BANTUAN

2.5K 171 10
                                    

Pukul enam sore, sudah lumayan gelap, dan angin musim gugur terasa semakin dingin. Dua orang yang duduk berhadap-hadapan, sejak tadi juga tidak ada satu pun dari mereka yang memulai pembicaraan. 

Mata mereka kadang bertemu tatap, tapi mereka juga tak peduli dan melanjutkan bungkam. Bingung dengan awal pembicaraan yang nyaman, merasa canggung nyaris tak mampu bernapas.

Sebenarnya, kenapa mereka duduk bersama? Atau juga. Kenapa harus menerima tamu yang entah siapa?

Dalam hatinya dua orang itu sama-sama memaki, menyalahkan keadaan yang menjadi semakin tak pasti.

Tapi ...

“Hah! Jadi, apa yang membawamu ke depan pintu kamarku?” Luisa yang tak tahan buka suara, rambutnya kini berwarna hitam, efek ramuan sihir beberapa waktu yang lalu. Pada saat ia ingin memotong rambutnya, ketukan pintu mengubah niat yang sudah bulat. Dia memang agak kesal, tapi, jika tidak segera membukakan pintu akan jauh lebih buruk lagi.

Grand Duke yang mendengar suara lembut itu menggaruk tengkuknya. Ia menatap Luisa tepat pada iris amber yang memabukkan itu. “Luisa Montpensier, salam kenal. Saya Grand Duke Lauren Von D’Glazia, utusan Kaisar.”

Luisa yang mendengar cara pria itu mengenalkan diri hanya bisa termangu. Kenapa begitu datar? Pria itu aneh, membuatnya risi. Yang lebih penting lagi, bagaimana pria itu tahu siapa dirinya ada di Desa Vernox, juga sedang bersembunyi di dalam penginapan sederhana?

“Saya datang bukan karena Putra Mahkota, tetapi menjalankan titah Kaisar untuk melindungi Anda.”

Ucapan kaku yang keluar dari bibir pria itu jelas mengganggu, sementara pria yang mengucapkan kata-kata formal tersebut malah terlihat sangat tenang dan nyaman.

“Bisakah kau bicara lebih santai denganku? Jujur saja, aku tak peduli statusmu, tapi ini di luar istana atau pun ranah Bangsawan. Hanya ada kau dan aku di sini, jadi jangan buat suasana menjadi semakin tidak nyaman.”

“Saya hanya berusaha sopan kepada Anda, Lady.”

Luisa menghela napas kasar. Wanita itu menaikkan kakinya ke atas meja, dan bersandar pada sandaran kursi dengan gaya santai. Apa pedulinya pada etiket? Dia hanya ingin melakukan hal yang nyaman, tapi menjengkelkan untuk orang di hadapannya.

Grand Duke kaget. Bagaimana bisa Luisa yang dikabarkan punya etiket paling sempurna, melakukan hal seperti saat ini? Bicara informal yang terkesan kasar, menaikkan kaki ke atas meja, menatap lawan bicara tajam, dan nada suara yang begitu ketus. Dari semua tindakan kurang ajar itu, jelas sekali jika dirinya tidak diterima sama sekali.

Hanya saja, jika ia menyerah sudah sangat terlambat. Grand Duke memaksakan senyum, kemudian merapikan posisi duduknya agar lebih baik lagi.

“Lady, setahu saya rambut Anda berwarna merah. Apa yang terjadi?”

Luisa melirik. “Apa itu penting untukmu?”

Ugh ... rasanya hati sang Grand Duke muda ditusuk. Luisa tidak bersahabat, tatapan wanita itu seolah mengatakan caci-maki yang tak berkesudahan.

‘Diamlah dasar serangga! Enyah dari hadapanku!’

‘Dasar bajingan tengik! Apa kau tidak punya malu, hah?’

‘Kau sama bajingannya dengan Putra Mahkota! Pria seperti kalian tidak akan hidup jika tidak mempunyai gelar.’

Dan ... masih banyak lagi caci-maki  yang dilontarkan Luisa padanya hanya dari tatapan mata saja.

Bersabarlah!

Hanya kata itu yang melintas di dalam hati Grand Duke. “Lady, maaf jika saya mengganggu waktu Anda. Saat ini, Putra Mahkota sudah menyebarkan informasi dan lukisan Lady ke segala penjuru Kekaisaran. Semua orang berbondong-bondong mencari Lady, menargetkan, dan berada di dunia luar jelas sangat berbahaya untuk Anda. Saya menawarkan diri untuk membantu, menyembunyikan keberadaan Lady sampai situasi dan kondisi jauh lebih aman lagi.”

The Duke's daughter's revisionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang