Menerima Tawaran Dokter Aleta

1 1 0
                                    

     Happy Reading 😊

   "Ng - Nggak kok, ngapain cemburu gak ada gunanya," jawab Rigel dengan wajah datar.

  "Oh jadi gak cemburu, ya? Tapi kenapa mukanya di tekuk kayak begitu, masam lagi." Khai kembali menggoda Rigel yang memang sedang kesal.

  "Apaan sih? sudah sana kamu gabung lagi sama yang lain, tapi kembalikan dulu minumanku," ucap Rigel, namun tiba-tiba cup Khai mencium bibir Rigel sekilas membuat Rigel terkejut karena dia tidak menyangka Khai akan mengecupnya. Rigel tersenyum sambil memegangi bibirnya yang baru Khai cium.

  "Sudah ya, jangan marah lagi. Kamu kan tahu cinta aku hanya buat kamu, Rigel. Tidak akan ada yang bisa menggantikan dirimu di hatiku," ucap Khai sambil menyandarkan kepalanya di pundak suaminya membuat Rigel tersenyum datar saat Khai mengatakan kata-kata romantis kepadanya.

   "Kalau begitu boleh dong minta yang tadi sekali lagi honey," ucap Rigel kini merengguh pinggang Khai.

  "Enggak mau habis kamu minum, aku gak suka bau alkohol," jawab Khai, dia pun langsung membenamkan wajahnya ke dada bidang milik Rigel.

  "Ayolah sayang, lagi pula aku minum alkohol gara-gara kamu. Aku gak suka kalau lihat kamu dekat-dekat sama cowok lain apalagi Evan," ucap Rigel sambil mendekap erat tubuh Khai.

  "Nah, akhirnya ngaku juga kan, kalau kamu itu cemburu. Tapi gak apa-apa aku malah senang kalau kamu cemburu itu berarti kamu benar-benar sayang dan cinta sama aku." Khai mengeratkan pelukannya pada Rigel dengan senyuman termanisnya.

  "Memang aku cinta dan sangat sayang sama kamu, sayangku. Sudahlah yuk kita masuk di luar dingin kasihan dedek bayinya nanti kedinginan," ucap Rigel kemudian membantu Khai bangun dari duduknya dan merengguh pinggangnya untuk membawanya masuk ke dalam rumah karena acara selamatannya sudah selesai dan yang tersisa tinggal pesta biasa. Rigel pamit pada semua tamu termasuk Vanya dan Hendi karena Khai harus segera istirahat semua memakluminya dan akhirnya mereka berdua pergi ke kamar mereka.

  Pesta berlanjut sampai pukul 10 malam. Setelah acara selesai mereka pamit untuk kembali ke rumah masing-masing kecuali Galih, Jihan dan juga Oma Asya. Karena Galih sudah mengantuk dan kelelahan untuk menyetir mobilnya.

  Khai dan Rigel mereka sudah terlelap dan mungkin saja kini mereka sudah berada di alam mimpi yang indah.

                                    ***

   Sudah 5 hari Khai di tinggal pergi Rigel untuk urusan meeting di luar kota, dia memilih untuk menelpon Rigel via ponsel.

   'Rigel hari ini aku ada jadwal cek kehamilan,' Ucap Khai melalui ponselnya.

  'iya sayang, tapi besok aku baru bisa pulang. kamu sama bunda saja ya, kedokterannya,' Jawab Rigel.

  'Ya sudah deh, padahal aku perginya ingin sama kamu seperti di bulan-bulan biasanya. tapi kamu hati-hati ya, di sana jangan nakal, sayang,' Ucap Khai memperingatkan.

  'Enggaklah sayang mana mungkin aku berani macam-macam. Cuma satu macam saja itu pun sama istriku yang paling cantik dan manis. Gak akan sayang, kamu percayalah sama aku. pasti sudah tidak waras kalau sampai berbuat yang aneh-anehkan.'

  'iya aku percaya sama kamu sayang cepat pulang, ya? Aku sama dedek bayi sudah kangen banget sama kamu, sayang.' Khai tersenyum lebar setelah mengatakan hal itu.

  'Iya aku juga kangen sama kamu dan juga dedek bayinya jangan tidur terlalu malam ya, sayang. Ara nemenin kamu kan saat tidur?' tanya Rigel yang sudah berpesan pada adiknya untuk menemani istrinya tidur saat dia tidak ada di rumah.

  'Iya, Ara nemenin. sekarang dia lagi mengerjakan tugas kuliahnya dulu nanti kalau sudah mau tidur dia ke sini,' Jawab Khai.

   'Bagus, kalau begitu. Ya sudah sayang aku ngantuk mau tidur dulu soalnya besok pagi-pagi ada meeting, kamu juga tidur ya, sayang,' ucap Rigel.

  'Oke deh, good night sayang muuaacchh ...'

  'Night to dear, muuaacchh ...' Balas Rigel dan mereka mengakhiri sambungan teleponnya. Setelah itu Rigel langsung berbaring dan tidur karena esok pagi kerjaannya menunggu.

   Sementara Khai sedang duduk di ranjang sambil bersandar ke kepala ranjang. Entah kenapa akhir-akhir ini dia tidak bisa tidur nyenyak dan kadang merasakan sakit di perutnya. Maka dari itu Tiara selalu menemani kakak iparnya selama Rigel berada di luar kota untuk meeting dengan beberapa rekan bisnisnya.

   Pagi hari tiba Khai bersiap untuk pergi ke Dokter karena hari ini jadwal Khai mengecek kandungannya. Khai pergi di temani Karinda karena itu yang dipesankan Rigel pada Bundanya. Khai dan Karinda sudah berada di ruangan Dokter pribadi dan sedang di periksa oleh dokter Aleta dokter kandungan Khai sekaligus teman Karinda.

   "Memang suami Khai kemana, Karin?" Tanya dokter Aleta yang memang seumuran dengan ibu mertuanya itu.

  "Oh, Rigel sedang ada tugas di luar kota. memang kenapa Let?" Tanya Karinda.

  "Jadi begini karena usia kandungannya sudah menginjak 9 bulan, aku sarankan agar Khai di rawat di rumah sakit saja demi kebaikannya dan juga calon bayinya karena posisi bayinya belum sempurna jadi perlu di pantau. Aku hanya khawatir kalau terus di rumah maka posisi bayinya tidak bisa secepatnya normal kalau dia di rawat aku bisa memastikan bayinya dengan posisi yang tepat," ucap dokter Aleta.

  "Lakukan yang terbaik untuk menantuku, Let. Khai gak apa-apa kan kalau kamu di rawat di sini sampai kamu melahirkan. Ini semua demi kebaikan kamu, Nak. Nanti bunda dan Tiara akan menemani kamu dan bunda akan memberitahu Mama sama Oma kamu agar bisa gantian jagain kamu disini mau kan, sayang? Demi putri yang ada di dalam kandungan kamu, sayang. Lusa kalau Rigel pulang, bunda akan menyuruhnya kesini dan menemanimu disini," bujuk Karinda karena ia tidak ingin mengambil resiko terjadi hal yang fatal pada menantu dan juga calon cucunya.

   "Ya sudah, Bun. Khai mau lakukan apapun demi kebaikan bayi dalam kandungan Khai." Ucap Khai dengan senyuman karena ia tidak mau terjadi hal yang buruk pada calon putrinya.

  "Baiklah aku akan menyuruh perawat untuk mempersiapkan ruangan dan peralatan untuk perawatan Khai," ucap dokter Aleta.

   "Baik terima kasih, Aleta. Khai tunggu sebentar ya, bunda mau telepon Tiara biar membawa perlengkapan untukmu dan juga bunda sekalian mau kasih tahu Mama dan Oma kamu," ucap Karinda yang kini keluar dari ruangan dokter Aleta untuk menelpon orang rumah.

  "Bagaimana, Khai? apa selama beberapa hari kebelakang kamu merasakan kontraksi yang membuatmu tidak nyaman?" Tanya dokter Aleta.

  "Iya Dok, entah kenapa akhir-akhir ini aku sulit sekali untuk tidur. Gak tahu harus mengambil posisi bagaimana." Khai lalu mengelus perutnya.

  "Kasihan calon ibu baru, selalu terganggu tidurnya," ucap dokter Aleta sambil tersenyum.

  "Iya Dok, sebelumnya Rigel yang selalu membuatku merasa nyaman jika ingin tidur. Tapi semenjak dia tugas di luar kota selama 5 hari, itu membuatku tidak bisa tidur nyenyak," ucap Khai yang berbaring di brankar ruangan Aleta.

  "Baiklah, mudah-mudahan disini kamu bisa beristirahat dengan baik sampai hari persalinan tiba," ucap dokter Aleta.

  "Iya Dok, terima kasih atas perhatiannya. Tapi kira-kira kapan aku akan melahirkan?" Tanya Khai penasaran dan sudah tidak sabar melahirkan putrinya.

MUARA CINTA KHAIDEEJAH Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang