Liburan

3 1 0
                                    

   Happy Reading 😊

   "Ya sudah, titip salam ya buat Oma. Nanti kapan-kapan kita sekeluarga main ke rumah Oma. Rigel ayahmu tadi bilang, kalau mau pakai mobil kuncinya ada di laci nakas. Tapi hati-hati, mengendarai mobilnya jangan ngebut, ingat kamu bawa menantu Bunda," ucap Karinda yang duduk di dekat Rigel dan Khai.

  "Iya Bun iya, Rigel juga masih ingin hidup. Masih ingin menikmati kehidupan bersama istri dan anak-anak Rigel nanti," jawab Rigel sambil mengedipkan sebelah matanya pada Khai dan membuat Khai tersenyum. Tapi sayang, Karinda tidak melihat kelakuan putranya sebab ia sedang menikmati segelas jus jeruk yang segar.

  "Halo semua, Ara sudah pulang nih." Teriak Tiara yang baru saja memasuki ruang keluarga.

  "Berisik bawel, ngapain pakai teriak-teriak sih, kayak Tarzan saja," ketus Rigel.

  "Kayak kak Rigel gak pernah teriak-teriak saja. Introspeksi diri dong kak, kakak juga suka banget teriak-teriak kalau di dalam rumah. Giliran Ara baru saja baru ini teriak sudah di protes."

  "Ngomong-ngomong pada mau kemana kak Rigel sama kak Khai, kok sudah rapi kayak gini?" Tanya Tiara setelah memarahi kakaknya dan melihat Rigel dan Khai sudah tampil ganteng dan cantik.

  "Kepo banget kamu anak kecil," ucap Rigel sambil meraih kunci mobil yang berada di atas laci nakas, setelahnya Rigel dan Khai  pergi.

  "Bun, kak Rigel sama kak Khai mau kemana sih? Perasaan pergi-pergian terus." Tanya Tiara yang terlihat semakin kepo dengan kedua kakaknya.

  "Ke rumah nenek Asya, mereka mau berkunjung ke sana," sahut Karinda diikuti Tiara yang manggut-manggut seakan mengerti dengan yang di katakan ibunya.

  "Kirain Tiara mau kemana, Bun. Hari ini masak apa? Ara lapar tadi cuma minum jus mangga di kantin sekolah," ucap Tiara yang kini sudah berdiri di sebelah ibunya.

  "Bunda belum masak sayang, soalnya baru habis pergi belanja, biar Bunda buatkan roti panggang mau gak?" Tanya Karinda yang di jawab anggukan kepala oleh putrinya.

  "Mau Bun, tapi toppingnya pakai selai coklat sama keju, ya. Satu lagi sama mau jus jeruk, hehehe." Karinda hanya mengangguk ia bergegas menuju ke dapur dengan Tiara yang mengekori dari belakangnya.

                                         ***

   Sementara itu Khai dan Rigel akhirnya sampai di rumah keluarga Martadinata, kediaman orang tua Khai sebelum menikah dengan Rigel.

  "Papa senang kalian berkunjung ke rumah ini. Tapi kenapa kalian cepat sekali pulang ke Jakarta. Bukannya masih ada satu hari lagi di Paris?" Tanya Galih yang kebetulan hari ini tidak ke kantor karena kebetulan sedikit tidak enak badan.

  "Khai, pah. Dia ngajak pulang lebih cepat, katanya rindu sama kalian. Lagi pula ini memang sudah seminggu disana," ucap Rigel setelah mencium punggung tangan mertuanya.

  "Putri ayah ini masih sama tidak berubah ya, masih saja sama. Kamu tidak malu Khai, ada suamimu disini," ucap Galih sambil mengelus rambut putrinya yang sedang bergelayut manja di lengan kanannya.

  "Papa, Khai kan kangen sama papa. Biarin si dedemit ini yang lihat jadi gak masalah," rengek Khai sambil mengedipkan matanya pada Rigel membuat Rigel terkekeh melihat tingkah laku istrinya itu.

  "Sayang jangan manggil begitu dong, gak sopan dia kan sekarang suamimu jadi tidak boleh manggil dedemit lagi ya," tegur Jihan yang terlihat membawa nampan berisi kue dan minuman untuk menemani obrolan hangat mereka.

  "Sudah mah, tidak apa-apa mungkin Khai sudah terbiasa manggil Rigel kayak gitu," Ucap Rigel mengalah ia tidak ingin berdebat dengan Khai.

  "Baiklah kalau begitu, tapi jangan terlalu di manjakan Nak, Rigel. Gak baik kalau terlalu dimanjakan," ucap Jihan dengan senyum manisnya.

  "Mama!" Rengek Khai, membuat Jihan, Galih dan Rigel terkekeh geli karena tingkah manja yang Khai tunjukkan. Sekarang mereka asik mengobrol sampai akhirnya Khai dan Rigel berpamitan sebab mereka akan berkunjung ke rumah nenek Asya.

  "Papa cepat sembuh, ya. jangan malas minum obatnya, jangan lupa banyakin istirahat, jangan mikirin kerjaan dulu kalau belum sembuh," ucap Khai dan mengecup kedua pipi orang tuanya bergantian.

  "Kok aku gak sih," ucap Rigel becanda sambil tertawa terkekeh membuat Khai kesal padanya. Sedangkan Jihan dan Galih hanya tersenyum melihat tingkah laku putri dan menantunya itu.

  Khai dan Rigel pergi meninggalkan rumah kedua orang tuanya. Mobil melaju dengan kecepatan sedang menuju rumah nenek Asya yang kebetulan sudah lama tidak mereka kunjungi dan bahkan saat mereka menikah nenek Asya tidak tahu karena memang pernikahan Rigel dan Khai pernikahan darurat saat itu.

  "Rigel, kita berhenti dulu ya di minimarket. Aku sangat haus mau beli minuman dulu," ucap Khai yang melihat minimarket di depannya.

"Baiklah, kita sekalian beli camilan dan makanan dulu buat nenek Asya," ucap Rigel yang menghentikan mobilnya tepat di depan minimarket itu. Rigel dan Khai membeli sesuatu untuk dirinya dan juga oleh-oleh untuk nenek Asya. Setelah selesai Khai dan Rigel kembali melanjutkan perjalanan mereka ke rumah nenek Asya.

   mereka pun sudah sampai di depan rumah nenek Asya. Rumah itu terlihat sangat indah karena terdapat taman bunga yang cukup indah di pekarangan rumah nenek Asya. meskipun hanya sederhana tidak seperti rumah kedua orang tua Khai dan juga rumah orang tua Rigel yang cukup mewah.

  "Lihatlah Rigel, dari dulu Oma tidak berubah, ya. Oma suka sekali menanam bunga-bunga yang indah di pekarangan rumahnya, aku sangat suka saat berada di rumah Oma," ucap Khai dengan senyuman yang merekah di bibirnya.

  "Iya rumah ini sangat indah tapi tidak ada yang dapat mengalahkan keindahan dirimu sayang," ucap Rigel mengeluarkan jurus gombalnya sambil tersenyum dan mengedipkan sebelah matanya pada Khai, membuat Khai tersipu malu mendengar ucapan Rigel. Entah kenapa meski terdengar seperti gombalan yang receh. Khai sangat suka sebab Rigel yang mengatakannya.

  "Gombal kamu, sudah ayo kita masuk. aku sudah tidak sabar ingin bertemu Oma," ajak Khai dan berjalan menuju pintu rumah Oma Asya, tentu saja dengan diikuti Rigel. Khai mengetuk pintu rumah itu sedangkan Rigel berdiri tepat di belakangnya.

    Tok tok tok

  "Tunggu sebentar, siapa ya?" Jawab nenek Asya sambil membuka pintu rumahnya. Saat dia membuka pintu rumahnya, alangkah sangat terkejutnya nenek Asya melihat cucu kesayangannya datang, dia pun langsung memeluk cucunya itu.

  "Cucuku akhirnya kamu datang juga, Nak. Menemui nenek," ucap nenek Asya menitikkan air matanya karena sangat rindu pada cucunya. Maklum saja sudah cukup lama mereka tidak bertemu dan saat memeluk Khai nenek Asya terkejut karena ada Rigel yang ikut serta menemani Khai untuk menemuinya. Kemudian nenek Asya menatap Rigel dan tersenyum padanya.

  Setelah melepaskan pelukannya pada Khai, nenek Asya mengajak masuk Khai dan Rigel.

  "Mari nak Rigel masuk, anggap saja ini rumahmu sendiri. Kamu sekarang juga sudah menjadi cucuku," ucap nenek Asya dan menarik tangan Khai dan Rigel untuk memasuki rumahnya dan membawa mereka ke ruang keluarga. Saat masuk ke rumah nenek Asya, Rigel terlihat sangat mengagumi ruang keluarga yang tertata sangat rapi.

  "Oma, Bi Santi mana?" Tanya Khai yang tidak melihat Bi Santi pelayan setia neneknya.

  "Oh, Bi Santi sedang ke pasar berbelanja kebutuhan dapur yang sudah habis. Kalian menginapkan disini, Oma sudah kangen sama kalian," ucap nenek Asya meminta.

  "Iya Oma, kebetulan sekali kami sedang libur tapi mungkin hanya semalam saja gak apa-apa kan Oma? Janji lain kali kami akan menginap lagi, kalau ada libur panjang," ucap Rigel dengan sopan membuat Khai sedikit lega sebab Rigel tidak terlihat malu-malu lagi seperti dulu.

  "Baiklah tidak apa-apa, daripada kalian tidak menginap sama sekali. Kalian janji sama nenek kalau ada libur panjang kalian bakal menginap lama disini. Ya sudah, ayo Oma tunjukkan kamar kalian. Kamar itu bekas kamar Mamanya Khai saat masih gadis, kalian tidurlah dikamarnya. Gak apa-apa kan? meskipun tidak semewah kamar kalian, tapi Oma jamin cukup nyaman dan bersih untuk kalian tidur." Nenek Asya mengantarkan Khai dan Rigel ke kamar yang akan menjadi tempat istirahat untuk mereka berdua.

MUARA CINTA KHAIDEEJAH Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang