Setelah berkeliling cukup lama, Luisa dan Madam Haizel tiba di gazebo dekat danau kecil. Mereka duduk di sana, lalu memulai pembicaraan ringan.
Sikap luwes dari Luisa begitu memesona, keanggunan dalam tiap gerak-geriknya membuat Madam Haizel kagum. Ia tak menyangka jika Luisa bisa seperti itu, menunjukkan kelas yang tinggi dari sikap para nona besar dari keluarga ternama.
Ya, meski Luisa buta, tapi yang dinilai bukan itu. Ia menilai seseorang dari arah yang berbeda, lalu menyimpulkan dari cara orang itu menghargai orang lainnya.
Semua penjelasan yang ia lakukan saat perjalanan kemari sangat detail, lalu Luisa yang memberikan tanggapan tepat. Wanita itu tidak bersikap pasif saja padanya, tapi dengan aktif menanyakan beberapa hal untuk menghargai niatnya.
Grand Duke tidak salah pilih, bagi Madam Haizel, Wisteria Aster adalah sesuatu yang paling baik dan berharga. Meski ... sayang juga karena memiliki kekurangan. Seandainya saja tidak ada masalah penglihatan, Madam Haizel sangat yakin jika calon Grand Duchess itu akan begitu sempurna.
“Lady, maaf jika saya lancang. Saya ingin tahu, bagaimana Anda dan Yang Mulia bisa bertemu?”
Pertanyaan itu mengalun dengan lembut, membuat Luisa segera menampilkan ekspresi malu-malu kucing. Ia tersenyum sejenak, wajahnya memerah.
“A-ah ... Maafkan saya. Sepertinya pertanyaan saya membebani Anda, Lady.”
“Itu ....” Luisa memegang pipinya, menampilkan akting yang natural dan anggun. Sifat malu-malu seorang wanita Bangsawan, dan juga suara yang cukup kecil agar terkesan semakin natural.
Madam Haizel yang melihat itu semakin yakin. Wanita di hadapannya jatuh cinta, sikapnya yang begitu manis, terlihat jelas juga malu-malu kucing. Ahhh ... ingin sekali Madam Haizel menggoda Luisa, tapi ia menahan diri agar Lady itu tidak merasa semakin malu.
“Beberapa tahun lalu, Yang Mulia pernah berkunjung ke rumah saya tanpa ada rencana. Kebetulan saya masih sangat muda, dan sering menghabiskan waktu berkeliling rumah kaca. Biasanya tidak ada orang di rumah kaca itu, jadi Ayah saya juga tidak khawatir jika saya ada di sana sendiri sambil menikmati waktu.” Luisa menghentikan ceritanya, ia kembali tersenyum seperti gadis yang jatuh cinta.
Madam Haizel tak sabar, wajahnya berseri-seri, dan matanya juga berbinar. Sangat penasaran, ia tidak bisa menahan diri, cerita selanjutnya seperti apa?
Ah, wanita tua itu merasakan atmosfer asmara yang membeludak dari Luisa, ia membayangkan adegan demi adegan saat Luisa ada di dalam rumah kaca.
“Lalu, saat saya mencoba meraba ke bagian kursi yang panjang. Saya tanpa sadar meraba wajah Yang Mulia. Saya kaget, tapi saya tahu itu struktur wajah asing. Saya juga berpikir, siapa pria tampan yang ada di kursi? Dan, saat saya ingin berhenti meraba wajahnya, tangan Yang Mulia menahan tangan saya. Saat itu ... Yang Mulia mengatakan jika sering mengamati saya dari luar rumah kaca, dan hari itu dia sengaja mendekati saya.”
Madam Haizel merasakan debaran jantungnya tak karuan, membayangkan adegan manis saat Grand Duke menahan tangan seorang wanita yang lancang meraba bagian wajah. Itu sangat lancang, tapi juga sangat manis. Kisah cinta macam apa itu? Kenapa terasa seperti novel romansa yang klasik tapi tidak membosankan?
“Yang Mulia saat itu sudah tinggal sekitar dua bulan di kastil keluarga saya, dan selama itu saya hanya mendengar ceritanya dari pelayan. Saya benar-benar tak menyangka bisa bertemu Beliau, dan saya merasa malu dengan keadaan yang buta. Andai saya bisa melihat, saya akan memandangi wajah itu dengan baik dan melukisnya dalam ingatan saya.” Luisa semakin menjadi-jadi, mengarang cerita yang sudah ia dan Grand Duke sepakati. Apalagi kala dirinya melihat langsung raut wajah Madam Haizel, rasanya puas sekali.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Duke's daughter's revision
FantasySeorang penulis mati karena kecelakaan, tapi sungguh sial karena jiwanya merasuki salah satu karakter antagonis di novelnya sendiri. Novel dengan penggemar paling banyak, dan novel yang akan membuatnya mengalami kematian kedua. Karena tidak ingin m...