Happy Reading 😊
Sementara itu, Khai tanpa sengaja menoleh ke arah Renata yang terlihat sedang menatap Rigel dengan senyumannya. Namun, Renata tidak peduli walaupun Khai menatapnya dengan tatapan tajam.
"Khai kenapa? Kok kayak marah sih, belum maafin Hendi, ya?" Tanya Vanya tiba-tiba mengagetkan Khai, dengan sedikit takut karena Khai menatapnya dengan tajam. Melihat sahabatnya ketakutan Khai menatapnya dengan tatapan lembut.
"Enggak kok Van, aku sudah gak marah sama Hendi. Ayo keluarkan tugas kita," ucap Khai.
"Iya Khai, tadi aku cuma takut kamu marah," ucap Vanya dan mengeluarkan tugas-tugasnya, sedangkan Khai hanya menggelengkan kepalanya membuat Vanya tersenyum lega.
Rigel dan Hendi pamit untuk kembali ke kelasnya, karena sebentar lagi kelas mereka akan di mulai. Begitu pun dengan kelas Khai karena hari ini jadwal kelas mereka sama.
***
Keesokan harinya, lagi-lagi Renata mendekati Rigel dan itu membuat Khai semakin dibuat kesal olehnya.
"Hai Rigel, kamu kenapa? Kok kelihatannya sedih?" Tanya Renata yang baru saja datang yang sudah berdiri di samping Rigel dan Rigel pun menoleh ke arah gadis itu.
"Aku gak kenapa-kenapa, baru datang, ya?" Tanya balik Rigel yang kini menatap Renata membuat Khai kembali kesal dan memilih keluar dari kelas karena tidak ingin emosi melihat kedekatan Rigel dan Renata. Khai kini duduk di kursi luar yang ada di samping kelasnya.
"Pagi cantik, pagi-pagi kenapa sudah kelihatan bete sih! Kamu kenapa?" Tanya Evan menyapa Khai, kebetulan dia baru saja datang dan melihat Khai duduk di luar kelas. Evan pun kini duduk di samping Khai.
"Pagi Evan, tumben baru datang? Gak apa-apa, Van. Cuma lagi ingin duduk di sini saja," jawab Khai sambil tersenyum tipis pada Evan.
"Iya Khai, tadi di jalan sedikit macet jadi agak telat datangnya, kamu lagi apa sendirian disini? Biasanya sama Vanya dan juga dua teman pria kamu itu," ucap Evan yang menatap lekat wajah cantik Khai.
"Aku lagi malas, lagi ingin sendiri saja disini. Kamu gak masuk ke kelas,Van?"
"Enggak ah, aku mau menemani kamu saja disini," jawab Evan. Mendengar perkataan Evan, Khai menoleh ke arah Evan yang sedang menatapnya dan cowok itu pun tersenyum.
"Kamu sudah sarapan belum, Khai? Kalau belum kita ke kantin yuk," ajak Evan mencoba mengalihkan pembicaraan.
"Sudah, kamu memang belum sarapan, Van?" Tanya Khai.
"Sudah sih, cuma mau menemani saja. Siapa tahu kamu belum sarapan," jawab Evan dengan cengiran kudanya.
"Oh ya, Khai. Nanti siang kamu mau menemani beli buku gak? Kita kan harus mencari bahan untuk skripsi," sambung Evan.
"Enggak tahu, Van. Bisa atau gak nemenin kamu beli buku, soalnya aku sudah punya bukunya. Sekarang masuk ke kelas yuk, kayaknya sudah mau bel deh," ajak Khai memasuki kelas bersama Evan. Namun, tiba-tiba matanya membulat saat melihat Renata dengan beraninya mengecup pipi Rigel dan meninggalkan Rigel duduk di kursinya sendirian, sedangkan Rigel hanya bengong dan memegangi pipi yang tadi Renata kecup. Melihat itu Khai yang kesal langsung memanggil Evan.
"Evan, nanti siang aku temani kamu mencari buku ya," ucap Khai setelah berkata seperti itu Khai pun duduk di kursinya.
"Khai, kamu tadi mau ngapain sama Evan?" Rigel terlihat kesal saat mendengar perkataan Khai tadi.
"Apa urusannya sama kamu? Kamu urusin saja tuh cewek kamu Renata, jangan urusin kehidupan aku!" Ketus Khai.
"Tapi Khai, aku gak su-"
KAMU SEDANG MEMBACA
MUARA CINTA KHAIDEEJAH
Любовные романыPACAR ADALAH MUSUH! MUSUH ADALAH PACAR! Begitulah prinsip dua orang yang saling bermusuhan ini. Jika ada tempat di mana membenci dan membutuhkan dapat dirasakan secara bersamaan maka di sanalah Khai dan Rigel akan di tempatkan. Seperti Tom and...