Kediaman Grand Duke gempar, kepulangan pemilik kastil itu membuat semua orang kaget. Mereka tak tahu harus berkomentar seperti apa, tapi, yang pasti mereka semua merasa senang.
Pangeran kedua datang bersama seorang wanita, terlihat begitu menyayangi wanita tersebut, bahkan tidak menempatkan satu orang pun pelayan karena ingin mengurusnya secara langsung.
Banyak sekali pelayan yang merasa kecewa karena tidak diizinkan melayani wanita itu, tapi, Grand Duke meyakinkan mereka jika yang ia lakukan bentuk kepedulian terbesar. Yah, mereka juga tak bisa berbuat apa pun. Bahkan kepala pelayan yang dulu ibu susu sang pangeran pun tak bisa berkutik, ia hanya memberikan nasihat bijak, tentunya dengan beberapa omelan pedas.
Wisteria Aster, seorang wanita buta dengan wajah begitu cantik. Tubuhnya begitu indah, dengan kulit putih yang mulus. Rambut hitam bagaikan langit malam, bibir merah mudah menggoda, hidung mancung, dan struktur wajah yang sangat sempurna.
Wajar saja jika pangeran mereka jatuh cinta, apalagi saat wanita itu bicara, mereka bisa menebak begitu lembut dan hangatnya wanita tersebut.
Suaranya bagai melodi yang menenangkan, senyum simpulnya seperti kehangatan matahari pada musim semi. Sungguh menakjubkan, memesona, memiliki aura yang kuat, dan sangat menyenangkan.
Apa posisi Grand Duchess akan segera terisi?
Tidak ada yang salah dengan pertanyaan tersebut, semua orang berharap seperti itu, bahkan mereka merasa bersyukur dengan kehadiran Wisteria Aster.
Dari sekian banyak wanita, hanya wanita itu saja yang berhasil mendapatkan perhatian Grand Duke. Semua orang semula berpikir jika Grand Duke tidak akan memilih seorang wanita, tapi, pemikiran tersebut langsung hancur tanpa sisa karena Wisteria Aster.
Mereka menganggap wanita itu sebagai penyelamat, jelas mereka juga tidak akan membiarkan setitik noda pun ada di antar Grand Duke dan wanita tersebut. Hubungan yang tak pernah mereka bayangkan akan ada, jelas tak akan mereka biarkan berakhir begitu saja. Bisa dikatakan, semua orang yang ada dipihak Grand Duke sudah memberikan restu.
Kembali pada keadaan sekarang. Di ruang kerja Grand Duke sedang duduk sambil membaca dokumen, ia terlihat berkonsentrasi, dan di sana juga ada kepala pelayan.
Pria itu tahu jika ia memberi perhatian, maka akan ada lagi nasihat menyebalkan. Belum lagi pekerjaannya begitu menumpuk, semua berkas yang ia tangani memang sudah diurus oleh Alen, tapi ia juga perlu memastikannya dengan baik.
Kepala pelayan merasa jengkel, ia kemudian duduk di depan Grand Duke, dan merebut dokumen di tangan pria itu. Ia mengabaikan etiket Bangsawan, itu juga karena sudah tak ada jalan lain.
Ini sudah seminggu, kepala pelayan merasa ia harus bertindak dengan tegas. Jika terus dibiarkan, makan akan ada banyak masalah. Meski pun semua orang merestui, tapi ia juga bisa tahu jika informasi bisa dibeli dengan mudah. Dari sekian banyak pelayan, sudah jelas salah satunya bisa menjadi sumber informasi orang luar.
Grand Duke harus segera bicara dengannya, dan dia harus bisa membuat pria itu menyanggupi apa yang ia dan orang lain pikirkan. Hah ... yang jelas itu juga demi kebaikan Grand Duke, bukan demi keegoisannya.
“Yang Mulia, apa Anda yakin tidak ingin menempatkan satu pelayan pun?” Pertanyaan itu terlontar, pemiliknya adalah wanita berumur enam puluh lima tahun. Dia adalah ibu susu sang pangeran, Madam Haizel.
“Tidak. Aku yang akan mengurusnya sendiri, dan dia akan berada di kamarku juga.” Grand Duke menatap kepala pelayan, ia mengembuskan napas agak kasar. Bukan karena kesal, tapi dia memang tak bisa menjawab semuanya dengan baik. Jika banyak pertanyaan, maka ia harus banyak berbohong juga demi memberikan jawaban.
![](https://img.wattpad.com/cover/371300373-288-k746065.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
The Duke's daughter's revision
FantastikSeorang penulis mati karena kecelakaan, tapi sungguh sial karena jiwanya merasuki salah satu karakter antagonis di novelnya sendiri. Novel dengan penggemar paling banyak, dan novel yang akan membuatnya mengalami kematian kedua. Karena tidak ingin m...