GREMY

2.7K 170 45
                                    

"Saya rasa, belakangan ini Dion sangat khawatir akan beberapa hal. Apa saya boleh tahu penyebabnya?"

Pria itu melirik, ia menikmati wajah cantik yang senantiasa tersenyum di depannya. Seorang wanita dengan wajah malaikat, rambut pirang panjang yang sangat indah.

"A-apa saya salah bicara? Maafkan saya, Dion."

"Gremy tidak salah bicara. Kemarilah, saya merindukan Gremy."

Gremy ... nama itu adalah nama yang cukup berarti bagi pemiliknya sendiri. Nama kesayangan yang manis, diberikan oleh Putra Mahkota.

Wanita itu melangkah ke arah pria yang bicara dengannya, lantas setelah tiba, ia duduk di pangkuan pria itu. Menyandarkan kepalanya pada dada bidang sang pria, dan memejamkan mata dengan sangat anggun.

Wajahnya yang cantik seperti malaikat, jelas saja menjadi pemandangan yang sangat manis untuk pria itu.

"Apa Dion khawatir karena Lady Luisa?"

"Tidak. Kenapa Gremy bertanya seperti itu?"

"Saya hanya merasa Dion berubah. Maafkan saya jika salah, Dion."

"Saya tidak merasa Gremy punya kesalahan. Lantas, kenapa harus terus meminta maaf?"

"Jika ... jika saya tidak egois, mungkin Lady Luisa tidak akan membatalkan pernikahan. Seharusnya sejak lama saya tidak mengganggu Dion dan Lady Luisa, tapi karena saya egois ... karena, yah karena itu Lady Luisa membatalkan pernikahan."

"Itu bukan salah Gremy."

"Tapi ... seharusnya Dion mencintai Lady Luisa, tapi karena ada saya, Dion tidak melakukan itu. Jadi, saya, saya merasa saya bersalah. Jika saya tidak ada, Dion pasti bisa menikah dengan baik dengan Lady Luisa."

"Berhenti menyalahkan diri sendiri, Gremy. Lady Luisa pasti akan kembali, dia akan duduk dengan baik, dan dia tidak akan mengganggu Gremy."

"Tapi-"

"Saya hanya mencintai Gremy, saya menikah karena kepentingan Kekaisaran. Maafkan saya, Gremy. Seharusnya saya bisa memberikan posisi Permaisuri kepada Gremy, tapi saya malah memilih wanita lain. Di sini, saya yang egois. Saya tidak bisa berbuat apa-apa, dan hanya bisa memilih sesuatu yang pasti untuk Kekaisaran."

"Saya mengerti posisi Dion, jadi jangan salahkan diri sendiri."

"Benarkah? Apa Gremy tidak akan marah?"

"Tidak, saya mengerti."

"Apa Gremy tidak mau mempelajari banyak hal dan mencoba menjadi Permaisuri untuk saya?"

"Saya ingin, tapi, saya tidak mampu. Saya rasa Lady Luisa adalah orang yang pantas. Jika suatu hari Dion mencintai Lady Luisa, mohon lepaskan saya. Atau, bolehkah saya meminta Dion untuk pergi, agar Dion bisa belajar mencintai Lady Luisa dengan baik?"

"Tidak. Jangan tinggalkan saya, Gremy. Saya tidak akan tenang jika Gremy meninggalkan saya, jadi, tetap di sisi saya. Saya akan melindungi Gremy, saya hanya akan memenuhi tugas sebagai Putra Mahkota dan Kaisar ketika bersama Lady Luisa."

"Baiklah, saya tidak akan meninggalkan Dion."

Janji yang manis untuk sepasang kekasih, tapi janji itu sangat jahat untuk wanita lain.

Bukankah cinta itu gila? Anggap saja sepasang merpati berbeda warna itu sedang melakukan perjanjian gila sekarang.

"Saya sangat mencintai Dion, saya senang bisa bersama Dion."

"Saya juga, Gremy."

Diones, sang Putra Mahkota. Ia sedang menghabiskan waktu dengan kekasihnya di tempat yang tersembunyi dari banyak orang, memangku sang kekasih dengan penuh cinta, dan bicara begitu lembut.

Mendengar permintaan maaf dari wanita itu, jelas saja agaknya ada sedikit beban. Dia tidak suka ini, dan melihat wajah sedih sang wanita jelas menjadikan rasa bersalah semakin besar.

Sadar akan cinta pada sang kekasih, tapi tak bisa bersatu dengan kekasihnya. Kepentingan politik yang begitu kuat, kekuasaan yang begitu memikat, dan tentunya semua itu harus punya keseimbangan.

