[RUMAH KACA KELUARGA MONTPENSIER]
Dua hari berlalu dengan cepat, tak terasa pula salju semakin menumpuk, dan turunnya juga mulai terlihat agak banyak dari hari-hari biasa. Ranting pohon mulai terhias warna putih, danau mulai beku, dan suhu udara semakin dingin.
Pada saat seperti ini, perburuan musim dingin kian dekat. Mencari beruang salju dan serigala salju merupakan kesenangan para Bangsawan, terlebih lagi keluarga Luisa salah satu yang paling menyukai perburuan itu.
Karena hal ini, Duke sudah menyusun beberapa acara untuk perburuan. Pria itu bahkan tengah mengatur banyak hal bersama pendukung keluarga pada saat ini.
Ah, lupakan saja perburuan musim dingin dan semua yang berkaitan dengan hal tersebut. Faktanya, masih ada tempat yang terjaga dengan hangat, sekaligus merupakan tempat paling nyaman saat musim dingin tiba.
Rumah kaca milik keluarga Duke Montpensier, dibangun sebagai hadiah pernikahan untuk Duchess Montpensier, sekaligus tempat yang sangat Luisa sukai.
Pada musim dingin, rumah kaca tetap hangat karena bantuan sihir. Bunga-bunga selalu bermekaran seperti musim semi, udaranya juga sangat segar.
Yah, intinya rumah kaca tersebut adalah tempat yang Luisa sukai. Diberi nama rumah musim semi, menyimpan banyak kenangan indah keluarga, sekaligus tempat makam ibunya.
Duke Montpensier sudah menyediakan lima tempat, salah satunya sudah diisi oleh mendiang Duchess. Pria yang begitu mencintai keluarganya, lalu saat kematian pun dia hanya ingin berkumpul dengan keluarganya juga.
Kembali lagi pada kondisi sekarang, di mana Luisa menjamu tamu yang datang. Orang yang sudah sangat ia tunggu, dan sekaligus orang yang cukup Luisa percaya selama ini.
Eliezer Jhozelhien, di cerita aslinya keluarga Jhozelhien adalah kerabat jauh sekaligus rekan bisnis keluarga Montpensier. Tapi, sejak Luisa mengejar Putra Mahkota, ia termasuk jarang berkomunikasi dengan Marquess muda tersebut.
Pernah ada gosip jika Luisa bisa saja menikah dengan Eliezer. Hubungan yang sudah dekat sejak mereka kecil, menjadi pemicu rumor di antara para Bangsawan.
Pada saat ini, Eliezer tengah duduk sambil menikmati teh. Ia menatap pemandangan taman rumah kaca dengan saksama, dan menghela napas ketika puas. Tempat yang hangat, memiliki banyak kenangan manis, tetapi tempat itu juga mencekam karena makam Duchess ada di sana. Walau cukup jauh dari posisi mereka saat ini, Eliezer tetap saja agak merinding. Rumah kaca yang luasnya lebih dari paviliun, memiliki banyak ruangan di bagian belakang, lalu ruang bawah tanah serta jalur tersembunyi yang bercabang-cabang.
Di depannya, wanita berambut merah juga melakukan hal yang sama. Sejak tadi juga tidak ada pembicaraan yang menarik, belum lagi mereka hanya diam saja sejak berbasa-basi tiga puluh menit yang lalu.
Pada dasarnya Eliezer ingin menanyakan banyak hal. Misalnya bagaimana Grand Duke dan Luisa bisa menjalin hubungan, lalu seperti apa tindakan Luisa jika Putra Mahkota membuat masalah.
Hati pria itu tergelitik, ia menjadi sedikit tidak sabar. Hanya saja, topik macam apa yang pantas diangkat lebih dulu pada suasana tegang seperti sekarang ini?
Hah, memikirkannya saja membuat kepala Eliezer sakit. Ia meraih cangkir teh, dan menyesap cairan di dalam sana perlahan-lahan.
Yang dilakukannya lumayan menenangkan. Aroma wangi teh menyeruak masuk ke dalam penciumannya, rasa damai seketika menyelimuti sekitar. Ia suka itu, dan mungkin detik ini bisa dijadikan momen untuk bicara.
“Jadi, apa kau bisa mempertemukan aku dengan Puas Agung?” Luisa yang sudah lama bosan membuka pembicaraan, matanya menatap Eliezer dengan teliti.
Eliezer yang baru saja ingin bicara langsung menelan bulat-bulat semua kalimatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Duke's daughter's revision
FantasySeorang penulis mati karena kecelakaan, tapi sungguh sial karena jiwanya merasuki salah satu karakter antagonis di novelnya sendiri. Novel dengan penggemar paling banyak, dan novel yang akan membuatnya mengalami kematian kedua. Karena tidak ingin m...