Vote sebelum baca 🌟
Di penghujung hari panjang nan melelahkan, Alana memutuskan bersantai sejenak di taman.
Menikmati waktu senja sendirian. Mengistirahatkan tubuh yang dipaksa bekerja seharian. Memanjakan mata dengan pemandangan indah ciptaan tuhan.
Makanan ringan silih berganti masuk ke dalam mulutnya. Mengisi perut kosong yang belum sempat diisi lantaran terlalu sibuk membuat tugas bersama Bulan.
Lama kelamaan, tugas kuliah semakin berdatangan. Menghajarnya tanpa ampun. Seolah enggan membiarkannya bernapas tenang.
Ini belum sampai sebulan sejak kuliah dimulai, tapi Alana sudah merasakan betapa pahitnya dunia perkuliahan.
Dimana dunia kuliah haha-hihi yang sering ditonton Alana dalam sinetron?
Dimana dunia kuliah santai yang sering dipertontonkan?
Huh, Alana merasa tertipu.
Bukan hanya kehidupan perkuliahan, Alana juga tertipu oleh ospek yang selalu digambarkan sangat menarik dan penuh drama.
Nyatanya, ospek Alana begitu monoton dan membosankan. Diisi oleh ceramahan dari para jajaran petinggi universitas dan senior.
Alana menyesap es teh penuh kekesalan. Kesal akibat dikecewakan oleh ekspetasi.
Padahal Alana sudah berharap bisa merasakan ospek penuh drama, lepas dari tugas, bisa datang ke kelas sesuka hati, dan tidak mencatat materi apapun.
"Duh! Siapa sih yang chat terus? Ganggu aja." Alana berdecak kesal kala ponsel dalam saku celananya terus bergetar tanpa henti.
Awalnya ia berniat mengabaikan, tapi lama kelamaan, getaran itu mulai mengganggu. Berakhir mengambil ponsel. Bibirnya sedikit terbuka melihat si pengirim pesan. Siapa lagi kalau bukan stalker.
Mulai ragu antara membaca pesan atau tidak, tapi pada akhirnya tetap dibaca. Alana penasaran. Dan rasa penasaran itu tak bisa dibendung.
Gadis itu sontak mengedarkan pandangan ke sekeliling setelah membaca deretan pesan yang dikirimkan stalker.
Detak jantungnya berpicu begitu cepat akibat terlampau terkejut. Terkejut mengetahui stalker berada di sekitarnya. Bahkan mengambil fotonya dari jarak yang sangat dekat.
Alana meniup poni gusar kala tak menemukan sosok pria berambut pirang.
Mungkinkah pria itu sudah pergi?
Atau, mungkinkan pria itu memakai penutup Hoodie?
Mata Alana kian menajam. Mencari sosok yang memakai Hoodie. Namun, nihil. Tak ada satu orang pun memakai Hoodie.
Semua orang juga terlihat sibuk dengan ponsel masing-masing. Jadi, Alana tidak bisa menebak siapa pengirim pesan di antara puluhan orang itu.
Alana menghela napas pasrah. Lantas, berdiri. Memutuskan segera pergi dari sana. Tapi, lagi-lagi stalker mengirimkan pesan.
Ingin rasanya Alana berteriak dan menyuruh si penguntit keluar.
Sungguh, Alana lebih suka menghadapi stalker secara langsung daripada terus seperti ini. Takut terhadap seseorang yang tidak diketahui wajahnya.
Terlampau kesal, Alana mengirimkan chat itu. Diiringi penyesalan.
Bagaimana kalau dia malah tak sengaja memprovokasi stalker untuk melakukan hal buruk kepadanya?
Alana sampai gigit jari ketika pikiran buruk mulai menghantui.
Tunggu!
Alana sepertinya melewatkan sesuatu.
Alana kembali menatap layar ponsel. Membaca pesan dari stalker.
"Suka melukis? Oke. Catat dulu. Info penting ini gak boleh terlupakan," gumamnya.
"Hih! Ngeri!!"
Alana tak membalas lagi, melainkan segera melarikan diri dari tempat itu lantaran tak sanggup membayangkan seseorang sedang mengintainya.
Sementara di sisi lain, sosok lelaki itu tertawa geli melihat tingkah lucu Alana. Merasa sangat terhibur melihat hal tersebut.
Sesaat setelah tawanya mereda, ia kembali fokus ke layar laptop. Melanjutkan kegiatan yang sempat tertunda akibat lebih tertarik menatap wajah cantik Alana. Kegiatan menggambar wajah cantik Alana.
Bersambung...
Makin banyak komen, makin cepat update ~
Jdi, jangan lupa komen sayy~
30/6/2024
Btw, pada libur sekolah/kuliah ya?
Atau gak libur kayak aku?😔
KAMU SEDANG MEMBACA
STALKER
Teen FictionKehidupan tenang Alana perlahan terganggu oleh kehadiran seorang stalker. Membayangi kehidupannya siang dan malam. Menjajah mimpi-mimpinya. Menanamkan keresahan di setiap langkahnya. Siapakah pria yang menjadi stalkernya? Apa alasan pria itu mengang...