Hadiah Honeymoon

6 1 0
                                    

   Happy Reading 😊

  "Maaf, Rigel. Kalau soal ini ayah gak mau ikutan, bisa runyam nanti urusannya," sahut Rama yang kembali menonton televisi.

  "Ayah kok gitu! Bun, udah dong lepasin sakit nih telinga Rigel." Lagi-lagi Rigel merengek seperti anak kecil yang minta jajan.

  "Boleh tapi janji ya, jangan begitu lagi! Gombalin cewek di depan Khai. kalau ngelakuin itu lagi, nanti Bunda suruh ayah sita fasiltas kamu!" Ancam Karinda yang membuat Rigel bergidik ngeri mendengarnya.

  "Enggak mau, Bun. Jangan ya Bun, iya Rigel janji gak akan cuek lagi sama Khai. Rigel akan cuek sama cewek lain, tapi lepasin jewerannya, sakit telinga Rigel." Rigel memohon minta dilepasin jewerannya sambil meringis kesakitan.

  "Oke, bunda lepasin, tapi kamu janji harus minta maaf sama Khai, dan bersikap baik sama istri kamu, jangan buat dia marah," ucap Karinda. Rigel pun mengangguk, setelah mendapat anggukan dari Rigel. Karinda melepaskan jewerannya pada putranya itu.

  "Uuhh ... sakit banget loh, Bun. Ya sudah Rigel ke atas dulu mau mandi." Rigel pergi menuju kamarnya meninggalkan kedua orang tuanya.

  "Jangan lupa minta maaf sama istri kamu, ya!" Teriak Karinda.

  "Iya bunda, iya." Sahut Rigel yang kini sudah berada jauh dari pandangan Karinda.

  "Sebenarnya yang anaknya itu aku atau cewek jadi-jadian itu sih? Kok perasaan aku terus yang kena, dan lagi bunda sama ayah lebih sayang sama kebo," gerutu Rigel sambil menuju kamarnya.

  "Mas, sudah dapat tiket honeymoonnya belum? Buat mereka harus paket lengkap yang romantis, loh! Aku sudah gak sabar ingin melihat mereka pergi ke Paris," ucap Karinda yang kini sudah duduk di samping Rama dengan senyuman manisnya.

  Tentu dong, sayang. Nanti rencananya setelah habis makan malam, mas akan ngasih mereka berdua tiketnya, dan besok mereka harus berangkat ke sana. Soal kuliah mereka mas dan Galih akan memintakan izin supaya pihak kampus tidak curiga, kasian juga putri dan putra kita kalau nanti sepulang bulan madu diledekin sama teman-teman kampus mereka, biar mereka yang jujur sendiri pada teman-temannya kalau mereka sudah menikah," ucap Rama yang dijawab anggukan oleh Karinda.
  •

  •

  •

  Sementara itu di kamar Khai sedang duduk di kursi meja rias, sedang mengeringkan rambutnya yang panjang dengan handuk. Rigel baru saja datang hanya menatap Khai dengan tatapan tidak berkedip.

  "Kamu sangat cantik dan begitu menggoda, jika dalam keadaan  seperti itu," batin Rigel. Khai yang merasa ada yang memperhatikan terlihat risih, ia menatap tajam ke arah Rigel.

  "Hei dedemit, kenapa kamu melihat aku sampai segitunya? Aku memang cantik tapi jangan melihat aku seperti itu, aku gak suka," ucap Khai yang kini berjalan ke arah Rigel. Dia mengibas-ngibaskan tangannya di depan wajah Rigel, sebab tidak ada jawaban dari Rigel. Namun, Rigel masih menatap Khai belum juga tersadar, dan itu membuat Khai kesal.

  "Aww ... sakit Khai!" Teriak Rigel yang refleks karena kesakitan. Itu karena ulah Khai yang menginjak kaki Rigel dengan kencang.

  "Lagian kamu sih, aku sudah ngomong terus manggil sampai teriak-teriak masih saja bengong begitu. Memangnya kamu lihatin apa sih?" Tanya Khai yang masih berdiri di hadapan Rigel dengan bingung sebab melihat tingkah Rigel.

  "Bidadari, maksud aku melihat princess dedemit yang nyebelin," ucap Rigel membuat Khai kesal dan kini kembali ke meja rias.

  "Maaf," ucap Rigel pelan tapi masih terdengar di telinga Khai.

  "Apa? Aku gak dengar," ucap Khai pura-pura tidak mendengar.

  "Aku minta maaf karena tadi aku cuek sama kamu, dan malah asik ngobrol sama Renata," Ucap Rigel. Khai terlihat senang karena ucapan Rigel yang mau minta maaf padanya, tapi dia menahan senyumnya agar tidak terlihat oleh Rigel.

  "Aku maafin kamu, lagian sebenarnya aku gak peduli sih! Mau kamu ngombalin cewek satu kampus, aku tidak peduli," ucap Khai sambil membenarkan rambut lurusnya dan menyisirnya.

  "Oke kalau begitu, karena aku sudah kamu maafkan. Jadi aku mau mandi dulu, bye. Kamu tahu gak princess dedemit, kamu kelihatan cantik saat seperti tadi dengan rambut basah kamu," ucap Rigel dan pergi memasuki kamar mandi.

  "Aaaa .... gila! Rigel kenapa hari ini, dia bersikap manis sama Khai? Pertama dia minta maaf dan baru saja dia memuji Khai. Sumpah kenapa membuat Khai jadi deg-degan kayak begini, sih? Mama tolong Khai, Mah."

  "Woiii....kamu kenapa teriak-teriak? Berisik tahu," protes Rigel dari dalam kamar mandi, membuat Khai menutup mulutnya dengan kedua tangannya, wajahnya kini kembali bersemu merah.

  *****

  Makan malam sudah selesai. Saat ini keluarga Rigel tengah berkumpul di ruang keluarga. Mereka sedang asik berbincang-bincang, namun di tengah perbincangan mereka tiba-tiba Rama mengeluarkan amplop berwarna coklat dan memberikannya kepada Rigel, membuatnya menjadi bingung.

  "Ini apa, yah?" Tanya Rigel yang terlihat masih bingung dengan apa yang ayahnya berikan.

  "Buka saja," perintah Rama terlihat santai, sambil menoleh pada Rigel dan tersenyum.

  "Apa sih, kak. Buka dong, Ara penasaran nih, ingin lihat," ucap Tiara yang kini penasaran dengan amplop berwarna coklat yang masih di pegang oleh Rigel. Rigel membuka amplopnya, dan saat Rigel melihat isi di dalam amplop itu dia sangat terkejut.

"Apa-apaan ini, ayah? Tiket ke Paris dan ini paket honeymoon?" Tanya Rigel yang sangat terkejut dengan apa yang Ayahnya berikan.

  "Apa! Honeymoon," pekik Khai yang langsung berdiri karena sangat terkejut.

  "Duduk sayang, Bunda tahu ini sangat mengejutkan untuk kalian, tapi Bunda mohon Rigel, Khai. Kalian jangan menolak ya, Bunda mohon banget sayang, kalian pergi ya ke sana itung-itung liburan," ucap Karinda memohon dengan pura-pura sedih. Melihat itu akhirnya Khai dan Rigel jadi bingung, meskipun dengan berat hati mereka akhirnya menerima permintaan Karinda untuk pergi ke Paris seperti yang kedua orang tuanya inginkan.

  "Cie ... yang mau honeymoon, jangan lupa oleh-olehnya keponakan yang lucu ya buatku," goda Tiara sambil tersenyum jahil, sedangkan Khai dan Rigel mereka hanya saling pandang saat mendengar perkataan Tiara.

  "Diam kamu anak kecil, jangan bicara yang gak jelas kayak begitu!" Ketus Rigel dengan menatap tajam ke arah adiknya itu. Membuat Karinda, Rama juga Tiara malah terkekeh geli melihat respon Rigel yang berlebihan hanya karena godaan adiknya.

  "Sudah-sudah, kalian jangan bertengkar. Oh ya, kalau begitu besok kalian berangkat pagi-pagi. Soal kuliah kalian biar ayah yang minta izin pada dosen kalian," ucap Rama yang kini tersenyum pada Rigel dan Khai.

  Mereka berdua hanya mengangguk, karena mereka hanya bisa pasrah dengan keinginan orang tuanya. Karena menolak pun percuma pasti mereka akan memaksakan keinginan mereka.

  *****

  "Kamu yakin mau pergi, Khai?" Tanya Rigel yang kini sudah berbaring di sofa kamarnya.

  "Ya mau bagaimana lagi, mau tidak mau kita harus pergi. Kita tidak bisa menolak keinginan bunda. Kamu lihat sendiri kan tadi, bunda memohon seperti itu. anggap saja liburan yang penting bunda dan ayah senang, karena melihat kita pergi sesuai keinginan mereka," sahut Khai sambil menutup tubuhnya dengan selimut dan memejamkan matanya karena dia merasa sudah sangat mengantuk.

  "Baiklah kita akan pergi besok, jadi kamu tidurlah. Aku takut kamu telat bangun lagi seperti biasa," ucap Rigel, namun sudah tidak ada jawaban dari Khai. membuat Rigel penasaran dan mendekatinya. Khai sudah tertidur, dia membuka sedikit selimut yang menutupi wajah Khai perlahan.

  "Oh my God, gadis ini benar-benar sudah tidur. Kamu pasti sangat lelah, jadi kamu tidur cepat." Rigel menatap wajah teduh Khai saat sedang tidur.

  "Tapi dia sangat manis sekali kalau sedang tidur seperti ini," gumam Rigel sambil membenarkan selimutnya kembali seperti sediakala. Rigel tersenyum saat melihat wajah istrinya itu. Rigel beranjak pergi kembali ke sofa untuk tidur di sana karena esok dia dan Khai akan melakukan perjalanan cukup jauh, dan kini dia pun berbaring dan memejamkan matanya. Tidak perlu membutuhkan waktu lama ia pun terlelap dalam tidurnya.

MUARA CINTA KHAIDEEJAH Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang