Ruangan itu mendadak sunyi, pertanyaan yang Luisa utarakan menusuk hati Putra Mahkota, dan membuat pria itu kehabisan kata. Malah, saat ini, Putra Mahkota bertanya pada dirinya sendiri.
Apakah dia mencintai Gremory Luxian?
Hah ... pria itu menghela napas, tangannya yang menggenggam tangan Luisa dilepaskan begitu saja. Tak berapa lama, Putra Mahkota menatap Luisa lagi.
“Kau ingin mendengar ceritanya dari awal?”
Luisa tak bisa memungkiri itu, ia mengakui jika dirinya pada saat menulis novel tersebut tidak menceritakan secara detail pertemuan Putra Mahkota dan juga Gremory Luxian.
“Jadi, apa kau bersedia?”
Mendapatkan pertanyaan lagi, membuat Luisa menghela napas panjang. “Ceritakan, dan berhenti menatapku.”
“Kau lebih tenang dari sebelumnya, Luisa. Sikap dinginmu kembali dengan cepat.”
Karena tak ingin banyak bicara, serta dirinya masih begitu kesal, Luisa hanya diam. Wanita itu menatap Putra Mahkota, dan menggeleng. “Setidaknya Anda membersihkan darah yang keluar dari hidung Anda, Yang Mulia.”
“Apa itu penting?” Pria itu mengulum senyum. “Dan, bisakah kau bicara secara informal padaku? Kita tunangan, dan itu bukan masalah. Kau selalu saja kaku, dingin, sampai aku mengira kau tidak mencintaiku.”
Ujaran itu begitu saja memenuhi ruangan, Luisa yang mendengarnya sampai termangu dengan wajah bodoh. Apa-apaan pria itu? Apa dia masih mengira jika Luisa mencintainya?
Tapi, yah, Putra Mahkota juga tidak salah dalam mengartikan. Luisa yang asli memang sangat mencintai Putra Mahkota, dan itu bukan isapan jempol belaka.
Bayangkan saja, apa ada seorang wanita yang akan terus bertahan walau sudah disakiti berkali-kali?
Mungkin jika itu orang yang normal dan tidak terbutakan oleh cinta akan segera lari, tapi ... Luisa Montpensier adalah pengecualian. Wanita itu sangat bangga pada cinta dan kesetiaan untuk Putra Mahkota, dan tidak pernah sedikit pun Luisa memikirkan pria lain selain si bajingan tengil itu.
“Berhenti bicara, Yang Mulia, dan segera bereskan darah dari hidung Anda. Sejujurnya itu menjijikkan.”
Putra Mahkota menahan tawa, ia tak menyangka Luisa yang dikenalnya akan bicara demikian. Yah, Luisa memang agak kurang ajar sejak meminta pembatalan pernikahan. Tetapi saat itu masih cukup sopan, tidak seperti saat ini. Karena merasa suasana jadi lebih baik, Putra Mahkota memutuskan untuk menggoda Luisa.
“Tanganku sakit, bisakah kau yang membersihkannya untukku?”
Luisa yang mendengar permintaan itu membelalakkan mata. “Yang Mulia, walau Anda menculik saya, saya tetap saja Putri seorang Duke. Anda bisa melakukannya sendiri, atau jika memang tangan Anda sakit, Anda bisa meminta pelayan melakukannya.”
Suara tawa Putra Mahkota menggema, ia terlihat begitu senang. Entah apa yang terjadi, tetapi di mata Putra Mahkota, Luisa terlihat seperti seekor kucing yang galak.
“Jadi cepat ceritakan pada saya,” ujar Luisa sambil memasang wajah datar. Ia tak sabar mendengarnya, ia sangat ingin tahu.
“Hum ... bagaimana jika begini. Kau bantu aku bersihkan darah ini, dan aku akan bercerita.”
“Anda melakukan tawar-menawar dengan saya?”
“Sepertinya begitu. Jadi, bagaimana?”
“Tidak! Jika saya harus membuat penawaran. Saya akan lebih menghargai jika Anda melepaskan rantai ini dari kaki saya, Yang Mulia.”
KAMU SEDANG MEMBACA
The Duke's daughter's revision
FantasySeorang penulis mati karena kecelakaan, tapi sungguh sial karena jiwanya merasuki salah satu karakter antagonis di novelnya sendiri. Novel dengan penggemar paling banyak, dan novel yang akan membuatnya mengalami kematian kedua. Karena tidak ingin m...