KEBIJAKSANAAN MATTHIAS

6.6K 380 6
                                    

Leonite Montpensier, kakak pertama Luisa. Mempunyai rambut panjang dengan warna keperakan, iris matanya berwarna violet terang. Tampan, baik hati, penyayang, dan sangat bijaksana.   

Yah ... itu wajar. Leonite adalah penerus Duke Montpensier, dia jelas sudah dididik dengan ketat sejak lahir, semua hal yang berhubungan dengannya juga pasti mendapatkan perhatian super besar.

Matthias Montpensier, kakak kedua Luisa. Pria dengan rambut kemerahan, dan mata violet yang terang. Wajahnya memang tampan, sikap juga baik, kurang bijaksana dalam mengambil keputusan, tidak memiliki stok kesabaran yang banyak.

Putra kedua dari Duke Montpensier setelah menikah akan mewarisi gelar kebangsawanannya sendiri, diberikan wilayah kekuasaan yang tidak kalah besar dari putra pertama. Dia belajar dengan baik, dididik dengan ketat juga sejak lahir ke dunia.

Aku yang baru saja bangun dari tidurku jadi mengingat sedikit karakter tidak penting itu. Walau mereka keluarga Luisa, sepanjang penulisannya Luisa selalu memanggil mereka ‘Kakak Pertama’ atau ‘Kakak Kedua’.

Itu juga salahku, karena tidak banyak percakapan antar Luisa dengan kedua kakaknya pada saat aku menulis. Mereka berdua bahkan nyaris tidak pernah muncul pada bab demi bab di novelku itu.

“Lady, apa Anda sudah bangun?”

Suara Clarie terdengar dengan jelas, memecah kesunyian pagi ini di ruangan kamarku.

“Lady?”

“Masuklah, Clarie.”

Pintu kamarku terbuka, memunculkan sosok pelayan pribadi yang masuk dan tersenyum ramah. Tipikal pelayan baik hati, penuh perhatian, lalu tidak menyusahkan.

“Selamat pagi, Lady. Sarapan seperti apa yang Anda inginkan?”

Jika bisa, bawakan saja sakramen dan cairan anggur asam padaku. Aku ingin melaksanakan perjamuan kudus, berdoa pada Tuhan, memohon ampunan, mati dengan tenang tanpa beban yang berat.

“Maaf, Lady. Apa Anda baik-baik saja?”

Pertanyaan Clarie sejak kemarin terulang lagi, menanyakan apa aku baik-baik saja atau pun tidak. Seperti dia sudah dirancang secara khusus sebagai seseorang yang penuh perhatian dan keprihatinan.

“Bawakan teh dan anggur yang manis, Clarie.”

“Baik, Lady.”

Setelah Clarie keluar, aku lekas beranjak dari ranjang. Menuju ke arah pintu balkon kamar, dan membukanya. Angin musim gugur berembus kencang, terasa dingin.

Pada saat aku sedang melamun, suara ketukan pintu terdengar lagi. Entah siapa yang ada di luar sana, harapanku jelas bukan orang merepotkan.

“Masuk.”

Suara pintu kamar terbuka, lalu kulirik siapa yang datang.

“Selamat pagi, Luisa. Bagaimana keadaanmu? Apa sudah jauh lebih baik?”

“Tentu aku baik-baik saja, Matthias.”

Dia datang dengan wajahnya begitu cerah pagi ini. Setelah menghancurkan ketenanganku semalam, dia terlihat baik-baik saja.

“Mendengar kau menyebut namaku, berarti kau memang sudah jauh lebih baik.”

Aku menghela napas. “Bisakah hari ini kita menyusul Ayah dan Leonite ke Linion?”

“Kau masih mabuk?”

“Tidak.” Aku memilih keluar, duduk pada kursi yang ada di balkon kamar. “Aku serius, Matthias. Aku benar-benar ingin membatalkan pernikahan, dan bicara dengan Ayah secara langsung.”

The Duke's daughter's revisionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang