ADEGAN MACAM APA INI?

4.1K 244 30
                                    

Hari keberangkatan yang aku tunggu pun tiba. Tapi, sialnya hujan sejak subuh tidak juga berhenti. Hujan ini seakan menghalangi langkahku, dan membuatku tak kuasa menahan rasa marah.

Apa lagi ini? 

Kenapa harus hujan padahal kemarin sangat cerah?

Kutatap Leonite yang duduk sambil membaca buku, ia terlihat tenang dan nyaman. Sepertinya dia lega akan keadaan, sementara aku berharap matahari langsung menjadi sepuluh di atas sana.

“Wajah seperti itu tidak akan membuat hujan berhenti, Luisa.”

Kubuang muka ke arah lain.

“Cuaca tidak bisa disalahkan, itu fenomena alam yang alami.”

Ya, aku tahu akan hal itu. Tapi tetap saja ini menjengkelkan untukku!

“Kau bisa menunda keberangkatan untuk besok, bukan?”

“Leonite, sepertinya hanya kau yang menganggap cuaca hari ini menjadi berkat.”

Dia tertawa, terlihat jelas jika begitu puas akan semuanya. Sementara para pelayan yang ada di sekitar hanya menahan senyum akan interaksi kami berdua.

“Duduklah dengan tenang. Hujan pasti akan berhenti,” ujar Leonite dengan wajah berseri.

Dia kembali fokus pada buku di tangannya, membalik halaman demi halaman dengan tenang. Matanya sesekali melirik padaku, tapi bibirnya tetap dibungkam.

“Ah ... kapan hujan ini berhenti! Apa aku pergi saja dengan keadaan seperti ini?”

Suara buku ditutup dengan kasar menggema, mengalihkan fokusku yang sejak tadi hanya pada hujan saja.

Di sana, Leonite, dia terlihat tak senang akan ucapanku. Wajahnya mengeras, menahan emosi yang bisa saja meledak dalam beberapa detik.

“Hah!”

Leonite tak bisa berkata apa pun, hanya menghela napas dengan kasar. Ia beranjak dari tempat duduknya, menghampiriku, dan menarik tangan kananku.

Langkah kakinya yang lebar menuju lantai dua, lalu rambutnya yang tertiup angin melayang nyaris mengenai wajahku.

Dia marah sekarang!

“Leonite!”

“Diamlah, Luisa!”

Aku terdiam, tak menyangka jika ucapanku beberapa waktu lalu bisa memicu perang saudara.

Tak berapa lama, kami tiba di depan pintu kamarku. Leonite langsung membukanya, dan membawa aku masuk ke dalam.

Pada saat pintu di tutup, ia membawaku ke ranjang, dan membaringkanku.

“Tidurlah,” ujar Leonite.

Aku berusaha untuk duduk, tapi dengan cepat Leonite berbaring dan memelukku erat.

“Leonite, apa yang kau lakukan?”

“Memelukmu,” balasnya tanpa ragu.

“Tapi aku tidak tertarik untuk tidur!”

“Diam, lalu tutup matamu. Aku akan membangunkanmu setelah hujan berhenti.”

Dia memelukku, membuatku tak bisa lepas dengan mudah. Semakin aku melawan, semakin erat pelukan Leonite padaku.

“Luisa, tidurlah. Jika kau masih memberontak, aku dengan senang hati mengikatmu.”

“Aku bukan babi hutan yang bisa diikat, Leonite!”

“Anggap saja kau rusa gila yang harus diikat.”

The Duke's daughter's revisionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang