PERLAHAN-LAHAN 🔞

4.6K 152 39
                                    

Pintu kamar tertutup agak kasar, langkah kaki yang dipacu cepat menuju ranjang, lalu seorang pria yang tengah menggendong wanitanya sambil berciuman.

Perapian masih menyala, hawa dingin yang mereka bawa dari luar mulai mencair. Tapi, itu tidak membuat keduanya berhenti, mereka semakin menjadi-jadi, lalu kini berada di atas kasur.

Ya, mereka adalah Luisa dan Grand Duke. Pasangan kekasih itu terhanyut dalam ciuman sejak berada di depan pintu kamar tersebut, mereka terbakar nafsu, dan menuangkan cinta di dalamnya sampai makin membara.

Grand Duke yang sejak tadi mencium bibir Luisa mulai meraba bagian dada wanita itu, ia menyudahi ciumannya, dan memosisikan Luisa di bawah tubuhnya.

“Luisa ....” Grand Duke menatap wajah Luisa yang terlihat semakin cantik. Cahaya remang seakan membisikkan kata-kata vulgar padanya, apalagi kala tatapan pria itu jatuh pada bibir Luisa yang sedikit basah.

“Hum?” Luisa mengulurkan tangannya, ia meraba bagian perut Grand Duke yang masih berlapis kemeja putih yang tipis. Terasa jelas otot-otot perut pria itu, membuat jantung Luisa berdegup kencang. Ia menggigit bibirnya, lalu menatap mata sang pujaan hati.

“Kau yakin tak akan menyesal?” Grand Duke balas menatap Luisa, iris sebiru safir mengunci tatapannya, dan senyum merekah dari bibir pria itu. Luisa yang terbaring seakan tak berdaya, dan hatinya semakin gemetar kala wanita itu menggoda dengan elusan tangan pada perutnya.

“Tentu ... peluk aku, Lauren.”

Tanpa menunggu lama, segera saja Grand Duke membuka kemejanya. Ia melempar baju tak bersalah itu ke sembarang arah, lalu tangannya terulur guna meremas bagian dada Luisa yang berukuran sedang.

“Achhh ....” Luisa mengerang kecil, merasa geli kala tangan Grand Duke meremas lembut dadanya. Ia menahan napas, wajahnya memerah saat pria itu memilin puncak dadanya sambil tersenyum.

Grand Duke merobek gaun tidur Luisa yang lumayan tipis, ia menatap gundukan kenyal yang tersaji di hadapannya  dengan rakus. Ahhh ... ukurannya pas, lihat juga puncak dada Luisa yang mengeras seakan berteriak meminta untuk dikulum.

“Lauren ... kenapa kau hanya menatapnya?” Wajah Luisa memerah, ia mengulurkan tangannya dan mengelus pipi Grand Duke. “Manjakan mereka, Sayang.”

Tatapan mata Grand Duke terlihat bagai binatang buas, pria itu sudah kalah dari birahinya yang meletup-letup. Permintaan Luisa langsung ia penuhi, dengan cepat Grand Duke mengulum buah dada Luisa, sedangkan tangannya yang lain meraba paha Luisa dan naik ke bagian atas dengan cepat.

Luisa memejamkan mata, ia merasa geli dan nikmat karena sentuhan itu. “Uhhhhh ... Lauren ... ah, geli ....”

Sensasi yang basah pada puncak buah dadanya begitu menggoda, apalagi kala lidah pria tercintanya menyentuh puncak yang mengeras dengan lembut. Dia bisa gila, kenikmatan itu sudah lama tidak dirasakan olehnya.

Grand Duke tidak mengindahkan desah itu, ia memasukkan dua jarinya pada belahan kewanitaan Luisa. Jari tersebut perlahan masuk, menjelajah pada liang kenikmatan Luisa yang hangat.

Sudah sedikit basah, tapi Grand Duke merasa itu belum cukup. Ia memainkan jemarinya di dalam sana, menarik ulur guna menggesek dinding kewanitaan Luisa menggunakan jemari.

“Hnggghhhh ... ach!” Luisa menaikkan pinggulnya, sentuhan Grand Duke pada kewanitaannya begitu dalam. Ia membelalakkan mata kala sentuhan tersebut mengenai titik nikmatnya. “Ahh ... ahhh ... Lauren! Ah, yah, lebih dalam.”

Grand Duke melepas kuluman pada buah dada Luisa, ia lantas menciumi leher wanita itu. Dijilatnya, lalu mengecup dan meninggalkan jejak kemerahan. Ia senang dengan hal ini, deru napas Luisa memburu, wajah wanita itu juga mengundang nafsu.

“Lau ... ren! Akhhhh ....” Luisa menggenggam erat seprai, napasnya terengah-engah.

Grand Duke menyudahi ciumannya pada leher Luisa, pria itu menarik kedua jarinya yang bersarang pada liang kewanitaan kekasihnya dengan perlahan. Ia mengangkat tangan, dan melihat jelas cairan lengket yang melekat pada jarinya.

“Ahhh ... apa yang kau lihat?” Luisa membuang muka, agak malu karena keluar begitu cepat. Tapi, sentuhan Grand Duke membuatnya gila. Itu sangat lembut, belum lagi sudah cukup lama ia tidak merasakan sentuhan seperti itu. Terakhir kali melakukan hal begini saat masih di dunia lain, dan itu sudah cukup lama, bukan?

Tanpa menunggu lama, Grand Duke memasukkan dua jarinya ke dalam mulut. Ia membersihkan jarinya, dan menatap Luisa nakal. Ia suka melihat wajah wanita itu memerah, membuatnya semakin ingin melakukan banyak hal.

“Ja-jangan tatap aku begitu ... itu ... itu memalukan!” Luisa menutup wajahnya dengan tangan, merasa sangat malu karena Grand Duke sampai menjilati jari yang ternoda cairan kewanitaannya. Apa pria itu tidak merasa jijik? Ahhh ... Grand Duke membuatnya salah tingkah.

Setelah selesai membersihkan jemarinya, Grand Duke beranjak dari atas tubuh Luisa. Ia membuka celananya, dan kembali ke atas kasur. Pria duduk sambil bersandar pada kepala ranjang, ia kemudian meminta Luisa untuk duduk di pangkuannya.

Setelah Luisa duduk di pangkuannya, Grand Duke memeluk pinggang wanita itu. Dada mereka saling mengimpit, dan ia mencium pipi Luisa.

“Lauren ... kenapa kau tidak memasukkannya? Itu ... itu sudah berdiri.”

“Bukankah sangat menyakitkan jika pertama kali untukmu?” Grand Duke mencium kening Luisa, ia mengelus pinggang wanita itu dengan sangat lembut.

“Ya, mungkin. Aku akan menahannya dengan baik, jadi, jangan ragu.”

“Katakan jika itu sakit, Sayang. Katakan jika kau ingin berhenti,” balas Grand Duke penuh cinta. Pria itu mendekatkan bibirnya dengan bibir Luisa, tatapannya begitu teduh, dan wajahnya sedikit memerah. Debaran jantungnya tak beraturan, darahnya berdesir kala Luisa malah memulai ciuman itu terlebih dahulu.

Tak berapa lama, ciuman itu berakhir. “Ayo lakukan, Lauren ... lakukan, aku menginginkanmu.”

Dengan segera Grand Duke membaringkan tubuh Luisa, ia membuka paha wanita itu, lalu membelai belahan kewanitaan Luisa dengan kejantanan. Pria itu merasa geli, wajahnya kian memerah kala birahi kembali naik dan menghancurkan kata waras pada otaknya.

“Ahhh ....” Luisa menggeliat kala kejantanan sang kekasih masuk perlahan, ia menggigit bibirnya agak keras, dan menahan napasnya beberapa detik. Rasanya begitu sesak di bawah sana, ia mengira dirinya segera menjadi gila.

Grand Duke menekan kejantanan, walau liang itu terasa begitu sempit, ia terus saja berusaha. Peluh perlahan mengucur, membakar nafsu dalam dadanya.

Perlahan ... ia memasukkan kejantanannya semakin dalam. Pelan-pelan ... dan tubuh Luisa menggeliat kala kejantanan terhalang selaput dara

“Lauren ... ahhhh ... dorong lebih keras.”

Grand Duke tak tega, melihat wajah Luisa sepertinya sangat tersiksa. Tapi, ia juga tak bisa mundur, ia harus maju dan menyelesaikan hal tersebut dengan cepat.

“Kau kesakitan? Haruskah kita berhenti?”

“Tidak! Lakukanlah, aku mohon.”

Pria tersebut menurut, ia lantas memaksa masuk sampai memejamkan mata dan peluhnya mengucur. Ia merasakan liang sempit tersebut meremas-remas kejantanan, dan pada saat berhasil merobek selaput dara, napasnya tercekat.

“Akkkhhhhh ....” Luisa memejamkan matanya lagi, tangannya meremas tangan Grand Duke yang memegang tangannya. Tenaganya seakan habis, ada rasa perih di bawah sana.

 “Luisa ... maafkan aku, apa ini sangat menyakitkan?”

“Tidak, ayo lakukan perlahan-lahan.”

Setelah ucapan itu, Grand Duke menggerakkan pinggulnya pelan. Ia melumat bibir Luisa, dan melakukan pergerakan lembut dengan teratur. Bisa ia rasakan tubuh Luisa yang perlahan terbiasa, dan pada saat semuanya berjalan dengan baik, gerakan pinggul Grand Duke perlahan sedikit lebih cepat.

Dilepasnya ciuman pada bibir, dan kini fokus menatap wajah Luisa. Peluh terlihat dengan jelas meski diterangi cahaya remang, wajah cantik yang sesekali memejamkan mata, serta bibir basah yang mengeluarkan suara desahan pengguncang jiwa.

••••

Note : Akhirnya pecah telor 🗿

The Duke's daughter's revisionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang