DI TENGAH HUJAN

4.2K 226 10
                                    

Wajahku memerah, merasa malu dengan kelakuan yang baru saja dilakukan dengan Leonite. Kami berdua berbagi ciuman yang lembut, sejujurnya itu juga memabukkan.  

Tapi, ketika aku ingat bagaimana status Luisa dan Leonite, ciuman itu seakan menjadi racun.

Sebagai wanita dewasa, aku jelas merasa sedikit terhibur dengan ciuman itu. Andai saja tidak berada di tubuh Luisa, aku pasti akan sangat senang.

Siapa yang menolak malam panjang dengan seorang pria tampan? Jelas tidak ada, kan?

Yah, itu pendapat yang aku lontarkan secara umum, karena memang hal pertama yang aku lihat dari seseorang adalah wajahnya. Tidak munafik, aku suka orang tampan, dan Leonite sudah sangat memenuhi standar.

Tapi lagi dan lagi, fakta jika Luisa Montpensier adalah adik kandung Leonite membuatku gerah. Walau Leonite mengatakan jika perilaku semacam itu sudah biasa dilakukan, tetap saja aku merasa canggung.

Luisa, apa hidupmu dipenuhi orang gila? Jangan salahkan aku atas nasibmu, aku tidak memberikan deskripsi yang seperti ini pada jalan ceritamu dan keluarga.

Hah ... memikirkannya saja membuat sebagian kewarasanku hilang. Hal yang terjadi juga semakin menekanku untuk segera pergi dari sisi pria-pria peran utama, tentunya para pendukung yang disebutkan di novel aslinya.

Sebenarnya ... sehancur apa dunia yang kuciptakan?

Ah, pantas saja tak ada yang bisa menandingi Tuhan. Ternyata beginilah jika aku mencoba menjadi sosok Tuhan walau hanya di buku saja.

Jika diingat lagi, aku bahkan tak tahu berapa usia Luisa saat ini. Kesalahanku cukup fatal karena tidak memberikan detail yang cukup pada tiap karakter.

Ternyata memang masih banyak kekurangan dalam hal remeh, dan mungkin alasanku berada di sini untuk memperbaikinya.

Tapi, jika memang banyak kekurangan editorku bisa langsung mengatakannya! Kenapa aku harus dikirim ke dunia ini?

Ternyata tulisan yang aku buat dan anggap sempurna, cacat hanya karena tidak menerangkan hal kecil secara spesifik.

Haruskah bertanya pada Leonite tentang banyak hal?

Tapi, jika harus bertanya. Apa yang akan aku tanyakan padanya?

Tidak! Aku masih begitu malu karena ciuman di atas ranjang tadi, ditambah juga akan aneh jika aku sampai menanyakan hal-hal tidak masuk akal.

Leonite yang pergi tanpa sepatah kata saja sudah membuatku agak canggung. Hah ... kenapa bibirku seenaknya saja bergerak dan melakukan hal gila itu.

Setelah aku bertanya apa dia ingin melanjutkan atau tidak, pria itu, Leonite, langsung pergi dari kamar dengan wajah memerah dan tubuh yang sedikit gemetar.

Aku tahu dia berusaha mati-matian menahan birahinya yang memuncak, menahan tubuhnya agar tidak kehilangan kendali.

Tapi, sebagai wanita normal aku juga menginginkan adegan 21+ dengannya. Mengingat kehidupan pertamaku yang lumayan bebas, dan termasuk sering melakukan olahraga ranjang, aku jadi ... yah, aku benar-benar jadi ingin disentuh dan dimanjakan tubuh seorang pria.

Tapi ...

Ah, sial! Rasanya ujung jemari Leonite yang menyentuhku tadi bagai aliran listrik, membuat reaksi aneh pada sekujur tubuhku. Ini rasanya sangat menyiksa, tapi sialnya tak bisa dituntaskan dengan mudah.

Huaaaaa ...

Memalukan. Tak terasa pula kedua tanganku, menutupi wajahku yang sudah memerah. Bisa-bisanya celana dalamku basah hanya karena disentuh sedikit saja.

The Duke's daughter's revisionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang