SELAMAT PAGI, KEKASIHKU.

2.4K 158 63
                                    

Pagi datang, dan Luisa sudah terbangun sejak subuh. Wanita itu duduk di depan cermin, menatap lekat pada bayangan dirinya sendiri. Sejak mengembalikan efek sihir pada rambutnya, Luisa agak gugup. Rasanya sangat asing kala melihat pantulannya sendiri sekarang, ia merasa agak takut, tapi ingat dengan kata-kata yang Grand Duke ucapkan semalam. 

Rambut merah yang panjang serta halus, bibir merah muda terlihat manis, tatapan mata dengan iris amber begitu teduh, lalu hidung mancungnya menjadi kian sempurna karena struktur wajah Luisa begitu menawan.

Ah, Luisa Montpensier memang kecantikan yang tak bisa dibantah. Wanita sempurna yang hanya dideskripsikan dari novel, menjadi pemeran antagonis, dan hidup dengan sempurna sebagai putri Duke Montpensier.

Wajahnya saja sudah sangat mendukung, meski pun menjadi gelandangan, wajah Luisa adalah sesuatu yang begitu langka. Kecantikan yang tidak normal, tapi diabaikan oleh Putra Mahkota.

Abaikan saja serangkaian pujian itu, Luisa kini hanya menundukkan dan meremas gaun tidurnya. Ia masih gugup, tak tahu seperti apa reaksi yang akan Grand Duke berikan saat membuka mata.

Napasnya ditarik agak panjang, lalu diembuskan dengan perlahan-lahan. Aroma bunga masuk ke penciuman Luisa, membuatnya menjadi tenang.

Tidak ada waktu untuk ragu, saat ini ia harus bisa berani menggenggam keputusan yang dibuat. Tidak peduli seperti apa reaksi orang-orang, yang terpenting adalah sebuah kejujuran.

Jika ingin dihargai, maka harus menghargai. Kejujuran adalah sesuatu yang penting, tanpa landasan itu, tidak akan ada orang yang percaya kepadanya kelak.

Benar ... ia hanya harus jujur, meminta maaf karena berbohong. Hanya sedikit menundukkan kepala saja bukan masalah, karena kata ‘maaf’ dan mendapatkan kata ‘memaafkan’ juga hal yang penting bagi setiap individu.

Sejak bicara dengan Grand Duke semalam, Luisa sudah memutuskan dengan jelas. Dia tidak akan berpura-pura lagi, ia akan jujur kepada semua orang di kediaman Grand Duke. Entah bagaimana respons yang didapatkan, itu bukan sesuatu yang penting. Bagi Luisa akan semakin buruk jikalau membohongi sampai akhir.

“Eungh ....”

Luisa yang sedang termenung menyudahi dengan cepat, matanya menatap pada sumber suara, dan melihat Grand Duke yang baru membuka mata. Pria itu masih berbaring pada posisi telentang, jelas belum melirik pada dirinya.

“Kau sudah bangun, Lauren?”

Grand Duke yang mendengar itu lantas duduk, ia memijat kepalanya yang terasa agak pusing karena masih belum cukup waktu tidur. Tapi, jelas dirinya tak punya banyak waktu bermalas-malasan.

“Ah, Luisa. Kau bangun dengan cepat, ada apa?” tanya Grand Duke tanpa menatap pada Luisa. Masih belum menyadari jika wanita di dekatnya sudah kembali pada penampilan awal, jiwa sang Grand Duke masih melayang-layang di alam mimpi, belum sepenuhnya kembali.

Luisa yang melihat pria itu masih mengantuk hanya tersenyum. “Tidurlah lebih lama, kau terlihat lelah.”

“Bukan begit-” ucapan Grand Duke terhenti kala menatap Luisa, ia terkejut. “Luisa! A-apa ini?”

Pria itu segera berdiri, ia nyaris saja jatuh saat melangkah. “Rambutmu! K-kau ... lihat rambutmu.”

Luisa yang melihat Grand Duke panik menghela napas lagi. “Tenanglah, Lauren. Aku menghapus sihirnya, dan memutuskan untuk jujur pada semua orang di kediaman ini.”

“Ya?” Grand Duke terlihat bingung, ia berpikir sejenak. “Jujur? Apa kau serius? Atau, apa aku masih berada di alam mimpi?”

Luisa tertawa kecil, wanita itu pun berdiri, dan mencium pipi Grand Duke. “Selamat pagi, Lauren. Kau tidak sedang bermimpi, jadi jangan berkata yang aneh-aneh.”

The Duke's daughter's revisionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang