Sejak kebenaran terungkap, kediaman Grand Duke menjadi gempar. Semua orang yang ada di sana masih tak habis pikir, mereka seakan bermimpi, bahkan sampai mencuci muka dengan air yang begitu dingin.
Nama Luisa Montpensier yang meruntuhkan semua ketenangan di kastil itu seperti sebuah mitos, apalagi mengingat wanita itu tengah di cari bagai jarum pada tumpukan jerami.
Mereka yang hanya pernah mendengar nama masih terus berpegang pada rasa penasaran, mereka ingin melihat dari jarak dekat, memastikan semua ciri-ciri wanita itu dengan kejelian mata masing-masing. Banyak yang membayangkan kecantikan seperti apa yang Luisa miliki, gosip tentang betapa menawannya wanita itu memang tak asing, tapi lagi dan lagi mereka semua ingin memastikan dengan mata kepalanya sendiri.
Pada saat semua sedang termenung dan menerka dengan spekulasinya sendiri, Grand Duke membawa Luisa berkeliling. Ia ingin menghabiskan sore hari di taman, dan bicara banyak hal mengenai rencana masa depan bersama sang kekasih.
Sepasang kekasih itu mengenakan pakaian dengan warna putih, berjalan-jalan sambil berbincang, sesekali juga diiringi candaan ringan.
Hal itu membuat semuanya berbondong-bondong mencari lokasi yang tepat, berencana untuk mengintip sepasang kekasih yang tengah dimabuk asmara. Mereka sangat penasaran, sampai seluruh tubuh terasa gatal karena tak bergerak mendekati pasangan itu.
Taman belakang yang biasanya sepi mendadak agak ramai, para pelayan yang penasaran bersembunyi di semak-semak sambil berpura-pura tengah menikmati waktu. Mereka berusaha diam, bicara dengan cara berbisik-bisik, dan sesekali matanya melirik ke arah pusat taman yang ditumbuhi bunga mawar.
“Ah, lihat itu! Yang Mulia dan Tuan Putri.” Salah satu pelayan menatap kagum, keindahan pasangan yang tengah berjalan sambil bergandengan tangan. Rambut pirang keemasan milik Grand Duke yang diterpa sinar redup matahari begitu menawan, rambut merah panjang milik Luisa yang terurai dan diterbangkan angin sepoi nakal sangatlah anggun.
“Mereka pasangan serasi. Ya Dewa, lihat betapa anggunnya Tuan Putri, bahkan Yang Mulia menatap penuh cinta dengan iris birunya yang seperti safir.” Pelayan lain pun ikut menimpali, ia melihat betapa tatapan cinta Grand Duke melelehkan aura dingin yang selama ini mengurung pria itu.
“Bagaimana bisa ada ciptaan seindah mereka? Gerakan mereka begitu anggun, senyuman mereka sangat elegan, dan mereka terlihat seperti lukisan yang hidup.” Pelayan yang melayangkan pujian itu tersenyum lembut, ia tak bisa membayangkan keluarga yang akan terbentuk pada saat kedua orang itu menikah. Anak laki-laki atau pun perempuan, berlarian dengan tawa dan suara khas anak kecil yang lucu. Ah, memikirkannya saja para pelayan merasa bahagia, bagaimana jika semua terwujud?
“Kyaaa ... lihat! Lihatlah! Yang Mulia merapikan rambut Tuan Putri. Astaga, itu sangat romantis. Lihatnya senyuman manis itu, tatapan penuh cinta. Ya Tuhan, mereka sangat romantis.”
Para pelayan terus saja mengamati, mereka terhipnotis karena pasangan yang begitu serasi. Kekaguman mereka pada pasangan itu terus berlanjut, khayalan demi khayalan dicurahkan. Mereka mengamati keduanya dengan jeli, mengomentari hal-hal kecil dengan baik, dan mata mereka selalu berbinar cerah kala sesuatu yang manis dan romantis terjadi.
Kisah cinta kedua orang itu mendadak menjadi sebuah novel dikalangan para pelayan, menyebar dengan aroma manis serta kehangatan menjelang musim dingin yang kejam.
Sementara para pelayan yang mengamati bersenang-senang, Luisa dan Grand Duke benar-benar tak peduli. Pasangan itu memfokuskan diri pada waktu bersama, berjalan-jalan di taman sambil berbincang tentang hal-hal penting.
Grand Duke memetik sekuntum mawar, ia kemudian memberikannya pada Luisa. Senyum manis pria itu tersungging, dan iris birunya mengunci tatap pada Luisa.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Duke's daughter's revision
FantasíaSeorang penulis mati karena kecelakaan, tapi sungguh sial karena jiwanya merasuki salah satu karakter antagonis di novelnya sendiri. Novel dengan penggemar paling banyak, dan novel yang akan membuatnya mengalami kematian kedua. Karena tidak ingin m...