Perdebatan

3 1 0
                                    

    Happy Reading 😊

   "Rasain kamu, Hen. Habis kamu nanti di hajar sama cewek jadi-jadian." Gumam Rigel yang kini mengikuti Khai pergi ke kantin.

  "Awas ya kalau teman kamu macam-macam sama sahabatku. Aku ulek kalian jadi sambil pecel ayam," ucap Khai sambil terus berjalan menuju ke arah kantin.

  "Idiih temannya aja yang gampang di rayu. Aku yakin Hendi bilang dengan kata-kata yang manis dikit aja, dia langsung mau ngikut aja pas di ajak ke kantin," sahut Rigel tidak mau kalah.

  "Diam! Aku lagi tidak mau berdebat sama kamu dedemit."

  Akhirnya Khai dan Rigel sampai di kantin. Benar saja kini Hendi dan Vanya sedang menikmati sarapannya dengan duduk santai di kantin, dan sesekali mereka tertawa.

  "Vanya, Hendi ...!" Seru Khai dan Rigel bersamaan, membuat Vanya tersedak oleh makanannya sendiri karena mendengar panggilan dari sahabatnya, Hendi dengan sigap langsung memberikan minum untuk Vanya. Khai dan Rigel menghampiri mereka berdua dengan raut wajah kesal.

  "Vanya sekarang kamu ikut aku!" Perintah Khai tanpa basa-basi sambil menarik tangan Vanya. Kini Vanya berdiri dan mengikuti Khai, daripada sahabatnya itu marah pikir Vanya. Sebelum pergi Khai menatap tajam ke arah Rigel dan Hendi, kemudian pergi sambil menggandeng tangan Vanya.

  "Hendi makasih udah traktir Vanya. Jangan lupa nanti telepon atau video call," teriak Vanya sambil mengikuti Khai, Hendi tersenyum dan mengangguk membuat Vanya ikut tersenyum.

  "Kamu serius kan sama Vanya? dia itu temanku, Hen. Jadi kalau kamu macam-macam sama dia, aku akan buat perhitungan sama kamu, ngerti kamu!" Peringatan dari Rigel, tentu saja setelah Khai dan Vanya tidak terlihat lagi. Rigel menatap Hendi dengan tajam, membuat Hendi sedikit takut karena tatapan tajam Rigel tidak seperti biasanya.

  "Tentu bro, kamu tenang saja kali ini aku serius. Dia itu manis, lembut, feminim dan bisa banget bikin aku senyum-senyum kalau dekat dia. Aku yakin dia itu pelabuhan cinta terakhirku," ucap Hendi sambil tersenyum.

  "Aku harap itu ucapan kamu yang jujur dari dalam hati, dan kamu harus ingat aku pegang janjimu." Rigel mencoba percaya pada sahabatnya itu bahwa ia tidak akan mempermainkan Vanya.

  "Iya aku janji kali ini gak akan mainin cewek lagi. Sudah ah aku mau pacaran dulu. maksudku bayar dulu, hahaha ..." Ucap Hendi sambil berjalan menuju kasir.

  "Dasar buaya darat kamu," ucap Rigel.

  "Berhenti menyindir aku buaya darat, Rigel. Demi Vanya aku akan berubah jadi cowok yang lebih baik. Coba dari dulu kamu kenalin aku sama dia, pasti aku gak akan jadi playboy," sahut Hendi yang kini terlihat lebih bahagia dari sebelumnya.

  "Alah bullshit, kamu! Udah kita ke kelas yuk, udah mau bel nih. Kamu tahu kan hari ini giliran dosen killer kita yang ngajar," Ajak Rigel, mereka pun pergi meninggalkan kantin.
  •

  •

  •

  Sementara itu di kelas, Khai sedang menginterogasi Vanya yang tadi tertangkap basah sedang bersama Hendi.

  "Kamu yakin Van, mau sama Hendi? Aku dengar dia bukan pria baik, lagian bukannya kamu suka sama dedemit, Rigel?" tanya Khai setengah menyelidik.

  "Tentu saja, Khai sayang. Hendi itu pria yang baik kok. Dia udah jujur kalau sebelumnya dia playboy tapi dia mau berubah buat aku. Aku yakin Khai, kalau dia sungguh-sungguh mau berubah buat aku. Tentang Rigel udah ah, dia buat kamu aja, Khai. Aku udah ikhlaskan dia buat kamu, lagi pula kalian udah tunangan. Vanya gak mau di bilang pelakor nantinya, kesannya nanti Vanya jadi antagonis dong sebab ngerebut calon suami Khai," ucap Vanya membuat Khai terdiam karena ia sangat menghargai keputusan sahabatnya itu yang tetap kekeuh pada pendirian dan pilihannya.

MUARA CINTA KHAIDEEJAH Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang