Seminggu berlalu setelah pemberitahuan dari istana, dan saat ini persiapan Grand Duke juga masih berjalan dengan baik. Tapi, Luisa merasa agak cemas dengan situasi yang ada.
Ia mengingat kembali jalan cerita novel yang ditulisnya, dan ada beberapa bagian tidak jelas. Harusnya peristiwa dengan Kerajaan Barbarian tidak muncul begitu cepat seperti ini, tapi, kenapa jadwalnya menjadi maju? Dan lagi, peristiwa itu diselesaikan oleh Putra Mahkota, sang toko utama pria. Tapi, kenapa malah Grand Duke yang ditunjuk oleh Kaisar?
Ada banyak sekali pertanyaan dalam benak Luisa, ia sampai memijat kepalanya yang terasa pusing. Semua alur sangat berantakan sekarang, yang jelas perselisihan dengan Kerajaan Barbarian bukan hal yang rumit.
Keadaan yang dikatakan oleh utusan istana memang benar adanya, tapi, penyelesaian yang dicapai dalam alur cerita buatannya adalah negosiasi dengan Putra Mahkota. Ia agak lupa bagaimana negosiasi itu berlangsung, dan apa kesepakatan yang disetujui oleh kedua belah pihak. Hanya saja, mengingat Grand Duke ingin menaklukkan Kerajaan Barbarian, jelas jalannya tak akan mudah.
“Luisa, kau merenung dengan wajah serius sejak tadi. Apa yang terjadi?”
Suara Grand Duke membuang Luisa menghentikan lamunan, wanita itu lantas mengalihkan fokusnya.
“Lauren, apa kau yakin ini tak bisa diselesaikan dengan negosiasi? Ada banyak jalan selain perang, dan itu jalan yang jauh lebih baik lagi.”
Mendengar ucapan Luisa, Grand Duke sedikit bingung. Jelas sekali kekasaran Barbarian tak bisa ditoleransi, belum lagi orang-orang di tempat itu tidak mengenal apa itu negosiasi.
Tapi, kenapa Luisa yang seorang selebriti sosial kelas atas seakan tak tahu akan rumor serta fakta tersebut?
Ah, lupakan saja sejenak tentang itu. Grand Duke memilih duduk, dan meraih tangan Luisa. Ia meletakkan tangan itu pada pipinya, menikmati kehangatan, harum, dan halusnya tangan Luisa dengan saksama.
Menenangkan, ia menjadi bisa menahan sedikit rasa gugupnya kala ingat akan pernah yang akan segera pecah.
“Lauren, bukan saatnya kau melakukan hal seperti ini.” Luisa mencoba memberikan nasihat, ia jelas tak ingin ada peperangan yang jauh lebih kejam terjadi pada novelnya. Ia tidak pernah membuat adegan peperangan itu, dan karena hal tersebut ia merasa begitu risau.
Luisa takut karena ulahnya membuat nyawa orang lain dalam bahaya, ia tak tahu apa yang akan terjadi pada saat peperangan berlangsung. Dan lagi, jika memikirkan Grand Duke, jelas saja dirinya tak ingin pria itu mendapatkan luka.
Medan peperangan bukan seperti yang tertulis, kejadiannya jauh lebih kejam daripada apa pun. Jika saja ia memberikan adegan perang itu di dalam novel, ia pasti bisa menyusun perang terbaik yang dimenangkan pihak Kekaisaran. Tapi, dia tidak menulis perang itu!
“Kau khawatir?” Grand Duke menatap Luisa begitu lembut, ia seakan ingin wanita itu percaya dan hanya tenang. Pria itu jelas tahu perasaan halus Luisa, peperangan bukan hal baik. Jangankan kejadian, kata-kata yang menggambarkan perang itu sendiri saja sudah begitu kejam.
Luisa membuang muka, memilih menatap vas bunga di dekat jendela kamar jauh lebih menguntungkan. Ia tak bisa hanya diam saja, tapi, ia juga tak tahu harus melakukan apa.
“Khawatir aku akan terluka?” Grand Duke lagi dan lagi mencoba mengajak bicara, senyuman pria itu semakin lembut, dan dia mencium telapak tangan Luisa dengan mesra. Pria yang menenangkan sang kekasih yang ketakutan, tapi pria itu juga sedikit merasa tertekan. Bagaimana pun, ia tahu seberapa mengerikannya medan pertempuran, jika dulu ia akan tak peduli, tetapi sekarang ia tak ingin meninggalkan Luisa apalagi mati.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Duke's daughter's revision
FantasySeorang penulis mati karena kecelakaan, tapi sungguh sial karena jiwanya merasuki salah satu karakter antagonis di novelnya sendiri. Novel dengan penggemar paling banyak, dan novel yang akan membuatnya mengalami kematian kedua. Karena tidak ingin m...