PERGI KAU! PRIA TIDAK PEKA

2.6K 147 66
                                    

“Lauren, bisakah ... habiskan malam ini denganku. Maksudku, maukah kau bercinta denganku?” Wajah Luisa memerah, ia malu mengatakan hal tersebut, tetapi ia juga ingin sumpah yang Grand Duke ucapkan mendapat imbalan setimpal. Kehormatan seorang wanita Bangsawan adalah keperawanan, dan ia ingin memberikan malam yang hangat untuk Grand Duke. 

Grand Duke yang mendengar permintaan Luisa mematung, ia menatap wanita di depannya dengan saksama. Menghabiskan malam dengan Luisa? Bercinta dan berbagi kenikmatan dengan wanita itu?

Ah, rasanya dunia baru saja bergetar hebat. Luisa membicarakan hubungan yang lebih dari percintaan yang selama ini mereka lakukan.

Bohong jika ia tidak menginginkan hal itu, munafik juga apabila menyucikan diri dengan menolak keinginan Luisa mentah-mentah. Tapi, apa itu yang diinginkan Luisa? Wanita tersebut selama ini sudah sering menolak melakukan hal yang lebih.

Mereka sudah terbiasa saling menyentuh, menindih tubuh satu sama lain sambil berciuman juga sudah sangat sering dilakukan. Tapi, melakukan hal yang lebih daripada itu ... itu pastinya sangat canggung, bukan?

“Aku mohon. Aku ... sudah siap.” Luisa menyuarakan itu dengan volume yang lumayan kecil, ia menundukkan kepala karena wajahnya semakin memerah. Rasanya ingin segera tenggelam di lautan, atau menghilang saja di hutan rimba.

“Enggg ... Luisa,” ucap Grand Duke sambil menggaruk kepalanya yang tak gatal. Ia merasa cemas, hatinya gemetar. “Jika kau belum siap, jangan lakukan itu. Maksudku, jika hanya karena sumpah yang aku ucapkan, jangan memaksakan diri. Aku bisa menunggu, jadi jangan khawatir.”

Wanita itu menggeleng. “Tidak! Bukan karena sumpah, aku sudah siap. Jadi, ayo kita lakukan.”

Luisa mengangkat kepalanya, ditatapnya Grand Duke dengan raut serius. Ia menggenggam tangan pria itu, berusaha meyakinkan kekasihnya. Mereka harus menghabiskan malam bersama, dia sudah siap dengan segala macam pertimbangan.

Ini juga berguna untuknya di masa mendatang. Tidak mungkin Putra Mahkota mau menerima wanita yang pernah menghabiskan malam penuh desah dengan pria lain, dan dia melakukan hal ini juga karena tidak ingin Putra Mahkota yang melakukannya lebih dulu.

Seingat Luisa, Putra Mahkota adalah orang yang sangat ambisius. Ia merasa ngeri pada pria itu, kondisi terburuk yang bisa ia pikirkan adalah penculikan.

Bagaimana jika Putra Mahkota menculiknya?

Bagaimana jika pria itu memperkosanya agar dia dan Grand Duke putus?

Ah, atau ... bagaimana jika sampai Putra Mahkota menculik, memperkosa, menyekapnya, dan memaksanya untuk mengandung?

Spekulasi buruk terus melayang di benak Luisa, sebagai penulis yang merasuki tubuh peran antagonis, ia bisa memprediksi hal-hal buruk dalam kisah novel yang hitam.

Itu mengerikan, jangan sampai terjadi. Pikirannya akan lebih positif jika Putra Mahkota tidak mencarinya secara ugal-ugalan selama ini, dan ia bisa merasa lebih tenang jika bila pria tersebut memutuskan pertunangan mereka setelah dirinya pergi saat ingin menikah waktu itu.

Tapi, kan, itu semua tidak terjadi! Jadi, sangat wajar jika ia berpikir buruk tentang pria itu, bukan?

“Mau ditunda sampai kapan pun, akhirnya akan tetap sama. Kita akan menikah, lalu kita juga pasti akan melalui fase malam pertama dan bercinta. Jadi, apa bedanya jika melakukan lebih awal?” Luisa lagi dan lagi melontarkan ucapannya sambil malu-malu, wanita itu terlihat makin tersipu.

Wajah penuh keyakinan, tatapan mata dengan sirat keseriusan. Itulah yang Grand Duke lihat sekarang, begitulah Luisa terus menatapnya yang masih belum sanggup membuka mulut.

The Duke's daughter's revisionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang