PENGGANGGU

1.1K 83 29
                                    

‘Tamu tak diundang!’

‘Manusia pengganggu yang pantas disingkirkan!’

‘Rubah licik tidak tahu malu!’

“Sambutan kalian begitu hangat, aku jadi terharu.”

‘Wajahnya benar-benar lebih tebal daripada tembok.’

“Aku sangat merindukan keluargaku, jadi mendatangi kastil tanpa berpikir panjang.”

‘SEJAK KAPAN KAU JADI KELUARGA KAMI?’

Wajah ketiga pria yang sejak tadi membatin semakin buruk, mereka memberikan tatapan membunuh pada tamu yang duduk tanpa rasa bersalah. Di mata mereka, tamu itu seperti serangga.

Suasana ruang tamu yang suram, membuat para pelayan bergidik ngeri. Tidak ada satu pun dari orang-orang di sana yang berani mengeluarkan pendapat, mata mereka hanya mengamati semua kejadian yang ada.

Tiba-tiba saja tamu datang berkunjung. Tanpa surat pemberitahuan lebih dulu, dan sialnya pada saat orang paling berharga di kastil tersebut kembali. Hari ini seharusnya menjadi hari keluarga, melepaskan rindu, lalu melakukan beberapa kegiatan bersama. Tapi, kenapa ada pengganggu yang datang? Apa belum cukup selama ini melakukan monopoli?

Hah ... Duke Montpensier memijat kepalanya. Di dalam sana terasa ingin meledak, lalu seluruh tubuhnya terasa gatal karena menahan emosi jiwa dan raga. Ia tak bisa berkata-kata, apalagi senyuman bodoh tamunya berhasil menipu anak perempuan kesayangannya dengan sempurna.

Grand Duke, pria gila itu datang berkunjung. Sungguh tidak masuk akal, padahal mereka belum meninggal kastil Grand Duke lebih dari dua puluh empat jam. Entah apa yang anak sahabatnya itu pikirkan, bagi Duke, kelakuan seperti itu sangat tidak berkelas.

Pada saat Duke ingin melayangkan ucapan protes, bayangan masa lalu memalukan melintas begitu saja.

Benar-benar mirip! Ini adalah ungkapan yang sempurna. Dulu Kaisar juga melakukan kegilaan yang sama, mengejar mendiang Permaisuri secara ugal-ugalan, dan membuat ayah Permaisuri sampai memohon pada dirinya agar menasihati Kaisar.

“Yang Mulia, kenapa Anda datang? Seharusnya Anda beristirahat karena besok pagi harus segera pergi.” Leonite melontarkan kata-kata dengan sedikit ramah, meski raut wajahnya mengeras karena emosi. Ia sudah tak bisa menahan diri akan ocehan Grand Duke, tak kuasa baginya jika terus dan terus mendengarkan pria gila itu bicara tanpa kata lelah.

“Ah, Kakak Ipar. Panggil saja dengan namaku, kita keluarga, jadi santai saja.” Tanpa perasaan bersalah Grand Duke melontarkan kata-kata tersebut, ia dengan senyuman penuh kebanggaan menatap Leonite.

‘Kakak Ipar?’ Batin Leonite menjerit-jerit kala kata tersebut melintasi telinganya dengan cepat, dan secara tidak sopan berputar-putar dalam ingatannya. Wajah yang susah payah ia buat lebih ramah hancur berkeping-keping, dan pelakunya Grand Duke, kekasih adiknya!

Luisa yang menyaksikan semua itu menatap cemas pada Duke dan juga Matthias, ia jelas melihat bagaimana reaksi dua orang tersebut. Keduanya semakin suram, wajah semakin masam, dan kepalan tangan kian erat sampai buku-buku pada tangan tersebut memutih seperti tak ada darah.

“Ayah Mertua, apa baik-baik saja? Wajah Ayah Mertua terlihat pucat.”

Duke Montpensier yang mendengar ocehan itu mengangkat kepala. ‘Ayah Mertua? Sebutan macam apa itu? Pria ini ... apa dia sedang menguji kesabaranku?’

“Apa Ayah Mertua memerlukan dokter? Ah, cepat pelayan, panggilkan dokter untuk Ayah Mertuaku.”

Karena suasana yang tegang, Matthias langsung berdiri. Ia melepas sarung tangannya, dan pada saat akan melemparkannya ke wajah Grand Duke, Luisa meraih tangan saudaranya itu.

The Duke's daughter's revisionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang