Pagi beranjak siang, suasana musim gugur yang baru tiba membawa angin lumayan sejuk. Aku masih berpikir untuk berangkat ke Linion seorang diri, mengabaikan nasihat Matthias, dan mengajukan permintaan tidak terbantahkan kepada Duke Montpensier dan Leonite, kakak tertua Luisa.
Perjalanan ke Linion setahuku hanya berjarak enam jam menggunakan kereta kuda, dan bisa lebih pendek jika menunggangi kuda tanpa henti. Aku ingat jelas jika Luisa mahir berkuda, tapi sayangnya dia lebih memilih perkumpulan sosialita guna mengisi kegiatannya.
Hah ... sejenak aku menimbang. Jika Duke mengabulkan permintaanku, akan pergi ke mana setelah itu?
Tidak mungkin bagiku yang meninggalkan pernikahan dengan Putra Mahkota tetap tenang berada di sini. Akan lebih baik jika pergi, menghindari gangguan merugikan.
Aku cukup tahu jika Putra Mahkota bukan orang yang mudah menyerah. Dia punya ambisi besar agar aku mendampinginya, lalu setelah kegunaanku habis dia akan membuangku. Aku sudah pernah dicampakkan oleh tunanganku sendiri, aku tidak mungkin dengan bodohnya masuk pada perangkat yang sama.
“Clarie!”
Suara pintu terbuka cukup jelas, tak lama kemudian Clarie muncul dengan postur sempurna pelayan baik keluarga bangsawan.
“Lady, ada yang bisa saya bantu?”
“Peta kekaisaran. Aku memerlukannya, dan Carikan untukku. Lalu ... pergilah ke kandang kuda, siapkan kuda yang dihadiahkan Ayah padaku.”
Clarie yang mendengar masalah kuda dariku menatap lagi. Ia pasti akan cerewet jika tahu aku ingin pergi.
“Aku ingin melepas lelah. Setelah melihat peta, aku ingin menunggangi kuda, lalu kembali ke rumah ini, mandi air hangat dengan taburan kelopak bunga mawar merah segar berjumlah seratus tangkai. Jelas saja aku juga ingin air mandiku di campur dengan aroma mint menyegarkan, jangan lupa juga sediakan lilin yang wangi ketika dibakar.” Kulirik Clarie, dia terlihat kaget akan permintaanku. “Ah ... satu lagi. Aku ingin wine paling mahal di kekaisaran. Sebentar lagi aku akan menikah, jadi sediakan seperti itu setiap hari baik pagi maupun sore hari.”
“Lady, Anda akan mendapatkan semuanya. Saya sangat senang karena Lady kembali seperti biasanya. Saya akan menyiapkan semua yang Lady perlukan.”
“Ya ... ya ... pergilah.”
Huh ... Clarie yang mendapatkan perintah dariku segera pergi, dia benar-benar melakukan sesuatu sangat baik. Maafkan aku, Clarie, tapi aku benar-benar tidak berniat menipumu. Jika aku tetap menikah dengan Putra Mahkota, kau akan menderita saat aku di eksekusi. Jadi, anggap saja sekarang aku berbohong untuk sesuatu yang baik.
Baiklah ... kembali pada rencana yang akan kujalankan. Setelah bertemu dengan Duke, aku akan langsung meninggalkan Linion. Jelas tujuan pertama mencari kuil untuk melakukan doa penebusan dosa, aku ingin mengakui semua dosaku, dan hidup dengan tenang setelahnya.
Siapa tahu saja .... jika aku melakukan pengakuan dosa, maka aku akan diampuni secara mutlak, dan Luisa asli kembali menguasai raganya sendiri.
“Lady ... saya akan segera masuk.”
Suara Clarie kembali menggema, dia benar-benar pelayan yang sempurna, tidak kurang ajar kepada majikan. Sayang sekali saat ending di novelku dia menjadi gila karena Nona Muda yang dilayani selama dua puluh tahun meninggal begitu saja.
“Masuklah, Clarie.’
Tidak berapa lama Clarie masuk, dia memberikan peta yang aku inginkan, lalu memberikan kabar jika kuda juga sudah siap.
“Terima kasih, Clarie.”
Clarie menatapku, sepertinya ada beberapa hal yang ingin dia katakan.
“Apa ada yang aneh?”
“La-Lady ... saya ... saya senang Anda kembali seperti biasanya. Kemarin saat Lady sadar di kereta, Lady bicara sangat formal pada saya.”
Ah ... dia mengingatkan percakapan super kaku kemarin. Yah, wajar saja. Mana ada seorang majikan yang bicara formal dengan bawahannya sendiri.
“Kemarin saya merasa Lady sangat asing, jadi ... jadi saya minta maaf karena merasa demikian. Padahal saya tahu Lady sangat gugup, sampai Lady terasa seperti orang lain.”
Ya Tuhan ... kau polos sekali, Clarie. Bagaimana bisa kau berpikir aku menjadi gugup hanya karena mampir untuk bicara dengan Putra Mahkota?
Aku tertawa, wajah Clarie sangat lucu saat bicara seperti itu. Dia terlihat takut, tapi dia juga berani.
“Apa saya membuat kesalahan? Saya mohon ... maafkan ... maafkan saya, Lady.”
“Kau tidak melakukan kesalahan, Clarie. Aku akan berkuda satu jam lagi, pastikan kudaku sehat dan makan dengan baik.”
“Saya mengerti. Saya permisi, Lady. Anda bisa memanggil saya kapan pun. Saya akan datang, saya akan melayani Anda dengan baik.”
“Ah ... sebelum pergi. Apa kau tahu di mana kakakku, Matthias?”
“Tuan Matthias sedang berada di perpustakaan. Apa Anda ingin bertemu Beliau?”
“Tidak. Pergilah, antarkan saja teh dan juga roti. Katakan itu dariku, aku ingin dia menikmatinya sebagai permintaan maaf atas sikapku pagi tadi.”
Akhirnya Clarie pergi, dan aku bisa fokus menghafal isi peta ini. Perlu aku banggakan kemampuanku di dunia yang sebelumnya. Aku memiliki ingatan yang kuat, dalam sekali menghafal aku bisa mengingatnya. Alasan aku menjadi penulis juga karena bosan, aku ingin berbagi khayalanku dalam membuat dunia yang aku inginkan.
Yah ... walau dunia novel saja yang bisa kuciptakan. Tapi terwujud, kan? Sekarang bahkan aku hidup di dunia yang aku ciptakan, walau harus menanggung beban seorang antagonis.
••••
Satu jam sudah berlalu, aku sudah menyiapkan segala sesuatu yang diperlukan untuk perjalanan. Terutama uang, dan beberapa makanan ringan yang bisa kukunyah dengan elegan selama berkuda.
Selain itu, aku juga sudah berhasil menghafal semua rute yang ada di dalam peta. Ini akan menyenangkan, menjadi pengembara yang keren, lalu menikmati dunia yang kuciptakan dari imajinasi liar.
Aku jelas tidak akan pernah sudi dikurang oleh Putra Mahkota idiot itu. Jika menjadi permaisuri, aku memang akan memiliki kekuasaan dan berakhir mati. Tapi jika aku menjadi pengembara, aku akan melihat banyak hal dan hidup di sini tidak akan sia-sia.
Sejujurnya ini memang bodoh, tapi aku ingin melihat ke seluruh pelosok dunia ini. Yah, anggap saja aku pencipta yang baik dan sedang mengawasi pendudukku sendiri.
Mendadak aku merasa sangat bahagia, aku tertawa sendiri saat berfantasi menemukan banyak pemandangan indah. Misalnya saja pria tampan, atau hutan yang begitu menyejukkan, dan masih banyak lagi.
Hah ... memikirkannya saja sudah sangat bahagia. Bagaimana jika aku menjalaninya? Pastinya hidup ini akan sangat sempurna.
Setelah puas dengan khayalan akan kebahagiaan, aku pun keluar dari kamar. Tidak banyak orang yang berkeliaran, di jam seperti ini mereka sedang beristirahat dengan tenang.
Aku langsung saja menuju ke tempat kudaku berada, dan tidak perlu waktu yang lama untuk sampai.
“Omong-omong, aku belum memberi nama kuda ini. Jadi, nama apa yang pantas?” Aku membelai kudaku, terlihat dia jinak padaku. “Ah, kuda jantan yang menawan ini juga termasuk budak, bukan? Bagaimana jika namamu Diones Von D’Glazia?”
Segera saja aku naik ke atas pundak kuda jantan ini, dan aku senang sudah memberikan nama Putra Mahkota pada seekor kuda. Anggap saja sebagai bentuk kekesalanku padanya, dia harus senang karena memiliki nama yang sama dengan seekor kuda.
Aku tertawa lagi, begitu senang akan apa yang terjadi. Sebentar lagi rumor akan pecah, dan Putra Mahkota akan merasakan kejahatan pertama dari orang yang mencintai dia dengan tulus.
“Kita berangkat, Diones!”
Aku dan kuda jantan ini langsung saja pergi, mengambil rute perjalanan dari hutan bagian belakang, dan jalur pelarian rahasia keluarga Duke.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Duke's daughter's revision
FantasySeorang penulis mati karena kecelakaan, tapi sungguh sial karena jiwanya merasuki salah satu karakter antagonis di novelnya sendiri. Novel dengan penggemar paling banyak, dan novel yang akan membuatnya mengalami kematian kedua. Karena tidak ingin m...