Part 54

2.3K 243 121
                                    

Vote sebelum baca 🌟

Senyuman mengembang di bibir Alana melihat sepupu kecilnya sedang tertidur pulas di kasur

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Senyuman mengembang di bibir Alana melihat sepupu kecilnya sedang tertidur pulas di kasur.

Athena Lewelyn Brown. Itulah nama sepupunya. Nama yang sangat cantik, bukan?

Nama itu diberikan atas ikut campur Alana. Ia ingin nama sepupunya berawalan "A" dan berakhiran "Na" seperti namanya agar disangka anak kembar. Begitu alasannya saat ditanya Tante Fitri dan David.

Alasan yang membuat kedua orang dewasa itu menggelengkan kepala heran, tapi tetap mengikuti kemauan Alana. Hingga terciptalah nama Athena.

"Cantik," bisik Alana pelan.

Sepupu kecilnya itu terlihat begitu cantik meskipun baru berusia empat hari. Memiliki rambut pirang, hidung mancung, dan bibir mungil. Pasti akan semakin cantik jika sudah besar nanti.

Alana menjadi tak sabar menunggu Athena besar. Ia tak sabar memanjakan Athena. Memberikan banyak hal untuk Athena. Menghabiskan waktu luang bersama Athena-nya.

Perlahan namun pasti, Alana menyentuh pipi Athena. Lembut dan penuh kehati-hatian. Seakan takut menyakiti tubuh rapuh Athena.

"Na!"

Alana refleks menjauhkan tangannya dari pipi gembul Athena. Memutar tubuhnya. Menatap Tante Fitri yang memanggilnya dengan panik.

Wajah khawatir Tante Fitri membuat Alana mengerutkan kening heran. "Kenapa, tan?"

"Tante dapat kabar buruk dari mamamu."

Napas Alana seketika tercekat. "Kabar buruk apa, tan?"

"Kamu harus tetap tenang, oke? Gak boleh panik."

Bukannya tenang, Alana justru semakin panik mendengar ucapan Tante Fitri. "Tan, jangan buat aku takut. Emang apa kabar buruknya?" Kegelisahan tersirat begitu jelas di matanya.

Tante Fitri menatap Alana khawatir. "Papa kamu...."

****

Kabar kurang baik dari Indonesia menghentikan liburan Alana. Tepat setelah mendapat kabar, Alana buru-buru mengemasi barangnya ke dalam koper. Namun, sayangnya baru bisa pulang keesokan harinya.

Alana tak henti-hentinya mengomeli David. Menyuruh David menjaga tantenya. Menyuruh David membantu menjaga Athena. Menyuruh David mengurangi kesibukan. Bahkan mengancam akan membawa Tante Fitri ke Indonesia kalau David lalai lagi.

Tante Fitri hanya bisa tertawa geli melihat kecerewetan Alana sedangkan David meringis tiap kali mendapat ocehan yang memang benar adanya.

David sadar dia terlalu sibuk hingga terkadang mengabaikan orang-orang tersayangnya.

Setelah puas menceramahi David, barulah Alana pergi ke bandara. Menaiki pesawat. Duduk di dekat jendela.

Tibalah saatnya Alana meninggalkan Sydney. Kota kecil yang sangat disukainya. Kota kecil yang memberikan banyak kenangan. Kota kecil yang menyadarkannya bahwa dia jatuh cinta kepada Matthew.

Ya, jatuh cinta. Perasaan paling menyenangkan sekaligus menyakitkan. Perasaan paling mewah dan sulit dimiliki.

Bibir Alana menipis mengingat belum mengabari Matthew. Sementara pesawat sudah lepas landas dan ponselnya sudah dimatikan.

"Nanti aja deh kabarin pas udah sampai Indo."

Perjalanan dalam pesawat Alana habiskan dengan tidur. Memejamkan mata lelahnya mengingat semalam tidak bisa tidur. Alana terlalu resah memikirkan keadaan papa.

Alana baru terbangun kala seorang pramugari membangunkannya dan menginformasikan bahwa pesawat sudah mendarat di tempat tujuan.

Hampir semua penumpang sudah turun. Alana tersenyum kikuk dan mengucapkan terima kasih. Lantas segera keluar dari pesawat.

Alana langsung menuju rumah sakit tempat papa dirawat. Menyeret koper penuh oleh-oleh dari Sydney. Oleh-oleh untuk keluarga tercinta, teman-teman, dan anak panti.

Alana membuka pintu ruang rawat inap Papa. Air mata menggenangi pelupuk matanya melihat papa terbaring lemah di rumah sakit.

"Papa!!"

Papa menoleh ke Alana.

"Papa kok bisa sakit sih? Papa sakit apa? Gak parah 'kan? Papa gak akan ninggalin aku 'kan?" tanya Alana beruntun sembari mendekati papa dan mamanya.

"Astaga, Na. Papa gak akan ninggalin kamu kok. Papa cuma kelelahan. Mama kamu aja yang terlalu khawatir dan maksa papa dirawat di rumah sakit."

Mama memutar bola mata malas. "Kamu tuh selalu aja sepelein kesehatan. Kemarin, kamu pingsan loh, sayang. Gimana aku gak khawatir?!"

"Mama benar. Papa harus perhatiin kondisi papa dong. Jangan terlalu memaksakan diri. Uang bisa dicari pa, tapi kesehatan gak bisa dibeli dengan uang pa. Lana gak mau kehilangan papa."

Omelan dua perempuan paling berharga dalam hidupnya membuat papa terpaksa mengalah. "Baiklah. Mulai hari ini papa akan lebih memperhatikan kondisi papa."

"Bagus." Keduanya menyeringai senang.

"Oh iya, gimana kondisi Fitri, Na?"

"Tante baik-baik aja, pa. Anak tante juga sehat. Aku gak sabar nunggu dia besar biar kami bisa jalan-jalan bareng."

"Masih lama, Na."

Alana menyengir mendengar ucapan papa.

"Gimana selama tinggal di sana? Seru?"

"Seru banget, ma. Rumah Tante Fitri adem banget. Banyak pohon buah di halamannya. Puas banget aku selama di sana."

Alana terus bercerita tanpa henti mengenai pengalamannya di Sydney, membuat kedua orangtuanya diam-diam tersenyum karena berhasil mengalihkan kekhawatiran Alana.

Di belahan dunia lain, Matthew tampak mondar mandir dengan gelisah.

Puluhan pesannya tak ada yang dibalas oleh Alana.

Nomor Alana tidak bisa dihubungi.

Saat menghampiri langsung ke rumah tempat Alana menginap, gadis itu tidak ada di sana. Saat dicari di sekitar rumah, juga tidak ada.

Apa mungkin Alana menghindarinya lagi?!

Matthew mengacak rambut frustasi.

Selalu saja begini.

Alana selalu melarikan diri setiap kali dia menyatakan perasaan.

Apa yang harus dilakukan supaya Alana tidak bisa lari kemanapun?!

Apa yang harus dilakukannya supaya Alana menjadi miliknya?

Sungguh, Matthew mulai kehabisan kesabaran.

Oh ayolah! Matthew hanya ingin menjadikan Alana miliknya supaya lelaki lain tak bisa leluasa mendambakan Alana-nya lagi.

Haruskah Matthew menculik dan mengurung Alana di tempat terpencil?

"Tidak boleh!"

Matthew menggeleng kuat. Mengusir pemikiran kriminalnya. Tapi, ia kembali berpikir begitu. Lalu, menggeleng lagi.

Hatinya menyuruh demikian sementara logikanya melarang.

"Arghh!!!! Lo selalu berhasil membuat gue menggila, kitten."

Bersambung...

9 September 2024

Kuy spam komen di sini👉👉👉👉

firza532

STALKERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang