SAYA BERSUMPAH

1.5K 117 39
                                    

Luisa berlari dengan cepat, ia bisa melihat sekumpulan prajurit yang sudah berjaga dan menghalangi pasukan milik keluarganya untuk masuk. Pertempuran belum terjadi, hanya ada adu mulut untuk menyeret sang Grand Duke agar keluar dan menyerahkan sang putri secara suka rela.

Dari kejauhan, Luisa yang terengah karena lelah bisa melihat wajah ayahnya. Pria paruh baya yang memasang raut masam, dan di samping pria itu ada juga kedua saudaranya.

Dalam pikiran Luisa hanya berharap tidak ada gencatan senjata, ia tak akan memaafkan dirinya sendiri jika sampai ada yang terluka atau pun meninggal.

“AYAH ... HENTIKAN!” teriak Luisa saat Duke menarik pedang, ia mengabaikan Grand Duke yang masih mengejarnya. Saat ini yang paling penting adalah menghentikan ayah dan saudaranya. “AKU DI SINI! JADI, JANGAN MENARIK PEDANG AYAH!”

Semua orang yang mendengar teriakan Luisa mengalihkan tatapan, mereka terlihat panik, ada juga yang terlihat lega.

Drap ...
Drap ...
Drap ...

Suara langkah kaki Luisa yang berlari sekencang mungkin menggema, memecah kesunyian karena tidak ada lagi pasukan Duke Montpensier atau pun Grand Duke yang buka suara.

“Hah ... hah ... hah ....” Luisa berhenti berlari, ia membungkuk, dengan kedua tangan yang bertopang pada lututnya. Semua orang menatapnya, dan Grand Duke pun segera berhenti di dekat Luisa.

“Putriku!” Duke akhirnya buka suara, pria itu turun dari atas kuda.

Tidak ada yang menghalanginya mendekati Luisa, mereka malah memberikan jalan. Mungkin itu karena para prajurit Grand Duke sadar jika Duke Montpensier tidak akan melakukan hal buruk pada Luisa, anak perempuannya.

Luisa yang mendengar suara ayahnya mengangkat kepala, ia bertemu tatap dengan sang ayah, dan mengulas senyum. “Ayah, jangan melakukan hal kejam. Aku baik-baik saja, jadi Ayah jangan menggunakan kekerasan.”

“LUISA!”

Luisa yang mendengar hal itu kembali memecah fokusnya, kali ini kedua saudaranya juga sudah ada di dekatnya. Mereka terlihat pucat, entah apa yang terjadi sampai wajah keduanya terlihat demikian.

“Kau ... baik-baik saja, kan?” Leonite menatap nanar adiknya, ia merasa bersalah karena Luisa kabur dari vila saat hujan deras. Hatinya sakit kala mengingat hal itu, ia tak bisa membayangkan bagaimana Luisa menderita selama ini.

“Luisa, kau kenapa terlihat begitu kurus? Apa Grand Duke tidak memberikan makanan padamu? Apa kau sakit?” Matthias menatap nanar juga, ia mengalihkan tatapannya, lalu melihat Grand Duke dengan wajah muram. “Bajingan ini! Aku akan membunuhmu!”

Menderanya membuat Luisa lantas menghampiri Grand Duke, ia menghalangi jalan Matthias. “Jangan sentuh dia, dan ayo kita bicara!”

“Tapi-”

“Ayah, aku mohon.”

Duke langsung diam, kedua putranya juga melakukan hal yang sama. Mereka tak bisa melawan kehendak Luisa, Dewi Musim Semi yang mereka puja-puja.

Grand Duke yang merasa situasi sudah jauh lebih tenang menatap Duke Montpensier, ia menelan ludahnya kasar. Sekarang ada rasa gugup yang begitu besar, ia takut jika Duke benar-benar menyeret Luisa dari sampingnya.

“Ayah, diam dan dengarkan dengan baik. Aku mencintai pria itu,” ujar Luisa sambil menunjuk ke arah Grand Duke. “Jadi, aku mohon Ayah jangan berpikir untuk memisahkan kami. Jika Ayah, Leonite, dan Matthias berpikir dia bajingan seperti Putra Mahkota, maka itu tidaklah benar.”

Ketiga pria itu menatap Grand Duke semakin tajam. Mereka pernah mendengar Luisa berucap seperti itu dulu, dan sialnya pria yang diberikan cinta oleh Luisa sama sekali tidak tahu diri.

The Duke's daughter's revisionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang