RUMAH KACA

1.3K 118 27
                                    

Kastil bagian timur, tempat menyambut tamu terhormat milik Grand Duke. Kastil timur memiliki luas yang nyaris sama dengan kastil tengah, kastil utama kediaman Grand Duke. Lalu, di tempat inilah Grand Duke dan Duke Montpensier mengadakan pertemuan. 

Pembicaraan Duke dan Grand Duke dilakukan secara tertutup, kedua penguasa itu tentunya tak ingin orang luar sampai tahu isi kesepakatan mereka. Entah hal seperti apa yang dibicarakan, tapi, sudah nyaris dua jam mereka tidak keluar dari ruangan.

Di ruang tamu, Matthias terlihat gelisah. Tatapannya dilayangkan ke segala arah, mencari jejak Luisa Montpensier, adik kesayangannya. Sejak tadi ia bertanya di mana Luisa, tapi para pengurus kastil hanya mengatakan jika Luisa mengurung diri di dalam kamar.

Baik Matthias atau pun Leonite sudah menanyakan di kamar mana, namun, para pekerja tidak buka mulut juga. Entah apa yang disembunyikan, tetapi jelas hanya pesan dari Luisa saja yang bisa mereka dengar. Wanita  itu memerlukan waktu sendiri, tidak ingin siapa pun mengganggunya.

“Aku kesal,” ujar Matthias pada akhirnya. Pria itu menghela napas, menatap Leonite yang hanya fokus memainkan kuku panjangnya sejak tadi. Entah apa yang saudaranya pikirkan, dari raut wajah ia hanya bisa menebak jika Leonite merasakan hal yang sama.

Rambut merah menyala Matthias tidak lagi tertata rapi, ia bahkan tak peduli pada pakaiannya yang sedikit berantakan. Pria itu gusar, ingin menggeledah semua tempat di kastil Grand Duke. Rasa rindu pada Luisa sudah meraung-raung, menuntut untuk segera ditumpah-ruahkan.

“Jika kau lelah, terima tawaran mereka untuk masuk ke kamar yang sudah disediakan.” Leonite yang tak tahan dengan tatapan sang adik pun angkat bicara. Sejak tadi para pelayan sudah menawarkan kamar tamu, tapi tidak ada di antara mereka yang tertarik.

Rambut perak pria itu terikat rapi, iris violetnya yang terang menjadi terlihat begitu dingin nan menusuk. Ya, dia juga kesal. Tapi sebagai anak sulung, ia harus bisa mengendalikan keinginan agar adiknya tidak merusak suasana.

“Jadi, kita tidak akan kembali ke rumah malam ini juga?” Matthias membuang muka, melirik tajam para pelayan yang masih berjaga-jaga.

“Hah ....” Leonite menghela napas. Ia melirik Madam Haizel yang masih berdiri tegap, padahal wanita tua itu pasti lelah setelah bekerja seharian. Karena masih memiliki hati nurani, Leonite pun berdiri. “Madam, antarkan aku ke kamar. Aku rasa pembicaraan Duke dan Grand Duke tidak akan berakhir dengan cepat.”

Madam Haizel membungkuk. “Sesuai keinginan Anda, Tuan Muda.”

Sebelum pergi Leonite menatap Matthias. “Jangan keras kepala, apa kau tak memiliki hati nurani? Semua orang perlu istirahat, bukan hanya menunggumu di ruangan ini, Matthias.”

“Urus saja urusanmu, Leonite. Aku bukan anak kecil lagi, dan aku bisa melakukan apa yang aku inginkan.” Wajah Matthias makin sinis, ia tak peduli pada rasa gugup pada pelayan saat dirinya membalas ucapan Leonite secara tidak sopan. Memang, apa pedulinya? Toh, mereka semua memiliki kasta yang jauh di bawahnya.

Leonite yang selesai dengan ucapannya langsung melangkah, ia menaiki anak tangga yang ada di ruang aula, dan tidak peduli lagi pada saudaranya. Sekarang sifat keras kepala akan percuma, jika mereka terus memaksa untuk bertemu Luisa, maka mereka juga akan mendapatkan balasan dari Luisa.

Luisa akan semakin keras kepala jika mereka juga keras kepala, adiknya itu harus keluar dan berniat dengan sendirinya. Yah, setidaknya Luisa memang memerlukan waktu tenang, kejadian beberapa saat lalu cukup menjadi guncangan bagi sang adik.

Ia tahu tatapan Luisa kepada Grand Duke yang penuh cinta, itu berbeda jauh dari saat Luisa menginginkan pertunangan dengan Putra Mahkota. Tatapannya yang lembut, raut wajah yang menenangkan, dan cara Luisa memanggil nama pria itu juga kentara.

The Duke's daughter's revisionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang