Happy Reading 😊
"Ups ... Maaf aku terlalu senang. Maaf sudah lancang peluk kamu. maaf ya dedemit, tapi sebentar! Kamu juga salah, kenapa saat aku peluk kamu bukan menghindar dan lepasin pelukan aku, tapi kamu malah diam malah manfaatkan keadaan curi-curi kesempatan, ngaku kamu? Biar bisa peluk aku lama-lama kan?" Tuduh Khai sambil melipat kedua tangan di dadanya.
"Hei princess dedemit, bukannya kamu yang duluan meluk-meluk aku ya? Kenapa kamu sekarang jadi nyalahin aku, jangan-jangan kamu yang ingin peluk aku. Ngaku aja deh, jangan banyak alasan aku gak apa-apa kok kalau emang kamu ingin peluk aku lagi juga boleh,"
Rigel menatap Khai dengan senyuman menggoda. Membuat Khai bergidik ngeri melihat senyuman dan tatapan Rigel.
"Iihh ... amit-amit deh, mimpi apa aku semalam. Sudah sana kamu istirahat aku capek ingin istirahat dulu, malas aku debat mulu dengan kamu," cibir Khai yang kini menjatuhkan tubuhnya di kasur empuk yang besar itu.
"Hmm ... nyaman dan lembutnya kasur ini, sudah gitu wangi lagi," gumam Khai yang kini sudah berbaring di kasur dan menikmati lembutnya kasur dan selimut fasilitas dari hotel tempat mereka menginap.
"Norak banget sih, Mba dasar jorok bukannya mandi dulu biar segar malah main tidur saja," ucap Rigel yang saat ini membuka kopernya untuk mengambil handuk dan juga baju ganti.
"Dedemit aku dengar ya, apa yang kamu bilang. Suka-suka aku dong, badan-badan aku, kenapa kamu yang ribet sih!" Ketus Khai. namun, Rigel memilih diam dan masuk ke dalam kamar mandi. Percuma meskipun ia tidak menyahut, pasti Khai akan terus mengajaknya berdebat jika ia tidak cepat-cepat masuk ke kamar mandi.
"Tumben tuh dedemit diam saja, biasanya dia tidak mau jika berdebat sama aku. Ya sudahlah princess ngantuk mau bocan dulu. Bangun tidur baru deh nanti mandi," batin Khai sambil menutup tubuhnya dengan selimut dan segera memejamkan matanya sebab memang dia sangat mengantuk, tadi ia bangun pagi-pagi buta untuk berkemas dan bersiap-siap untuk melakukan perjalanan ke Paris dan saat ini setelah sampai di Paris karena rasa lelah ia memutuskan untuk beristirahat lebih dulu.
*****
Khai baru saja terbangun dari tidurnya. Ia mengerjap-ngerjapkan matanya, dan kini ia menatap ke arah sofa. Namun, ia tidak menemukan apa yang ia cari.
"Kemana dedemit. malam-malam begini, kok gak ada sih?" Khai mulai kebingungan sendiri dan bergegas bangun dari tidurnya untuk mencari keberadaan Rigel.
"Aku lapar banget lagi, tapi tidak ada makanan. Apa di hotel ini tidak ada pelayan yang mengantarkan makanan," lanjutnya, Khai bergegas mengambil handuk dan masuk ke kamar mandi untuk membersihkan diri, tidak lama setelah khai masuk ke kamar mandi, Rigel datang membawakan makanan dan menaruhnya di meja sambil menatap ke arah ranjang, dan di sana ia sudah tidak menemukan Khai.
"Bo, kamu lagi di kamar mandi ya?" Teriak Rigel namun tidak ada jawaban dari Khai. Hanya saja terdengar suara gemericik air dari dalam kamar mandi.
"Ya, Tuhan. Aku lupa membawa baju ganti, bagaimana ini? Mudah-mudahan dedemit belum kembali."
Khai pun memakai handuknya dan ia memberanikan diri untuk keluar dari kamar mandi, dengan hanya menutupi bagian tubuhnya sebatas paha.
Klek
Suara pintu kamar mandi terbuka Khai keluar dari kamar mandi. Namun, alangkah terkejutnya saat ia melihat Rigel yang kini sudah duduk di sofa dan sedang menatap Khai dengan lekat, sesekali menelan ludahnya sebab baru kali ini Rigel melihat tubuh seksi Khai yang memang sangat mengiurkan saat seperti itu.
"Apa kamu sedang menggodaku?" Tanya Rigel sambil menatap tajam ke arah Khai seolah ingin menerkamnya, membuat Khai berlari kembali ke kamar mandi sebab ia takut Rigel berbuat macam-macam padanya. Apalagi saat melihat gelagat Rigel tadi, dan itu membuat Khai bergidik ngeri.
"Dasar dedemit mesum! enak saja kamu pergi dulu sana, aku mau ambil baju ganti!" Teriak Khai dari dalam kamar mandi.
"Ambil saja sini kebo, aku gak tertarik kok sama kamu! Tadi itu hanya becanda saja. Lagi pula tubuh kamu biasa saja, gak ada bagus-bagusnya mana mungkin aku tertarik sama kamu," ejek Rigel membuat Khai yang mendengarnya semakin geram. Ia memberanikan diri untuk keluar dari kamar mandi, dan mencoba untuk menggoda Rigel.
"Benarkah? Yakin kamu gak tertarik dan tergoda sama tubuh aku?" Tanya Khai sambil mendekati Rigel yang sudah mulai tegang karena kelakuan Khai.
"Enggak! Ma-mana mungkin aku ter-tergoda sama tubuh kamu," ucap Rigel dengan sedikit gugup sehingga bicaranya kini terbata-bata karena kini Khai telah berada tepat di depannya.
"Oh ya, benarkah tuan Rigel? Yakin anda tidak tergoda?" Dengan tawa yang ia tahan Khai terus menggoda Rigel. Khai kini semakin mendekatkan dirinya pada Rigel. Membuat Rigel menjadi semakin gugup dan salah tingkah, dia berusaha mengalihkan pandangannya dari Khai, agar dia tidak kehilangan kendali dan menerkam istrinya itu.
Sebagai seorang pria normal bisakah ia menahan godaan Khai.
"Hahaha ... lihat ekspresi wajah kamu, lucu banget ternyata jika lagi gugup kayak gitu. Ayolah dedemit ngaku saja, kamu pasti tergoda kan? Dasar dedemit, sok-sokan gak tergoda padahal, tergoda kan kamu? Dasar munafik kamu jadi cowok!" Ketus Khai sambil berjalan ke arah kopernya dan mengambil baju ganti. sedangkan Rigel, ia hanya bisa mengelus tekuknya sebab ia merasa malu pada Khai yang telah melihatnya gugup seperti tadi. Setelah mengambil bajunya, Khai bergegas kembali ke kamar mandi untuk memakai bajunya disana.
Tak lama Khai keluar dengan mengenakan sweater tebalnya, dan mengambil sebuah tas kecil miliknya. Rigel yang melihat khai sudah rapi merasa penasaran akan kemana istrinya itu pergi.
"Kamu mau kemana? Sudah rapi kayak gitu? Ini sudah malam sebaiknya besok saja kalau mau keluar," ucap Rigel memberanikan diri untuk bertanya pada Khai.
"Aku lapar, jadi mau cari makan sambil melihat suasana kota Paris di malam hari," jawab Khai sambil memakai sepatunya.
"Aku sudah pesan makanan dan aku sudah bawain untuk kamu, karena aku tahu kamu pasti laparkan? Setidaknya makanlah dulu, mubazir nih makanan kalau gak di makan. Kalau aku makan sendiri, aku gak akan sanggup makan sebanyak ini. Setelah makan nanti aku temani kamu, mau jalan-jalan kan? Lagian gak baik cewek keluar sendirian malam-malam, apalagi ini di negara orang. Kalau sampai terjadi apa-apa sama kamu nanti aku yang habis sama bunda, bisa-bisa aku kehilangan telinga aku kalau pulang, kan aku ngeri masa ganteng-ganteng begini gak punya telinga, kamu tahu kan? Ayah, bunda dan adik aku lebih sayang sama kamu daripada sama aku," ucap Rigel membuat Khai terkekeh dan ia pun menjatuhkan bokongnya duduk di samping Rigel.
Baru kali ini Khai melihat Rigel bicara panjang lebar, kini Khai dan Rigel memakan makanan mereka dengan keheningan. Sesekali Rigel melirik ke arah Khai yang terlihat cantik, meskipun hanya menggunakan make-up natural. Sesekali Rigel tersenyum tanpa diketahui Khai, karena Khai lebih fokus pada makanan yang ada di meja karena memang ia sangat lapar. Sampai-sampai ia tidak tahu kalau Rigel sedang memperhatikannya dengan senyuman.
"Wah, makanannya sangat lezat, dedemit. Makasih ya kamu baik sekali sih, tahu saja aku lagi lapar," ucap Khai yang kembali melahap makanannya, sedangkan Rigel hanya menggelengkan kepalanya sambil tersenyum.
"Ayah, bunda makasih karena sudah kasih Rigel liburan berdua saja dengan Khai," gumam Rigel sambil kembali tersenyum dan kembali menikmati makan malam berdua saja bersama Khai yang mungkin tidak bisa dia lakukan saat di rumah, karena ada orang tua dan juga adiknya Tiara.
"Wah indah sekali kota Paris saat di lihat pada malam hari ya, dedemit. Baru kali ini aku melihat menara Eiffel dari dekat, sebelumnya kan aku cuma lihat di film-film aja, HEhe!" Ucap Khai sambil tersenyum dan memperhatikan jalan yang menuju ke arah menara Eiffel yang memang sudah terlihat.
KAMU SEDANG MEMBACA
MUARA CINTA KHAIDEEJAH
RomancePACAR ADALAH MUSUH! MUSUH ADALAH PACAR! Begitulah prinsip dua orang yang saling bermusuhan ini. Jika ada tempat di mana membenci dan membutuhkan dapat dirasakan secara bersamaan maka di sanalah Khai dan Rigel akan di tempatkan. Seperti Tom and...