruang keluarga.
Setelah di ruang keluarga menerima telepon itu, dan dari seberang sana terdengar suara seorang pria yang mengabarkan sesuatu dan itu membuat Khai syok dan jatuh tak sadarkan diri membuat Bi Mayang terkejut dan segera memanggil Karinda dan Tiara, entah apa yang terjadi yang pasti kabar yang Khai terima mungkin saja kabar buruk.
"Ada apa Bi?" Tanya Karinda saat melihat asistennya kembali lagi. Namun kali ini dengan raut wajah khawatir.
"Itu nyonya, nyonya Khai pingsan setelah menerima telepon," jawab Bi Mayang dengan nafas yang masih terengah-engah karena tadi sedikit berlari ke ruang keluarga.
"Apa! Pingsan? Kok bisa, memang ada apa Bi kok Khai sampai pingsan?" Tanya Karinda dengan penuh ke khawatirannya lalu dia pun beranjak dari duduknya dan menuju ruang tamu. Diikuti dengan Tiara sambil menggendong Jasmine. Tiara sangat khawatir dengan keadaan kakak iparnya.
"Ya Tuhan, Khai ....!" Teriak Karinda yang melihat menantunya tengah tergeletak di lantai dengan kepalanya yang di pangku oleh asistennya yang lain.
"Ini nyonya telepon masih tersambung dengan yang bicara dengan nyonya Khai." Bi Mayang yang mengangkat teleponnya dan masih tersambung dengan seseorang.
"Iya Bi, tolong panggil supir dan satpam untuk membantu mengangkat Khai ke kamarnya," ucap Karinda setelah mengatakan itu dia pun langsung menerima telepon yang tadi sempat di terima oleh Khai.
Sementara itu Jasmine menangis saat melihat ibunya tidak sadarkan diri. Tiara pun mencoba menenangkan Jasmine, dia tidak melepaskan Jasmine dari gendongannya.
"Ya Tuhan, la - lalu sekarang dia ada di rumah sakit mana?" Tanya Karinda pada seseorang yang berada di seberang sana dengan air mata yang sudah menetes di pipinya.
Tiara yang melihat ibunya meneteskan air mata langsung menghampirinya setelah ibunya selesai bicara dan teleponnya sudah tertutup.
KAMU SEDANG MEMBACA
MUARA CINTA KHAIDEEJAH
RomancePACAR ADALAH MUSUH! MUSUH ADALAH PACAR! Begitulah prinsip dua orang yang saling bermusuhan ini. Jika ada tempat di mana membenci dan membutuhkan dapat dirasakan secara bersamaan maka di sanalah Khai dan Rigel akan di tempatkan. Seperti Tom and...