Vote sebelum baca 🌟

Hari terakhir UAS merupakan hari paling melegakan bagi Alana. Setelah sekian lama berkutat dengan buku, akhirnya ia bebas. Untuk hasil ujian, Alana tidak terlalu cemas karena sudah berusaha semaksimal mungkin.
Alana yakin nilai ujiannya kali ini akan memuaskan karena setiap soal yang diberikan, Alana bisa menjawabnya. Terkecuali jika nilai diberi berdasarkan mood dosen.
Alana pernah mendengar cerita. Dimana seorang mahasiswa pintar dan aktif diberi nilai B karena dosen yang tidak bertanggungjawab. Sedangkan mahasiswa biasa saja dan jarang hadir diberi nilai A karena pandai cari muka.
Sungguh prinsip yang sangat merugikan menurut Alana. Semoga saja dosennya jujur dan objektif dalam menilai. Biar bagaimanapun, Alana ingin mendapatkan nilai sempurna supaya perjuangannya berakhir manis. Supaya perjuangannya tak berakhir sia-sia.
"Na, nanti main yuk pas liburan semester. Kita keliling-keliling jakarta."
Suara bariton Matthew memasuki gendang telinga Alana. Mengejutkan Alana yang sibuk dengan pemikiran randomnya mengenai ujian. "Sorry. Lo bilang apa, Matt?"
Matthew menatap Alana intens. Kemudian tersenyum tipis. "Mikirin apa sih sampai cuekin gue dari tadi?"
Alana menggaruk pipi canggung. Meski Matthew tersenyum, entah kenapa Alana merasa Matthew sedikit kesal. "Cuma mikirin ujian."
"Gue kira Lo mikirin cowok."
"Hah? Gak lah! Ngapain juga gue mikirin cowok? Gak guna banget." Bantah Alana sebal hingga Matthew tertawa.
"Jadi, tadi gue mau ngajak Lo jalan-jalan selama liburan semester. Kita keliling Jakarta. Pasti menyenangkan banget deh," tuturnya kala berhenti tertawa.
"Duh, sorry, Matt. Gue gak bisa," sahut Alana tak enak hati.
Walaupun kecewa, Matthew tetap berusaha terlihat biasa saja. "Kok gak bisa?"
"Karena gue mau ke Sydney."
Matthew sontak tersedak es tehnya. Ia terbatuk cukup lama. Membuat Alana sedikit kasihan.
"Sydney? Ngapain Lo ke sana?"
Alana menyipitkan mata curiga melihat reaksi berlebihan pria di sampingnya. "Ya liburan lah. Kenapa sih? Kok kaget gitu? Terlalu biasa ya buat Lo? Hei, gitu-gitu. Kata orang, Sydney itu bagus loh."
"Daripada ke Sydney, mending liburan ke Korsel. Banyak hal menarik di sana. Wahana permainannya juga menarik." Saran Matthew.
"Gue udah pernah pergi ke sana."
"Ke Paris?"
"Udah pernah juga."
"Jepang?"
"Pernah."
"China?"
"Udah pernah juga."
"London?"
"Udah."
"Swiss?"
"Udah juga."
Matthew sampai tertawa resah setiap kali pertanyaannya dijawab sudah atau pernah. "Kayaknya Lo sering pergi liburan ya?"
"Iya. Gue sering main ke luar negeri sama ortu gue pas liburan."
"Oke lah. Jadi Lo tetap mau ke Sydney?" tanya Matthew kembali kalem.
"Hooh. Mama cuma bolehin ke sana."
"Sama siapa liburannya?"
"Sendiri."
"Emang dibolehin orangtua Lo?"
"Dibolehin dong. Soalnya ada Tante gue di sana."
"Gue ikut. Kan lebih enak liburan bareng. Kalau ada apa-apanya, gue bisa bantuin Lo."
"Gak usah." Alana buru-buru menambahkan melihat ekspresi sedih Matthew. "Bukannya gue gak suka, tapi gue mau menikmati liburan gue seorang diri, Matt."
Matthew tersenyum kecil sembari menyandarkan kepalanya di bangku taman. Terlihat lesu dan down. "Lagian gue gak sadar diri banget ya. Cuma teman tapi malah mau ngikut liburan sama Lo," lirihnya.
"Hah? Apa? Kok bisik-bisik gitu ngomongnya?" tanya Alana penasaran.
Tiba-tiba Matthew menegakkan tubuhnya. Menatap Alana serius. Sementara yang ditatap mengerjap bingung. "Kenapa?"
"Bagi Lo, gue ini siapa, Alana?"
"Teman?"
Matthew memegang bahu Alana lembut. "Cuma teman aja?" Bertanya dengan sorot mata penuh harap. Sorot mata yang membuat Alana merasa terbebani.
Bersambung...
21/8/24
Boleh curhat gak sih?
Stress banget mendam sendirian.
Emang fase skripsi itu serumit ini ya?
Kok aku merasa skripsiku ribet banget.
Yang awalnya kupikir mudah, eh ternyata sangat ribet.
Dari yang konsep awalku bukan itu, terpaksa berubah haluan setelah sempro karna dibilang terlalu sederhana untuk sebuah skripsi.
Dan, sekarang, aku merasa antara paham dan gak paham dengan kajianku sendiri.
Terus, udah susah payah ngumpulin data, eh ternyata format wawancaraku salah. Terpaksa deh ngulang lagi dari awal. Terpaksa pulkam lagi. Nyari-nyari narasumber lagi😭
So, maklumin ya kalau aku gak bisa lancar update lagi.
And, doain ya skripsiku lancar. Siapa tau doa banyak orang bisa melancarkan skripsiku😔
Semoga sehat selalu semuanya. Sampai jumpa di next part💋💋🔥
KAMU SEDANG MEMBACA
STALKER
Teen FictionKehidupan tenang Alana perlahan terganggu oleh kehadiran seorang stalker. Membayangi kehidupannya siang dan malam. Menjajah mimpi-mimpinya. Menanamkan keresahan di setiap langkahnya. Siapakah pria yang menjadi stalkernya? Apa alasan pria itu mengang...