Rasa Penyesalan

4 1 0
                                    

   Happy Reading 😊

   Sementara itu, satu jam sudah Rigel asik mengobrol dengan Kamila, sampai-sampai dia lupa pada Khai.

  "Ya sudah, aku kembali ke hotel dulu ya. Titip salam buat Khai," ucap Kamila dan dengan berani Kamila mencium pipi Rigel, membuat Rigel terkejut dengan apa yang dilakukan Kamila padanya.

  "Sampai jumpa Rigel, bye," sambung Kamila dan pergi meninggalkan Rigel.

  Setelah Kamila pergi Rigel pun pulang ke hotel. Sesampainya di depan pintu hotel ia menghela nafas panjang. Dia baru ingat saat tadi dirinya mengungkapkan perasaannya pada Khai dan dia melupakan hal itu saat Kamila datang.

  "Ya Tuhan, pasti Khai marah sama aku, dan dia mengira apa yang aku bilang tadi hanya sebuah lelucon. Aku berharap semoga Khai tidak berpikir seperti itu, semoga dia memikirkannya dengan baik dan menerima cinta aku," batin Rigel dan mulai memencet pasword pintu kamar hotel itu.

    Klekk

   Rigel membuka pintunya. Namun, kamar itu masih gelap.

  "Kemana dia? Apa dia masih marah sama aku? Terus dia tidur gelap-gelapan?" Gumam Rigel sambil menyalakan lampu, tempat tidurnya masih terlihat rapi tidak ada Khai di sana. Rigel langsung mengecek kamar mandi. Namun, tidak ada siapapun di sana, ia pun menghubungi langsung nomor ponsel Khai. Namun, tidak ada jawaban dari Khai membuatnya semakin khawatir dan panik.

  "Ya Tuhan, kemana dia. Apa dia sangat marah sehingga pergi dari hotel? Atau jangan-jangan dia tadi tidak benar-benar kembali ke hotel."

  Aaarrrgggh ....!

  "Kamu ini ceroboh sekali, Rigel. Harusnya saat dia pamit ingin pulang, kamu antar dia sampai hotel. Kenapa malah biarin dia pergi sendiri, bodoh kamu memang sangat bodoh, Rigel. Aku harus cari dia, sebelum terjadi sesuatu sama dia," gumam Rigel dan bergegas memesan taksi untuk mencari Khai.

                                ***

   Sedangkan di tempat lain, Khai merasa kedinginan dan ketakutan sampai akhirnya dia menemukan sebuah pos kosong, dia pun menuju tempat itu dan duduk sambil memeluk lututnya.

  "Mama, Papa, Khai takut bagaimana ini. Khai tidak tahu ini ada dimana. Mama tolong Khai, Khai sangat takut," batin Khai dengan air mata yang terus mengalir di pipinya sambil duduk memeluk kedua lututnya. Khai memang merasa sangat ketakutan saat sendirian. Di tambah ia berada di negara yang asing baginya.

                           ***

   "Ya Tuhan, kemana dia? Kamu kemana sih, Khai? Harus kemana lagi aku cari kamu, Khai. Kamu dimana sekarang? Maaf kan aku karena sudah membuat kamu kecewa dan mungkin sakit hati," Batin Rigel sambil sesekali mengusap wajahnya dengan kasar.

  "Tuan ini sudah larut malam saya harus pulang, kasihan anak istri saya sudah menunggu di rumah. Maaf, tuan saya akan mengantar anda kembali ke hotel," ucap supir taksi itu.

  "Tapi, Pak bagaimana dengan istri saya? Dia belum ketemu, saya takut terjadi sesuatu pada istri saya, pak." Rigel sangat terlihat semakin khawatir karena belum juga menemukan Khai.

   "Semoga istri anda baik-baik saja, Tuan. Sebaiknya anda beristirahat dulu. Besok pagi-pagi saya jemput anda lagi kesini. Saya akan temani anda mencari istri anda sampai ketemu," ucap supir taksi itu. Rigel tidak bisa memaksakan kehendaknya, dia kembali ke hotel dengan perasaan khawatir. Rigel berharap Khai sudah pulang ke hotel. Namun, harapannya lagi-lagi tidak sesuai dengan apa yang dipikirkan. Rigel masih tidak mendapati Khai di hotel, itu artinya Khai belum kembali ke hotel. Dengan penuh penyesalan Rigel berbaring di sofa, tentu dengan perasaan yang gelisah.

  "Kamu dimana sih, Khai? Kenapa kamu sangat bodoh pergi sendirian di negeri asing bagi kita. Tapi kenapa kamu nekat pergi sendirian," Rigel sangat menyesal sampai tidak terasa matanya mulai terpejam karena ia merasa sangat lelah. Sementara Khai kini mulai menggigil kedinginan.

  "Dingin, ini sangat dingin Rigel. Tolong aku Rigel, aku sangat kedinginan," gumam Khai sambil memeluk lututnya dan duduk di pojok pos itu.

  •

  •

  •

  Keesokan paginya Rigel, sudah siap untuk kembali mencari Khai. Dia kini sudah berada di dalam taksi, beberapa pesan dari Kamila tidak ia hiraukan dan lima panggilan masuk dari Kamila pun Rigel acuhkan. Pikirannya saat ini hanya fokus mencari Khai. Namun, tiba-tiba Rigel melihat seorang wanita dengan langkahnya yang lambat. Rigel meminta supir untuk menghentikan mobilnya, sebab ia merasa mengenali wanita itu. Khai menatap wajah Rigel dan tersenyum, setelah itu Khai pun ambruk. Untung saja dia pingsan dalam pelukan Rigel, karena tidak kuat menahan rasa sakit akhirnya Khai jatuh pingsan. Rigel bergegas langsung membopong Khai ala bridal style dan langsung membawanya masuk ke dalam taksi. Rigel meminta supir taksi untuk membawanya ke rumah sakit terdekat.

  Tidak membutuhkan waktu lama Rigel sudah sampai di rumah sakit. Kini Khai telah ditangani oleh dokter. Namun, karena demamnya tinggi dokter menyarankan pada Rigel agar istrinya itu di rawat saja, dan diberikan cairan infus agar tubuh Khai kembali pulih dan demamnya turun. Dua jam sudah Rigel menemani Khai dan akhirnya Khai tersadar dari pingsannya.

  "Akhirnya kamu siuman juga, Khai. Maafin aku ya, karena sudah buat kamu seperti ini. Kamu boleh marahi aku sesuka kamu sekarang," ucap Rigel yang kini menatap wajah Khai yang terlihat pucat. Namun, bukannya menjawab Khai malah memiringkan tubuhnya dan membelakangi Rigel.

  "Aku mau pulang, tapi pulang ke Jakarta," ucap Khai sambil membelakangi Rigel dan membuat Rigel terkejut dengan apa yang Khai inginkan. Sebab baru saja dua hari satu malam di Paris, tapi mereka harus pulang.

  "Khai, kita disini baru dua hari. Sayangkan liburannya, kasihan ayah yang sudah membooking semuanya untuk libur kita selama satu minggu dan pasti itu sangat mahal," ucap Rigel membujuk Khai.

  "Kamu masih mau liburan disini? Ya sudah biar aku pulang sendiri, tenang saja aku gak akan pulang ke rumah kamu. Aku bisa menginap di rumah Vanya, jadi kamu gak usah khawatir. Aku jamin ayah sama bunda gak akan tahu, jadi kamu bisa menikmati liburan kamu sama Kamila," ucap Khai membuat Rigel terkejut dengan apa yang Khai katakan.

  "Kamu ngomong apa sih, Khai? Gak bisa kayak begitu Khai. Oke kamu pulang, aku juga ikut pulang. tapi besok ya, setelah kamu baikan. Hari ini dokter belum memberi izin kamu pulang," sahut Rigel yang kini menatap Khai yang masih enggan melihatnya.

  "Lain kali kalau becanda jangan keterlaluan, Rigel. Kamu tahu sekarang aku merasa sedang dipermainkan, lain kali jangan begitu lagi. Aku gak suka lelucon kamu yang mengatasnamakan cinta," ketus Khai dengan mata yang berkaca-kaca.

  "Tapi aku gak becanda, Khai. Aku saat itu benar-benar seri-"

  "Serius buat mempermainkan aku, iya kan? Maaf kali ini aku gak akan dengan mudah percaya lagi sama kamu, Rigel. Sebaiknya kamu pergi kalau kamu mau menemui Kamila pergi saja! aku gak perlu di jaga dan aku gak perlu belas kasihan dari kamu, jadi aku mohon pergi sekarang! Aku lagi ingin sendiri saat ini, lagi pula aku hanya sahabat kamu yang tidak pantas menjadi kekasih atau pun istri kamu. Kamu pasti malu punya istri kayak aku nantinya."

  Khai kini menangis, karena mengingat apa yang Rigel ucapkan tadi malam, saat di depan Kamila. Dengan berat hati Rigel keluar dari ruang rawat Khai. dia terduduk lesu di kursi tunggu di depan ruang rawat Khai.

  "Kamu bodoh Rigel, kamu benar-benar sangat bodoh. Padahal tinggal selangkah lagi kamu bisa memiliki Khai seutuhnya, bukan hanya orangnya tapi hati dan juga cintanya. Tapi kamu malah menyia-nyiakan semuanya. Bodoh kamu memang bodoh, kamu cowok paling bodoh di dunia ini, Rigel," batin Rigel memaki pada dirinya sendiri. Dia mengacak-acak rambutnya dengan kasar dan sesekali mengusap wajahnya. Dia sangat menyesal karena telah menyakiti perasaan Khai, yang mungkin saat itu sudah luluh olehnya. Tapi karena ulahnya sendiri, Khai kembali menutup hati untuknya.

  Rigel merenungi nasibnya mungkin ia akan kehilangan cintanya. Wajar jika Khai merasa di permainankan karena ia lebih memilih bersama Kamila, daripada mengantar Khai pulang ke hotel. Andai saja waktu bisa di putar kembali, pasti dirinya tidak akan menyia-nyiakan kesempatan untuk mendapatkan cinta Khai, dan mungkin saat ini dia sedang bersama menikmati liburan dengan istrinya, Khai.
 

 

 

MUARA CINTA KHAIDEEJAH Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang