Vote sebelum baca 🌟
_______
Suasana sepi dan sunyi di dalam ruangan terasa begitu mencekam. Di tengah kesunyian itu, Alana rebahan santai di kasur sambil membaca komik.
Ketegangan terlihat begitu jelas di wajah Alana. Ia menelan saliva berkali-kali. Menguatkan diri untuk membaca kelanjutan komik lantaran terlanjur dibuat penasaran.
Aneh memang. Penakut tapi malah sok berani membaca cerita horor.
"Arghhh!!" Alana menjerit kaget ketika jendela kamar di belakangnya dilempari sesuatu.
"Sialan. Kaget gue." Mengusap dadanya berulang kali. Menenangkan detak jantung nan menggila.
Saat sudah berhasil menenangkan diri, lemparan kedua mengenai jendela lagi. Mengejutkan untuk kedua kali.
Kali ini, dia berusaha memberanikan diri mengintip dari balik tirai. Napasnya tercekat seketika melihat keberadaan sosok lelaki hoodie hitam di halaman rumah. Buru-buru menutup tirai. "Gue gak salah lihat, 'kan?"
Gadis itu menggigit ujung kuku cemas. "Dia mulai berani ke sini? Ya ampun. Gimana ini? Mama dan papa kan sedang ada acara di luar. Kalau dia nerobos masuk ke dalam rumah ... Habislah gue!!"
Ia terlonjak kaget ketika ponselnya berdering.
Sebuah telepon dari nomor asing kian membuatnya was-was.
Awalnya dia berniat membiarkan panggilan mati, tapi panggilan kedua, ketiga, dan seterusnya terus berdatangan. Mengganggu tanpa henti.
Dengan sangat terpaksa, ia pun memberanikan diri mengangkat telepon tersebut.
"Tidur, kitten."
Suara halus di sebrang sana membuat Alana tertegun. "Gue gak ngantuk." Berusaha menjawab walau sedikit gemetar.
"Bohong. Lo pasti udah ngantuk. Buruan tidur atau mau gue temenin sampai ketiduran?"
Alana menggeleng cepat meski tahu lawan bicara tak bisa melihat. "Oke. Gue tidur." Mematikan sambungan telepon secara sepihak akibat terlalu takut.
Alana sungguh tak menyangka stalker itu berani muncul di halaman rumahnya.
Sial sekali nasibnya.
****
Alana berjalan riang. Melewati ruang demi ruang dengan hati berbunga-bunga. Sangat bahagia terlepas dari mimpi buruk.
"Pagi, Di!!" Menyapa ceria Aldi yang tak sengaja berpapasan dengannya.
Bukannya menyahut, Aldi malah pergi begitu saja. Seolah baru saja melihat hantu.
Kebahagiaan di wajah Alana lenyap begitu saja. Entah kenapa firasatnya mengatakan itu terjadi atas campur tangan stalker.
Alana mendesah panjang. "Ya sudahlah. Yang penting dia gapapa."
Dalam hati ia terus bertanya-tanya bagaimana cara stalker menakuti Aldi.
Mungkinkah memanfaatkan kemampuannya untuk mendatangi mimpi Aldi?
Lalu, menakut-nakuti Aldi hingga trauma mendekatinya?
Entah kenapa Alana yakin stalker telah melakukan sesuatu kepada Aldi mengingat tadi malam pria itu absen dari alam mimpi.
"Helo hai, Lana!! Ngapain ngelamun di sini? Mendadak kesurupan ya? Ini masih pagi loh." Bulan mendadak muncul dan memiting leher Alana yang lebih pendek darinya.
"Lepas! Gue sulit bernapas njir!" Protes Alana sembari mencubit lengan Bulan.
"Ihh, sakit. Cubitan Lo kek kepiting." Bulan menjauhkan tangannya seraya menggerutu.
KAMU SEDANG MEMBACA
STALKER
Teen FictionKehidupan tenang Alana perlahan terganggu oleh kehadiran seorang stalker. Membayangi kehidupannya siang dan malam. Menjajah mimpi-mimpinya. Menanamkan keresahan di setiap langkahnya. Siapakah pria yang menjadi stalkernya? Apa alasan pria itu mengang...