Putra Mahkota yang tergila-gila pada seorang putri keluarga Baron, jelas keluarga itu tidak memiliki pengaruh yang besar. Meski mereka bisa menikah, yang lebih mengerikan adalah koneksi sosial.

Putri keluarga yang dia cintai jelas tak punya kemampuan mumpuni di kalangan sosialita. Jangankan untuk wilayah kerajaan lain atau kekaisaran lainnya, untuk wilayah yang mereka kuasai saja wanita tercintanya sudah kalah telak.

Mereka mungkin memang akan menjadi pasangan yang saling mencintai, tapi kepentingan negara bukan hanya berdasarkan cinta mereka. Sejak awal, memang Luisa Montpensier yang pantas berada di sisinya sebagai seorang penguasa. Wanita itu punya daya pemikat dalam lingkungan sosial.

Mungkin ada banyak rumor yang mendukung kekasihnya, tapi itu bukan sesuatu yang begitu penting. Rumor murahan mengatakan Luisa Montpensier telah merebutnya, rumor itu jelas tidak ada kekuasaan dalam bidang kerja sama politik dan sosial yang tinggi.

Cinta bukan patokan, rumor karena cinta diciptakan hanya sebagai pemanis saat bergosip di pesta teh.

"Dion, apa saya boleh bertanya?"

Putra Mahkota yang mendengar suara lembut sang kekasih langsung tersadar, ia menghapus fokusnya yang retak, dan mengalihkan dengan cepat pada wanita yang ingin bertanya.

Pelukannya pada pinggang wanita tersebut makin erat. "Tentu. Apa yang ingin Gremy tanyakan pada saya?"

"Eum ... apa setelah menikah dengan Lady Luisa, Dion akan punya seorang anak?"

Pernyataan yang sungguh membuat kaget, dan Putra Mahkota diam sesaat memikirkan hal itu.

Jelas saja dia harus punya pewaris dari Luisa. Hal itu sudah pasti akan membuat semuanya menjadi semakin kuat, dan posisi ahli waris yang sah akan ditentukan dengan cepat. Tapi, jika Luisa melahirkan anak putri, dia jadi harus membuat wanita itu melahirkan seorang putra untuknya.

"Maksud saya. Jika itu terjadi, saya tidak mau Dion tidak mencintai anak itu."

"Ya, saya akan memberikan kasih sayang sebagai seorang ayah. Tapi, saya akan tetap mencintai Gremy. Jika Gremy juga ingin memiliki anak dari saya, saya akan memberikannya."

"Ma-mana mungkin. Saya, saya, saya mana mungkin berani. Saya cukup mencintai Dion seorang, saya tidak mau kehadiran anak saya dan Dion malah menjadi hal buruk."

"Tapi saya mau mengambil Gremy sebagai selir saya. Apa tidak masalah?"

Yah, itu adalah rencana yang sempurna. Tidak masalah jika wanita yang dicintainya menjadi selir, yang terpenting adalah mereka bisa bersama-sama. Sebagai pria, jelas saja dirinya bisa bersikap adil.

Memberikan tempat paling berpengaruh kepada istri sahnya, dan memberikan cinta kepada selirnya. Itu bukan masalah besar, itu hanya masalah yang tidak punya arti apa pun.

"Apa Gremy tidak mau jadi selir saya? Jika demikian, saya rasa akan sangat sedih. Saya ingin Gremy membesarkan anak saya dan Gremy dengan baik, saya ingin buah cinta saya dan Gremy hidup dan melihat dunia serta Kekaisaran yang akan saya pimpin."

"Tapi ... bagaimana jika Lady Luisa tidak mengizinkan Dion punya selir?"

"Saya kan akan jadi Kaisar, jadi, saya punya kuasa. Tidak aneh jika seorang Kaisar mempunyai selir, kan?"

"I-iya ... itu bukan hal yang aneh, Dion."

Mendengar jawaban itu, hati Putra Mahkota menjadi tenang. Ia mengecup pipi kekasihnya lebih sayang, dan tersenyum saat wajah cantik itu bersemu merah.

"Di-Dion ... saya, saya malu."

"Tapi saya suka wajah malu-malu Gremy."

Pelukan dari sang kekasih membuat Putra Mahkota menjadi lega, walau dia pusing mencari keberadaan Luisa, tapi sekarang merasa sedikit santai.

Dia hanya harus menunggu hasilnya, dan dia juga akan sabar sampai bisa menangkap Luisa Montpensier. Yah, kurungan emas untuk wanita itu juga sudah dipersiapkan dengan baik, dan hanya wanita itu saja yang bisa menempati kurungan emas yang disiapkannya.

The Duke's daughter's revisionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang