Part 20

6.7K 537 134
                                    

Vote sebelum baca 🌟

Baru sempat update karna sibuk.

Masih ada yang belum tidur gak nih? (00.23)

Semoga syukaaa

Suasana riuh di dalam kelas tidak membuat Alana merasa terganggu. Gadis berambut pendek itu tetap meletakkan kepala di atas meja dengan mata terpejam. Menutup matanya yang terasa lelah akibat bergadang semalaman mengerjakan tugas.

Ujian tengah semester semakin dekat, alhasil tugas pun semakin banyak. Mendatangi tanpa ampun. Mulai dari level mudah hingga level tersulit.

"Lanaaa! Lo tau gak?!"

Teriakan cempreng Bulan membuat Alana terlonjak kaget. Jantungnya berdebar tak karuan akibat terlampau terkejut. Lantas, menegakkan tubuh dan menatap Bulan kesal. "Gak tau dan gak mau tau." Ketusnya. "Ganggu banget Lo! Gak lihat gue sedang tidur?!"

"Ih, Lo kok gitu sih?" Bulan mengerucutkan bibir kesal. Kecewa melihat reaksi Alana. Bukan reaksi dingin yang dia harapkan.

"Pasti tentang Lucas lagi 'kan? Huh, gue muak dengar tentang dia terus, Lan."

Alana membenamkan lagi kepalanya di atas meja. Enggan meladeni Bulan lantaran kesal menghadapi tingkah berlebihan Bulan. Selalu bercerita tentang Lucas.

Lucas inilah, Lucas itulah. Cerita Bulan selalu tentang Lucas. Sungguh memuakkan.

Bukannya Alana tidak memahami Bulan sedang jatuh cinta, akan tetapi Alana merasa Bulan sudah melewati batas.

Bulan sudah menjadi stalker sejati Lucas. Tiada hari tanpa mengikuti pria tersebut. Tiada hari tanpa menceritakan sosok pria tersebut.

Entah bagaimana reaksi Lucas jika mengetahui hal tersebut. Entah takut, kesal, ataupun marah.

"Na, dengerin gue dong! Gue mau curhat!!"

"Iya, curhat aja. Gue dengerin."

"Ngadep ke gue dulu. Masa gue ngomong sama rambut Lo."

"Ngomong aja elah. Posisi gue emang kayak gini, tapi gue dengar kok."

"Ishh! Lo mah nyebelin! Mulai muak ya temenan sama gue?"

Mendengar nada merajuk Bulan, akhirnya Alana menegakkan tubuhnya sembari bertopang dagu. Menatap Bulan penuh senyuman. Lebih tepatnya senyuman terpaksa. "Iya, Bulan sayang. Cerita aja. Nih gue udah siap jadi pendengar cerita thriller Lo," ucapnya sarkas hingga Bulan terbahak.

"Gini," Bulan menyeka air mata di sudut matanya akibat terlampau banyak tertawa. "Gue dijodohin sama Lucas."

Mulut Alana sontak terbuka lebar. "Hah?!"

Sementara Bulan, tersenyum manis dan memukuli meja gemas.

"Gue dijodohin sama Lucas! Dijodohin, Na!!" Tekan Bulan sekali lagi.

"Bentar. Kok bisa?"

"Bisa lah. Orangtuanya rekan bisnis ayah gue. Selain itu, ternyata orangtua kami temanan sejak SMA. Takdir banget gak sih?"

Alana manggut-manggut pelan. Terlalu terkejut mendengar hal tersebut. Hal yang menurutnya sangat dramatis seperti di dalam novel bacaannya.

"Kenapa gak dari dulu aja sih kami dijodohin? Tau gitu kan, gue gak perlu ngikutin dia lagi. Gue bisa menemui dia secara langsung."

"Gimana reaksi Lucas? Dia menerima perjodohan?" tanya Alana penasaran.

Bulan tertunduk lesu. "Enggak. Dia nolak."

"Kenapa?"

"Katanya dia suka sama cewek lain."

"Trus gimana reaksi orangtuanya?"

"Gak maksa dan gak batalin juga."

"Berarti dia gak jadi dong dijodohin sama lo?" Cetus Alana heran.

"Gak. Kami tetap akan dijodohin di masa depan selama perasaan Lucas berubah."

Alana menggelengkan kepala heran, 'Ya elah. Intinya tetap gak dijodohin kan? Dasar anak ini. Kegirangan sendiri oleh masa depan yang gak pasti.'

"Siapa sih cewek yang disukai Lucas? Secantik apa dia sampai Lucas nolak dijodohin sama gue?" Bulan menggeram kesal. "Awas aja kalau gue tahu siapa dia. Bakal gue buat dia mundur dan sadar diri kalau dia gak pantas buat Lucas."

"Emang Lo pantas buat Lucas?" Balas Alana santai tapi mampu membuat Bulan semakin kesal.

"Lo teman gue atau bukan sih, Na?"

Alana menyengir melihat raut wajah kesal Bulan. "Bercanda hehe."

Bulan memalingkan wajahnya dengan bibir mengerucut. "Candaan Lo gak lucu."

"Alana." Panggil seseorang menarik atensi Alana.

"Iya, kenapa?"

"Nih. Ada yang nitip buat Lo barusan," tutur teman sekelas Alana bernama Rika seraya menyodorkan sebungkus cokelat.

"Dari siapa?"

Rika menggeleng polos. "Gak tau."

Alana tersenyum tipis. "Oke. Makasih ya."

"Iya, sama-sama."

Alana menatap cokelat besar pemberian orang asing. Menggiurkan. Tapi, mana mungkin Alana berani melahap pemberian dari orang yang tak dikenal. Bagaimana kalau cokelatnya diracuni atau diberi pelet?

Gadis itu mengerjap kaget ketika cokelat di tangannya direbut oleh Bulan dan dilemparkan keluar jendela. "Gak usah di makan pemberian dari orang yang gak dikenal. Nih makan aja cokelat gue. Gue udah beli banyak buat Lo."

Mendengar ucapan terakhir Bulan, Alana langsung memeluk sahabatnya penuh semangat. "Makasih, sayangku, cintaku. Jadi makin sayang dehh. Muahh!!" tuturnya lebay sembari berusaha mencium pipi Bulan.

"Ih, jangan cium-cium. Gue masih normal." Sedangkan Bulan berusaha melepaskan diri dari pelukan Alana. Membuat Alana kian bersemangat menggoda Bulan.

Sementara itu, di sisi lain, seorang pria mengepalkan tangan kesal melihat pemberiannya dibuang oleh Bulan. Matanya menatap Bulan penuh amarah. Marah melihat cokelat pemberiannya dibuang seperti seonggok sampah.

Bersambung...

Tembus 100 komen, baru lanjut lagi💃💃

STALKERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang