[Malam sebelum pesta Grand Duke]
Matahari sudah berada di ufuk barat, warna langit jingga sudah berubah menjadi hitam, dan bintang-bintang pun berkelap-kelip menghiasi langit malam yang pekat. Malam ini bukan bersinar terang, hawa dingin menerpa bersama angin malam yang kejam.
“Paduka, semua persiapan sudah selesai. Kita bisa segera berangkat,” ucap Michael. Ia terlihat mengenakan zirah besi, pada samping kiri dan kanannya berhiaskan pedang dengan lambang keluarga Montpensier.
Setelah mendapatkan laporan tersebut, Duke Montpensier langsung naik ke punggung kuda. Ia memegang obor yang menyala, lalu hal yang sama juga dilakukan kedua anaknya.
“Kita berangkat!” Duke langsung memerintahkan kudanya untuk berjalan, wajahnya terlihat begitu serius.
Semua persiapan selesai dalam waktu singkat, dan pasukan akan berangkat melalui jalan rahasia bawah tanah menuju ke beberapa hutan yang jauh dari pemukiman penduduk. Mereka berjejer rapi, menunggangi kuda, lalu membawa kereta muatan senjata.
Para ksatria dan prajurit keluarga Montpensier terlihat ramai, belum lagi tiga orang ajudan setia masing-masing anggota keluarga juga terlibat langsung.
Perjalanan kali ini dipimpin langsung oleh Duke Montpensier, ia berada pada barisan terdepan, tentu saja pada sisi kiri dan kanan diisi oleh kedua putranya. Perang yang akan dilakukan secara rahasia oleh keluarga Duke, itu pun dipicu karena surat Grand Duke yang membuat pemimpin keluarga marah besar.
“Ayah, biarkan aku memenggal kepalanya. Ayah bisa memenggal kepala Putra Mahkota, kan?” Leonite yang tak puas pada keputusan rapat siang tadi mulai buka suara, ia benar-benar ingin melakukan sesuatu kepada Grand Duke guna menumpas rasa kesal pada hatinya.
Duke melirik putranya. “Biarkan aku saja yang melakukan hal itu, kalian diam dan tangani masalah lain. Lebih daripada itu, salah satu dari kalian harus berhasil membawa Luisa keluar dari kediaman Grand Duke.”
“Ayah, keputusan seperti itu tidak adil sama sekali. Ayah sudah cukup tua, biarkan aku atau Leonite saja yang melakukan pemenggalan itu.”
Ucapan Matthias lagi dan lagi membuat pria paruh baya tersebut menghela napas, ia mengabaikan keinginan putranya, dan fokus pada lorong bawah tanah yang kini sedang mereka telusuri.
Ingatan pria tua itu melayang pada Luisa, ia merindukan putrinya. Bagaimana kabar anaknya sekarang? Apa luka pada hati Luisa sudah sembuh?
Kelakuan Putra Mahkota pada saat pesta pertunangan masih membekas di hati Duke, kejadian yang menjadi penghinaan besar pada keluarga Montpensier. Jika saja bukan karena Luisa, pada saat itu ia mungkin sudah menjadi seorang pemberontak.
Rasa sakit yang dirasakan putrinya menjalar, meremukkan hatinya dengan sadis. Tangisan anaknya itu menggema, belum lagi tubuh gemetar yang masih begitu jelas tubuhnya ingat.
Di mata Duke, Putra Mahkota adalah orang paling buruk. Namun, meski ia menilai Grand Duke jauh lebih baik, tetap saja ia tak akan mau anaknya bersama pria itu. Keturunan sahabatnya memiliki otak yang tidak waras, kedua putra Kaisar menargetkan putrinya.
Jika Putra Mahkota saja bajingan tengik, bagaimana dengan Grand Duke? Hah ... kakak beradik itu menjadi aib Kekaisaran, dan sahabatnya adalah sumber dari semua itu.
Andai saja Kaisar bisa tegas dalam mendidik anak, sifat kurang ajar pasti tidak akan terpatri dengan dalam pada para pangeran. Tapi sayang, Kaisar terlalu lembek, pria itu hanya bergelar Kaisar dan tak bisa melakukan apa pun sejak kematian Permaisuri.
Hah ... lupakan saja hal tersebut. Saat ini, ia sudah tak bisa menahan apa pun lagi. Ia akan menorehkan luka pada Kaisar, mencari keadaan untuk putri kecilnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Duke's daughter's revision
FantasíaSeorang penulis mati karena kecelakaan, tapi sungguh sial karena jiwanya merasuki salah satu karakter antagonis di novelnya sendiri. Novel dengan penggemar paling banyak, dan novel yang akan membuatnya mengalami kematian kedua. Karena tidak ingin m...